tag:theconversation.com,2011:/us/topics/sinovac-95530/articlesSinovac – The Conversation2021-07-01T04:40:59Ztag:theconversation.com,2011:article/1635012021-07-01T04:40:59Z2021-07-01T04:40:59ZVaksin COVID-19 mana yang terbaik? Inilah mengapa itu sangat sulit untuk dijawab<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/409062/original/file-20210630-23-xylwtu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/photo-pretty-lady-social-distancing-not-1748934254">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Dengan peluncuran vaksin COVID-19 yang semakin cepat, orang semakin bertanya <a href="https://trends.google.com/trends/explore?q=which%20vaccine%20is%20the%20best%20for%20covid">vaksin mana yang terbaik</a>?</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=438&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=438&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=438&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=551&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=551&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=551&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Menurut Google Trends, semakin banyak orang yang ingin tahu.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sekalipun kami mencoba menjawab pertanyaan ini, menemukan vaksin mana yang “terbaik” tidaklah sederhana. Apakah itu berarti vaksin lebih baik dalam melindungi Anda dari penyakit serius? Yang melindungi Anda dari varian apa pun yang beredar di dekat Anda? Yang membutuhkan lebih sedikit suntikan booster atau penguat? Yang untuk kelompok usia Anda? Atau itu ukuran lain sepenuhnya?</p>
<p>Bahkan jika kita dapat mendefinisikan apa yang “terbaik”, itu tidak seperti jika Anda mendapatkan pilihan vaksin. Sampai serangkaian vaksin tersedia, sebagian besar orang di seluruh dunia akan divaksinasi dengan vaksin apa pun yang tersedia. Itu berdasarkan data klinis yang tersedia dan rekomendasi otoritas kesehatan, atau berdasarkan apa yang disarankan dokter Anda jika Anda memiliki kondisi medis yang mendasarinya. Jadi, jawaban jujur tentang vaksin COVID yang “terbaik” hanyalah yang tersedia untuk Anda saat ini.</p>
<p>Masih belum yakin? Inilah mengapa sangat sulit untuk membandingkan vaksin COVID.</p>
<h2>Hasil uji klinis hanya sejauh ini</h2>
<p>Anda mungkin berpikir uji klinis mungkin memberikan beberapa jawaban tentang vaksin mana yang “terbaik”, terutama uji coba fase 3 besar yang digunakan sebagai dasar persetujuan oleh otoritas pengatur di seluruh dunia.</p>
<p>Uji coba ini, biasanya pada puluhan ribu orang, membandingkan jumlah kasus COVID-19 pada orang yang mendapatkan vaksin, dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan plasebo atau vaksin palsu. Ini memberikan ukuran kemanjuran, atau seberapa baik vaksin bekerja di bawah kondisi uji klinis yang dikontrol ketat.</p>
<p>Dan kita tahu kemanjuran vaksin COVID berbeda-beda. Misalnya, kita belajar dari uji klinis bahwa vaksin Pfizer melaporkan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2034577">kemanjuran 95%</a> dalam mencegah gejala, sedangkan AstraZeneca memiliki kemanjuran <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)32661-1/fulltext"> 62-90%</a>, tergantung pada dosis.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-to-read-results-from-covid-vaccine-trials-like-a-pro-149916">How to read results from COVID vaccine trials like a pro</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tetapi perbandingan langsung uji coba fase 3 lebih <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-00409-0">kompleks</a> karena berlangsung di lokasi dan waktu yang berbeda. Ini berarti tingkat infeksi di masyarakat, tindakan kesehatan masyarakat, dan campuran varian virus yang berbeda dapat bervariasi. Peserta uji coba juga dapat berbeda dalam usia, etnis, dan potensi kondisi medis yang mendasarinya.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/BRKZh_RXJC0?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Sangat menggoda untuk membandingkan vaksin COVID. Namun dalam pandemi, saat vaksin langka, itu bisa berbahaya.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Kita mungkin membandingkan vaksin secara langsung</h2>
<p>Salah satu cara kita dapat membandingkan kemanjuran vaksin secara langsung adalah dengan melakukan studi langsung. Studi ini membandingkan hasil orang yang menerima satu vaksin dengan mereka yang menerima yang lain, dalam percobaan yang sama.</p>
<p>Dalam uji coba ini, bagaimana kami mengukur kemanjuran, populasi penelitian, dan setiap faktor lainnya adalah sama. Jadi kita tahu perbedaan hasil pasti karena perbedaan antara vaksin.</p>
<p>Misalnya, uji coba <em>head-to-head</em> atau antar dua vaksin <a href="https://www.globenewswire.com/news-release/2021/04/21/2214528/0/en/Valneva-Initiates-Phase%20-3-Clinical-Trial-for-its-Inactivated-Adjuvanted-COVID-19-Vaccine-Candidate-VLA2001.html">sedang berlangsung di Inggris Raya</a> untuk membandingkan vaksin AstraZeneca dan <a href="https://theconversation.com/whats-the-valneva-%20covid-19-vaksin-tembakan-perancis-yang-seharusnya-menjadi-bukti-varian-160345">Valneva</a>. Uji coba fase 3 tersebut diharapkan akan selesai akhir tahun ini.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1397849984322637827"}"></div></p>
<h2>Bagaimana kalau di dunia nyata?</h2>
<p>Sampai kita menunggu hasil studi perbandingan, banyak yang bisa kita pelajari dari cara kerja vaksin di masyarakat umum, di luar uji klinis. Data dunia nyata memberi tahu kita tentang efektivitas vaksin (bukan kemanjuran).</p>
<p>Dan efektivitas vaksin COVID dapat dibandingkan di negara-negara yang telah meluncurkan vaksin berbeda untuk populasi yang sama.</p>
<p>Misalnya, data terbaru dari Inggris menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dan AstraZeneca memiliki <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/988193/Vaccine_surveillance_report_%20-_week_20.pdf">keefektifan yang serupa</a>. Mereka <a href="https://www1.racgp.org.au/newsgp/clinical/evidence-indicates-astrazeneca-and-pfizer-covid-va">keduanya andal mencegah</a> gejala, rawat inap dan kematian karena COVID-19, bahkan setelah satu dosis.</p>
<p>Jadi apa yang sekilas terlihat “terbaik” menurut hasil efikasi dari uji klinis tidak selalu sama di dunia nyata.</p>
<h2>Bagaimana dengan masa depan?</h2>
<p>Vaksin COVID yang Anda dapatkan hari ini sepertinya bukan yang terakhir. Karena kekebalan secara alami berkurang setelah imunisasi, booster atau penguat secara berkala akan diperlukan untuk mempertahankan perlindungan yang efektif.</p>
<p>Sekarang ada <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-01359-3">data yang menjanjikan dari Spanyol</a> bahwa vaksin campuran dan saling melengkapi adalah aman dan dapat memicu respons imun yang sangat kuat. Jadi ini mungkin strategi yang layak untuk mempertahankan efektivitas vaksin yang tinggi dari waktu ke waktu.</p>
<p>Dengan kata lain, vaksin “terbaik” mungkin sebenarnya adalah sejumlah vaksin yang berbeda.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1396971762085023746"}"></div></p>
<p>Varian virus sudah mulai beredar, dan sementara vaksin saat ini menunjukkan <a href="https://theconversation.com/whats-the-indian-variant-responsible-for-victorias-outbreak-and-%20seberapa%20efektif-vaksin-terhadap-itu-161574">mereka masih melindungi</a> walau memiliki perlindungan yang kurang.</p>
<p><a href="https://www.afr.com/policy/health-and-education/australia-negotiating-with-three-vaccine-makers-for-boosters-variants-20210427-p57ms6">Perusahaan</a>, <a href="https://www.bmj.com/content/372/bmj.n232">termasuk Moderna</a>, dengan cepat memperbarui vaksin mereka untuk diberikan sebagai penguat khusus untuk memerangi varian ini.</p>
<p>Jadi, sementara satu vaksin mungkin memiliki kemanjuran yang lebih besar dalam uji coba fase 3, vaksin itu mungkin belum tentu “terbaik” dalam melindungi terhadap varian baru dan risiko pada masa depan bagi Anda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/can-i-get-astrazeneca-now-and-pfizer-later-why-mixing-and-matching-covid-vaccines-could-help-solve-many-rollout-problems-161404">Can I get AstraZeneca now and Pfizer later? Why mixing and matching COVID vaccines could help solve many rollout problems</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Vaksin terbaik adalah yang bisa Anda dapatkan sekarang</h2>
<p>Sangatlah rasional bagi seseorang untuk menginginkan vaksin “terbaik” yang tersedia. Tetapi vaksin terbaik adalah yang tersedia untuk Anda saat ini karena vaksin tersebut menghentikan Anda dari tertular COVID-19, <a href="https://theconversation.com/mounting-evidence-suggests-covid-vaccines-do-reduce-transmission%20-bagaimana-ini-bekerja-160437">mengurangi penularan</a> kepada anggota komunitas Anda yang rentan dan secara substansial mengurangi risiko penyakit parah Anda.</p>
<p>Semua vaksin yang tersedia melakukan tugas ini dan melakukannya dengan baik. Dari perspektif kolektif, manfaat vaksin akan berlipat ganda. Semakin banyak orang divaksinasi, semakin banyak komunitas menjadi kebal (juga dikenal sebagai <em>herd immunity</em>), yang semakin membatasi penyebaran COVID-19.</p>
<p>Pandemi global adalah situasi yang sangat dinamis, dengan munculnya varian virus yang mengkhawatirkan, pasokan vaksin global yang tidak pasti, tindakan pemerintah yang tidak merata, dan potensi wabah eksplosif di banyak wilayah.</p>
<p>Jadi menunggu vaksin yang sempurna adalah ambisi yang tidak mungkin tercapai. Setiap vaksin yang dikirimkan adalah langkah kecil namun signifikan menuju normalitas global.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/163501/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bahkan jika kita menemukan definisi tentang vaksin “terbaik”, kita tidak memiliki pilihan yang mewah, ketika persediaan vaksin terbatas.Wen Shi Lee, Postdoctoral researcher, The Peter Doherty Institute for Infection and ImmunityHyon Xhi Tan, Postdoctoral researcher, The Peter Doherty Institute for Infection and ImmunityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1516852020-12-10T05:46:21Z2020-12-10T05:46:21ZVaksin COVID-19 tiba di Indonesia, apakah setelah vaksinasi virus corona akan hilang dengan cepat?<p><em>Artikel ini adalah bagian dari seri “Sembilan Bulan Pandemi di Indonesia”.</em></p>
<p>Di tengah kecemasan karena melonjaknya kasus harian terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia pada bulan kesembilan pandemi, kehadiran <a href="https://www.setneg.go.id/baca/index/presiden_12_juta_dosis_vaksin_covid_19_tiba_di_tanah_air">1,2 juta dosis vaksin COVID-19 siap suntik dari Cina Ahad lalu</a> seperti seberkas cahaya di tengah langit gelap gulita. </p>
<p>Saat kebijakan pengendalian COVID-19 tidak efektif mencegah penularan baru sehingga kasus positif mencapai <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/">lebih dari 580.000 kasus</a> dan <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/">angka kematian terus naik</a>, harapan kini tertumpu pada vaksin yang diharapkan mampu mendorong tubuh menciptakan antibodi sehingga dapat melawan saat diserang oleh virus. </p>
<p>Walau sudah sampai di Indonesia, vaksin ini sebenarnya belum selesai pada uji tahap tiga atau tahap akhir sebelum diproduksi massal. Penggunaan vaksin COVID saat ini baik di Cina maupun di Indonesia dalam waktu dekat baru pada tahap pemakaian dengan izin darurat untuk <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201208161548-20-579477/target-vaksin-12-juta-khusus-tenaga-kesehatan-jawa-dan-bali">kelompok berisiko tinggi seperti petugas kesehatan</a>. </p>
<p>Jika kelak vaksinasi massal dilakukan, apakah COVID-19 akan segera hilang dari masyarakat Indonesia? Apakah vaksin yang akan digunakan ini benar-benar aman? Apakah vaksin akan efektif melawan virus SARS-CoV-2? Apakah pemberian satu kali vaksinasi akan cukup memadai? </p>
<p>Dua studi terakhir menunjukkan <a href="https://directorsblog.nih.gov/2020/10/20/two-studies-show-covid-19-antibodies-persist-for-months/">antibodi terhadap COVID-19 hanya bertahan 3-4 bulan</a> pada orang yang sudah sembuh dari penyakit COVID-19. Karena itu terjadi beberapa reinfeksi (orang yang sudah sembuh kemudian sakit lagi). </p>
<p><a href="https://www.immune.org.nz/vaccines/vaccine-development/brief-history-vaccination">Sejarah vaksinasi menunjukkan</a> ada jenis vaksin yang hanya butuh diberikan sekali untuk seumur hidup, ada yang perlu setiap 10 tahun, dan ada juga yang setiap tahun. </p>
<h2>Keamanan vaksin dan efektivitasnya</h2>
<p>Sebuah vaksin dinyatakan aman jika tidak ada efek samping, atau efek sampingnya ringan; tidak ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), atau KIPI yang ringan seperti demam dan nyeri. Tapi sebenarnya tidak ada zat yang sama sekali aman. Bahkan air dan oksigen saja bisa menimbulkan bahaya pada keadaan tertentu. </p>
<p>Keamanan vaksin dapat kita lihat pada <a href="https://www.nccn.org/patients/resources/clinical_trials/phases.aspx">laporan uji klinik fase 1 dan 2</a>. Tanpa bukti hasil uji klinis fase 1 dan 2 yang baik, maka uji klinis fase 3 tidak dapat dilaksanakan. </p>
<p>Artinya, jika sebuah vaksin sedang atau akan menjalani uji klinis fase 3, seperti <a href="https://kabar24.bisnis.com/read/20201029/15/1311154/vaksin-covid-19-sinovac-lolos-uji-klinis-fase-3-beberapa-relawan-demam-dan-pusing">vaksin Sinovac di Bandung</a> yang melibatkan lebih dari 1.600 relawan, maka dapat diduga bahwa vaksin tersebut terbukti aman.</p>
<p>Dalam uji ini, akan terjawab berapa banyak orang yang mendapat vaksin akan terkena penyakit COVID-19 dibandingkan dengan orang yang mendapat placebo (vaksin kosong). Jika mereka yang mendapat vaksin jauh lebih sedikit mengalami sakit dibandingkan dengan mereka yang mendapat vaksin kosong dan secara statistik perbedaannya signifikan, maka vaksin tersebut efektif dalam situasi penelitian. Efektivitas dalam masyarakat umum masih harus dibuktikan lebih lanjut.</p>
<p>Jika sebagian besar populasi disuntik vaksin, berapa lama vaksin tersebut akan memberikan perlindungan kepada semua populasi?</p>
<p>Untuk menjawab ini kita bisa belajar dari sejarah vaksin sepanjang masa.</p>
<h2>Frekuensi vaksinasi</h2>
<p>Vaksin yang sampai saat ini <a href="https://www.immune.org.nz/vaccines/vaccine-development/brief-history-vaccination">paling efektif dalam sejarah</a> adalah vaksin untuk mencegah penyakit cacar (<em>smallpox</em>). Ini vaksin paling awal yang merupakan cikal bakal teori vaksinasi. </p>
<p>Vaksinasi yang berdasarkan pada metode vaksin ciptaan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1200696/">Edward Jenner</a> pada 1798 ini telah berhasil menumpas virus cacar dari seluruh penduduk dunia pada 1977. Sejak itu vaksinasi cacar tidak pernah lagi diberikan kepada penduduk. </p>
<p>Vaksin lain yang hampir berhasil menumpas penyakit adalah <a href="https://www.historyofvaccines.org/timeline/polio">vaksin polio</a>. Berbeda dengan vaksin cacar yang hanya diberikan sekali seumur hidup, vaksin polio harus diberikan berulang-ulang agar <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2486680/">tercapai kadar antibodi yang memadai</a>. Meski Indonesia telah dinyatakan <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/30/183200623/indonesia-bebas-polio-sejak-2014-kenapa-masih-tetap-ada-vaksinasi?page=all">bebas polio sejak 2014</a> tapi vaksinasi masih tetap jalan untuk pencegahan, karena ternyata <a href="https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/sit-rep/epi-vpd-bulletin-ed1.pdf?sfvrsn=ae70706f_2#:%7E:text=WHO%20menyatakan%20Indonesia%20bebas%20polio,pencapaian%20yang%20luar%20bi%2D%20asa.">polio masih ada di Indonesia</a>. </p>
<p>Vaksin lain yang dianggap cukup efektif adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5601272/">vaksin BCG untuk mencegah TBC</a>. Vaksin BCG digunakan sejak 1921.</p>
<p>Berbagai riset memperlihatkan bahwa <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24336911/">vaksin BCG yang diberikan kepada bayi baru lahir akan melindungi bayi</a>] dari penyakit TBC paru dan TBC yang menyebar melalui pembuluh darah (TBC milier, salah satu bentuk TBC yang berat). </p>
<p>Beberapa riset memperlihatkan bahwa efek dari vaksin ini bertahan sampai 10 tahun di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9526191/">Inggris</a>, 30-40 tahun di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26603173/">Norwegia</a> dan 50-60 tahun di <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/10.1001/jama.291.17.2086">Alaska</a>. </p>
<p>Di Indonesia belum ada riset sejenis, tapi vaksin BCG hanya diberikan sekali seumur hidup. </p>
<p><a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/10.1001/jama.291.17.2086">Setelah dewasa</a>, perlindungan yang diberikan oleh BCG adalah perlindungan terhadap penyakit TBC berat saja. Artinya mereka yang pernah mendapat vaksin BCG kemungkinan besar tidak akan mengalami TBC selaput otak (meningitis) atau TBC milier. Sampai saat ini perlindungan ini dianggap cukup memadai karena kedua jenis TBC ini yang menyebabkan kematian tertinggi. </p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3334508/#__sec4title">pengobatan terhadap kuman TBC</a> sudah ditemukan dan terus dikembangkan, terutama terhadap tuberkulosis yang resistan obat standar.
Meski demikian, riset mengenai <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5601272/">vaksin TBC</a> masih tetap berjalan sampai sekarang.</p>
<p>Vaksin terhadap <a href="https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/diphtheria/index.html">diferi (DPT atau DT)</a> adalah contoh vaksin lain yang dianggap efektif. Namun untuk mempertahankan efek maksimal dari vaksin ini, vaksinasi harus diulang setiap 10 tahun setelah pemberian pada masa bayi dan kanak-kanak.</p>
<p>Vaksin lain yang perlu kita pelajari adalah <a href="https://www.cdc.gov/flu/prevent/keyfacts.htm#flu-vaccination">vaksin influenza</a>. Flu di negara empat musim sering menyebabkan kematian, atau minimal perawatan di rumah sakit. </p>
<p>Karena itu, vaksinasi terhadap flu sangat diperlukan, terutama untuk orang-orang yang mempunyai faktor risiko yang tinggi, misalnya lansia atau orang dengan gangguan paru. Karena virus-virus penyebab influenza mudah bermutasi dan kemudian tidak dikenali oleh sistem pertahanan tubuh, maka vaksin flu harus diulang setiap tahun.</p>
<p>Vaksin terbaik diukur dari sudut keamanan, efek samping, pembentukan antibodi dan
<a href="https://www.cdc.gov/flu/vaccines-work/effectivenessqa.htm#differ">efikasinya</a>.</p>
<p><a href="https://www.cdc.gov/flu/vaccines-work/effectivenessqa.htm#differ">Efikasi adalah tingkat daya lindung vaksin pada kondisi uji klinis</a>. Kondisi uji klinis sifatnya optimal dan terkendali, baik dari penyiapan vaksinnya, maupun dari faktor orang yang mendapat vaksinnya, yaitu orang yang sehat dan memenuhi berbagai kriteria yang ditentukan peneliti. </p>
<p>Efikasi didapat dari uji klinis fase 3, dengan <a href="https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson3/section6.html">menghitung risiko</a> terjadinya penyakit pada kelompok orang yang mendapat vaksin dan yang tidak mendapat vaksin.</p>
<p>Jika dari 100 orang yang mendapat vaksin terdapat 5 orang yang terbukti (terkonfirmasi) sakit dan pada 200 orang yang tidak divaksin terdapat 40 orang yang terbukti (terkonfirmasi) sakit, maka efikasi dapat dihitung: ((40/200)-(5/100))/(40/200)= 0,8 atau 80%. </p>
<p>Ini berarti kelompok yang mendapat vaksin mengalami sakit (terkonfirmasi) 80% lebih sedikit daripada yang tidak mendapat vaksin.</p>
<h2>Bagaimana dengan vaksin COVID-19?</h2>
<p>Lalu, apakah vaksin COVID-19 nanti akan seperti vaksin cacar, polio, BCG, DPT atau influenza yang harus diulang setiap tahun?</p>
<p>Sampai kini belum ada jawaban atas pertanyaan itu. Kita harus menunggu hasil akhir dari uji klinis vaksin fase 3 yang kini sedang berjalan di berbagai negara, <a href="https://kabar24.bisnis.com/read/20201029/15/1311154/vaksin-covid-19-sinovac-lolos-uji-klinis-fase-3-beberapa-relawan-demam-dan-pusing">termasuk di Indonesia yang dimulai Agustus lalu</a>.</p>
<p>Dalam uji klinis tahap tiga, peneliti memantau kadar antibodi yang terbentuk dan kejadian infeksi COVID-19 pada relawan uji vaksin .</p>
<p>Dengan mengukur kadar antibodi pada bulan pertama setelah vaksinasi, akan terlihat berapa banyak antibodi yang terbentuk pada bulan pertama. Lalu akan dilihat lagi kadarnya pada bulan ke-3: apakah makin tinggi atau tetap saja. </p>
<p>Pemantauan berikutnya pada bulan ke-6: apakah kadar antibodinya masih cukup tinggi atau sudah mulai menurun. Informasi-informasi tersebut akan menentukan apakah vaksin yang diuji cukup baik. </p>
<p>Jika vaksin yang diuji saat ini hanya mampu melindungi kita selama, misalnya, 3 bulan, dengan <a href="https://www.cdc.gov/flu/vaccines-work/effectivenessqa.htm#differ">efikasi</a> yang tinggi, maka tetap akan lebih baik mendapat vaksin daripada tidak mendapat vaksin. </p>
<h2>Jalan masih panjang</h2>
<p>Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia dan badan-badan sejenis di seluruh dunia mempunyai otoritas untuk memberikan izin penggunaan obat, termasuk vaksin baru, dalam keadaan emergensi. </p>
<p>Dengan mempertimbangkan keamanan dan efikasi serta faktor-faktor lainnya, <a href="https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/what-is-emergency-use-authorization.html">Emergency Use Authorization akan diberikan</a>. Izin ini bersifat sementara dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Salah satu contoh obat yang mendapat EUA dan kemudian <a href="https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/coronavirus-covid-19-update-fda-revokes-emergency-use-authorization-chloroquine-and">dicabut</a> adalah kina untuk mengobati COVID-19.</p>
<p>Pemberian EUA pada vaksin COVID-19 tidak akan menghentikan riset terhadap vaksin. <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-020-2798-3">Vaksin yang sedang dikembangkan saat ini sangat bervariasi</a>. </p>
<p>Semua calon vaksin itu menunggu pembuktian keamanan dan efikasinya. Kita perlu waktu yang lebih panjang untuk mendapatkan vaksin yang terbukti aman, nyaman, dan efektif. Jadi, jalan menuju penghapusan COVID-19 masih panjang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/151685/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yulia Sofiatin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Semua calon vaksin itu menunggu pembuktian keamanan dan efikasinya. Kita perlu waktu yang lebih panjang untuk mendapatkan vaksin yang terbukti aman, nyaman, dan efektif.Yulia Sofiatin, Lecturer of Epidemiology dan Biostatistics, Faculty of Medicine, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1491622020-11-02T06:17:57Z2020-11-02T06:17:57ZIndonesia akan jadi pusat produksi dan distribusi vaksin Cina untuk kawasan Asia Tenggara. Apa manfaat ekonominya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/366912/original/file-20201102-16-yn37td.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C11%2C3993%2C2628&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pekerja melakukan pengemasan saat memproduksi vaksin di laboratorium milik PT Bio Farma (Persero), Bandung, Jawa Barat, Selasa</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj/18.</span></span></figcaption></figure><p>Dengan <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">lebih dari satu juta nyawa telah melayang</a> dan miliaran lainnya di seluruh dunia berisiko terkena virus corona, vaksin diharapkan menjadi jalan keluar utama dari pandemi. </p>
<p>Berbagai negara rela mengeluarkan miliaran dolar untuk mendapatkan vaksin COVID-19. Hal ini membuat industri vaksin menjadi sangat prospektif dalam beberapa tahun ke depan.</p>
<p>Peluang Indonesia untuk menjadi pusat industri vaksin COVID-19 terbuka lebar dengan adanya tawaran dari Cina untuk menjadikan ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu sebagai <a href="https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-10-11/china-backs-indonesia-to-become-vaccine-hub-of-southeast-asia">rantai produksi dan distribusi vaksin Cina di kawasan</a>.</p>
<p>Menteri Luar Negeri China Wang Yi <a href="https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1823221.shtml">mengatakan</a> negaranya bersedia bekerja sama dengan Indonesia untuk “mempromosikan penelitian dan pengembangan, produksi dan penggunaan vaksin […] di kawasan dan bahkan dunia”.</p>
<p>Sampai dengan saat ini Indonesia <a href="https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-09-15/covid-pandemic-why-indonesia-became-testing-ground-for-china-s-covid-19-vaccine">menjadi tempat uji coba vaksin</a> yang dikembangkan oleh perusahaan vaksin dari Cina, Sinovac Biotech Ltd. Sinovac juga akan bekerja sama dengan perusahaan induk farmasi Indonesia, <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2020/07/27/indonesia-teams-up-with-global-manufacturers-in-vaccine-hunt.html">Bio Farma</a>, untuk memproduksi vaksin COVID-19.</p>
<p>Peluang ini tidak hanya akan mendatangkan manfaat berupa akses terdepan dalam mendapatkan vaksin, tapi juga memungkinkan Indonesia untuk memperoleh keuntungan dari proses produksi dan distribusi vaksin.</p>
<h2>Mendatangkan manfaat ekonomi</h2>
<p>Memiliki akses terdepan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 dapat membantu pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini terguncang akibat pandemi. Negara ini sedang bersiap memasuki resesi ekonomi yang ditandai oleh pertumbuhan negatif selama dua kuartal secara berturut-turut.</p>
<p><a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201019131421-4-195374/ri-sah-resesi-sri-mulyani-sebut-ekonomi-bisa-17-di-q3">Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati</a> memperkirakan bahwa ekonomi akan mengalami penurunan hingga minus 2,9% pada triwulan ketiga 2020 setelah mengalami minus 5,32% di triwulan kedua 2020. </p>
<p>Jika masyarakat telah mendapat vaksinasi, aktivitas diharapkan dapat pulih seperti sedia kala dan ekonomi akan membaik. Di level global, potensi peningkatan pendapatan dari adanya vaksin virus COVID-19 mencapai <a href="https://www.aljazeera.com/economy/2020/10/16/9-trillion-the-potential-income-boost-from-coronavirus-vaccine">US$ 9 triliun</a> atau Rp 132.696 triliun pada 2025. </p>
<p>Sedangkan di Indonesia, penundaan setengah tahun program vaksinasi COVID-19 diperkirakan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi sangat besar mencapai <a href="https://theconversation.com/delaying-a-covid-19-vaccination-program-may-cost-indonesia-us-44-billion-147446">US$ 44 miliar</a>.</p>
<p>Akses terhadap vaksin COVID-19 tidak hanya akan menyelamatkan masyarakat Indonesia dan juga perekonomian. Jika Indonesia dapat memaksimalkan perannya sebagai pusat produksi dan distribusi vaksin COVID-19 untuk Asia Tenggara, maka Indonesia juga dapat memperoleh keuntungan.</p>
<p>Dengan total populasi 670 juta, kawasan Asia Tenggara merupakan pasar yang menarik bagi industri vaksin. <a href="https://wits.worldbank.org/">Nilai total impor vaksin</a> di kawasan tersebut mencapai US$ 223 juta pada 2010 dan meningkat hampir empat kali lipat menjadi US$ 859 juta pada 2019.</p>
<p><a href="https://wits.worldbank.org/">Statistik perdagangan Bank Dunia</a> mencatat bahwa Indonesia adalah eksportir vaksin terbesar di Asia Tenggara. Indonesia menghasilkan US$ 76,3 juta dari ekspor vaksin pada 2010 yang kemudian tumbuh 25,2% menjadi US$ 95,5 juta pada 2019. Singapura dan Thailand mengikuti Indonesia dengan nilai ekspor gabungan US$ 80,7 juta pada 2019.</p>
<p>Industri vaksin juga dapat menciptakan lapangan kerja baru. <a href="https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/kuesioner/2317">Survei manufaktur tahunan Indonesia</a> menunjukkan bahwa industri vaksin menyerap lebih dari 1.500 pekerjaan pada 2018. </p>
<p>Perluasan industri tersebut dapat mendatangkan lebih banyak lapangan pekerjaan baru, meski jumlahnya kecil dibandingkan dengan<a href="https://economy.okezone.com/read/2020/10/12/320/2292440/ada-6-9-juta-pengangguran-menko-airlangga-beberkan-manfaat-uu-cipta-kerja"> 3,5 juta pekerjaan yang hilang selama pandemi</a>. </p>
<p>Industri vaksin juga dapat membawa keuntungan ekonomi lainnya. Berdasarkan perjanjian kedua negara, Indonesia tidak hanya menjadi penyalur vaksin dari Cina untuk kawasan Asia Tenggara, namun <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200821224236-92-537974/bio-farma-disuplai-10-juta-dosis-bulk-vaksin-corona-per-bulan"> juga berpartisipasi dalam proses produksi vaksin tersebut yang melibatkan bahan lokal</a>. Artinya, Indonesia dapat menghemat devisa untuk impor vaksin.</p>
<p>Jika ingin mencapai kondisi <a href="https://www.nature.com/articles/s41577-020-00451-5">kekebalan kelompok (<em>herd immunity</em>)</a> dan menghentikan pandemi, Indonesia harus memvaksinasi <a href="https://www.nature.com/articles/s41577-020-00451-5">setidaknya 50%</a> dari populasinya.</p>
<p>Harga vaksin Sinovac dibanderol <a href="https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-china-vaccine-idUSKBN2710UQ">US$ 60</a> untuk dosis ganda vaksin atau dua kali suntik. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengeluarkan devisa impor setidaknya US$8,2 miliar untuk memvaksinasi 50% dari 273,5 juta penduduknya. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat nilai defisit perdagangan kita tahun lalu sebesar US$3,2 miliar.</p>
<p>Nilai tersebut hanyalah perkiraan awal. Biaya total sebenarnya mungkin lebih tinggi, tergantung pada tingkat efektivitas vaksin dan jenis vaksin (vaksin dosis tunggal atau dosis ganda). Jika efektivitas vaksin rendah, maka jumlah populasi yang perlu divaksinasi perlu lebih tinggi dari 50% untuk dapat mencapai kekebalan kelompok. Kemudian jika diperlukan vaksin dosis ganda, jumlah vaksin yang harus dibeli akan dikali dua.</p>
<p>Dengan memproduksi vaksin COVID-19 secara lokal, kebutuhan devisa impor dapat ditekan sehingga membantu memperbaiki neraca dagang kita. <a href="https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200811113653-37-178905/jokowi-ri-produksi-250-juta-vaksin-covid-19-di-desember-2020">Indonesia ditargetkan memproduksi 250 juta dosis vaksin</a> pada Desember 2021. Produksi tersebut melibatkan Sinovac sebagai penyedia vaksin, sedangkan Bio Farma Indonesia akan bertanggung jawab untuk pengemasan vaksin.</p>
<p>Jika Indonesia dapat menjual vaksin COVID-19 dengan unsur bahan lokal ke negara-negara Asia Tenggara lainnya, maka tentu saja produk vaksin tersebut akan menghasilkan pendapatan bagi Indonesia.</p>
<h2>Tantangan</h2>
<p>Ada beberapa tantangan besar yang harus diatasi sebelum Indonesia dapat memperoleh manfaat sebagai pusat produksi dan distribusi vaksin COVID-19 buatan Cina di Asia Tenggara.</p>
<p>Pertama, ketidaksesuaian antara kapasitas produksi dalam negeri dan kebutuhan pasar di Asia Tenggara.</p>
<p>Saat ini Bio Farma memiliki kapasitas produksi 100 juta dosis vaksin dalam setahun. Perusahaan ini sedang berinvestasi sebesar <a href="https://republika.co.id/berita/qen8wz380/bio-farma-investasi-rp-13-triliun-tambah-kapasitas-produksi">US$ 88,6 juta</a> untuk meningkatkan kapasitas produksinya hingga 250 juta dosis setahun pada 2021. Mengingat setiap orang akan membutuhkan setidaknya dua dosis, produksi vaksin tahunannya hanya akan cukup untuk 125 juta orang.</p>
<p>Bahkan dengan kapasitas yang telah ditingkatkan, Indonesia masih membutuhkan waktu beberapa tahun untuk memasok kebutuhan pasar domestik dan juga Asia Tenggara. Namun karena kebutuhan akan vaksin sangat mendesak, maka Indonesia akan segera meningkatkan kapasitas produksi industri vaksinnya. </p>
<p>Sejauh ini, <a href="https://www.ft.com/content/a832d5d7-4a7f-42cc-850d-8757f19c3b6b">kapasitas industri saat ini memang diprediksi tidak akan cukup untuk memproduksi vaksin COVID-19 hingga 2024</a>.</p>
<p>Tantangan kedua adalah meningkatkan kandungan dalam negeri dalam produksi vaksin COVID-19. Jika indonesia hanya berkontribusi pada proses pengemasan, maka nilai tambah domestik yang diperoleh akan relatif kecil. Ke depan, Indonesia bisa memanfaatkan kerja sama dengan Cina dan mendapatkan transfer pengetahuan terkait produksi vaksin COVID-19. </p>
<p>Dengan dukungan dari Cina, pandemi ini dapat menjadi berkah bagi industri vaksin Indonesia untuk memasuki pasar Asia Tenggara.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/149162/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan isinya tidak mewakili pandangan institusi tempat penulis bekerja.</span></em></p>Dengan dukungan dari China, pandemi ini dapat menjadi berkah bagi industri vaksin Indonesia untuk memasuki pasar Asia Tenggara.Anda Nugroho, Peneliti, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RILicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.