tag:theconversation.com,2011:/us/topics/teknologi-44288/articlesTeknologi – The Conversation2024-01-25T08:57:00Ztag:theconversation.com,2011:article/2217812024-01-25T08:57:00Z2024-01-25T08:57:00ZMajalah seharusnya sudah mati di era digital. Tapi mengapa masih ada sampai sekarang?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/570864/original/file-20231212-23-u1vhzr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C4031%2C3024&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/melbourneaustralia-30th-june-2019-australian-magazine-1439740124">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Dalam komedi klasik <em>Ghostbusters</em> (1984), sekretaris baru Janice mengangkat topik membaca, sambil iseng membolak-balik halaman majalah. Ilmuwan Egon Spengler menanggapinya dengan penolakan kasar: “<a href="https://www.youtube.com/watch?v=D3v_ogRaTf4">(produk) cetak sudah mati</a>.”</p>
<p>Kata-kata Egon kini tampak tepat. Asumsi umum dalam beberapa dekade terakhir adalah media cetak perlahan-lahan terhambat oleh kebangkitan media digital. Majalah cetak, khususnya, sering dianggap terancam.</p>
<p>Meskipun tidak sepopuler dulu, majalah ternyata belum mati. Majalah-majalah baru justru dimulai sejak prediksi mengerikan tersebut, sedangkan yang lain terus menarik pembaca setia.</p>
<p>Jadi, apa daya tarik majalah cetak? Mengapa ia tidak benar-benar mati seperti yang diperkirakan banyak orang?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/substack-newsletters-are-a-literary-trend-whats-the-appeal-and-what-should-you-read-211429">Substack newsletters are a literary trend. What's the appeal – and what should you read?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kata-kata cetak di dunia <em>online</em></h2>
<p>Kata “majalah” (<em>magazine</em>) berasal dari <a href="https://www.etymonline.com/word/magazine">istilah <em>warehouse</em> atau <em>storehouse</em></a>. Intinya, majalah adalah bentuk publikasi yang mengumpulkan berbagai jenis tulisan untuk pembaca. Setiap bagian mencakup berbagai suara, subjek, dan perspektif.</p>
<p>Budaya majalah cetak tentu saja menurun dibandingkan pada masa kejayaannya di abad ke-20. Majalah cetak yang dahulu populer telah berpindah <a href="https://www.forbes.com/sites/garyphillips/2019/04/30/espn-saying-goodbye-to-its-print-magazine/?sh=5dde00c2167c">sepenuhnya <em>online</em></a> atau sebagian besar didukung oleh <a href="https://pressgazette.co.uk/media-audience-and-business-data/media_metrics/womens-interest-magazines-abcs-2022/">langganan digital yang terus meningkat</a>.</p>
<p>Di tempat lain, situs media internet, seperti yang dipelopori oleh <a href="https://www.buzzfeed.com/au"><em>Buzzfeed</em></a> dan para penirunya, semakin memenuhi kebutuhan akan tulisan pendek yang beragam dan mendistraksi.</p>
<p>Ledakan media sosial juga telah menggerus pasar periklanan yang selama ini menjadi andalan majalah cetak.</p>
<p>Audiens <em>online</em> mengharapkan konten baru setiap hari atau bahkan setiap jam. Pembaca biasa kurang bersedia menunggu majalah cetak mingguan atau bulanan tiba di pos atau di kios koran. Ketersediaan konten digital gratis, atau jauh lebih murah, dapat menghalangi mereka untuk membeli langganan cetak atau terbitan individual.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A pile of Vogue magazines on top of each other." src="https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/565365/original/file-20231212-15-90alox.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Majalah mode global ‘Vogue’ telah mempertahankan pembaca setianya, baik di media cetak maupun ‘online’.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/lodz-poland-april-18-2020-stack-1707148741">Grzegorz Czapski/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Beralih dari layar ke halaman</h2>
<p>Majalah cetak belum mati. Majalah-majalah yang sudah mapan, seperti <a href="https://www.newyorker.com"><em>the New Yorker</em></a> dan <a href="https://www.vogue.com.au"><em>Vogue</em></a>, berhasil mempertahankan pembaca global mereka baik untuk versi cetak maupun digital.</p>
<p>Nama-nama majalah baru juga bermunculan. Ini ditandai dengan peluncuran <a href="https://www.mediapost.com/publications/article/369821/magazine-analyst-new-print-magazine-launches-more.html?edition=124786">122 majalah cetak baru</a> pada 2021 di Amerika Serikat (AS) saja. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dan hal ini mungkin mencerminkan menyusutnya pasar media cetak secara umum.</p>
<p>Namun mengingat situasinya, sungguh luar biasa jika masih ada terbitan berkala baru.</p>
<p>Di Australia, penjualan majalah cetak <a href="https://www.afr.com/companies/media-and-marketing/physical-magazines-are-making-a-comeback-with-or-without-readers-20230818-p5dxo4">meningkat 4,1% pada 2023</a> dan publikasi yang sebelumnya dihentikan—seperti <em>Girlfriend</em> —kini <a href="https://www.beautydirectory.com.au/news/news/girlfriend-magazine-returns-for-a-special-one-off-print-edition">dicetak ulang</a> untuk nostalgia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/equal-social-rights-for-sexes-in-the-1930s-the-australian-womens-weekly-was-a-political-forum-212770">'Equal Social Rights For SEXES': in the 1930s, the Australian Women's Weekly was a political forum</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pasar majalah cetak memang tidak begitu berkembang. Namun, mereka tidak menghilang secepat yang diperkirakan.</p>
<p>Beberapa komentator mengaitkan daya tarik abadi majalah cetak dengan pengalaman fisik membaca. Kita menyerap informasi secara berbeda dari halaman dibandingkan layar, mungkin dengan cara yang tidak terlalu buru-buru dan tidak mudah terdistraksi.</p>
<p>“<a href="https://fortune.com/2023/05/25/tech-giants-have-gutted-publishing-now-digital-fatigue-is-giving-print-a-new-lease-on-life/">Kelelahan digital</a>” selama bertahun-tahun pandemi bisa dibilang sedikit menyebabkan peralihan kembali ke media cetak. Bangkitnya minat terhadap majalah cetak juga disebabkan oleh <a href="https://www.afr.com/companies/media-and-marketing/physical-magazines-are-making-a-comeback-with%20-atau-tanpa-pembaca-20230818-p5dxo4">preferensi “analog”</a> pembaca Gen Z.</p>
<p>Seperti yang penulis <a href="https://catapult.co/dont-write-alone/stories/in-a-digital-age-why-still-read-print-magazines-hope-corrigan">Hope Corrigan catat</a>, ada sesuatu yang menarik tentang estetika majalah cetak. Kehati-hatian dalam tata letak, gambar, dan penyalinan tidak selalu dapat direplikasi di layar. Memang benar, majalah-majalah yang sangat fokus pada fotografi dan desain visual—seperti majalah <em>fashion</em> dan perjalanan—akan bertahan lama di media cetak.</p>
<p>Pakar majalah Samir Husni <a href="https://www.fipp.com/news/why-it-might-be-time-to-think-again-about-print-mr-magazine-samir-husni-on-the-formats-remarkable-resilience">telah mengamati</a> bahwa majalah-majalah cetak independen yang sedang berkembang lebih berfokus pada penargetan pembaca khusus. Kemajuan teknologi pencetakan telah membuat pencetakan dalam jumlah kecil menjadi lebih hemat biaya. Hal ini memungkinkan majalah baru untuk fokus pada kualitas daripada kuantitas.</p>
<p>Majalah cetak gelombang baru cenderung memiliki harga sampul dan standar produksi yang lebih tinggi. Majalah tersebut juga lebih jarang diterbitkan, dengan jadwal triwulanan atau dua tahunan menjadi <a href="https://www.sappipapers.com/insights/print-media/launches-print-magazines-2022">lebih umum</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-magazine-that-inspired-rolling-stone-86910">The magazine that inspired Rolling Stone</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Yang tua kini keren lagi</h2>
<p>Tren ini menjauh dari gagasan bahwa majalah adalah barang murah dan sekali pakai. Sebaliknya, hal ini membingkai ulang mereka sebagai produk mewah.</p>
<p>Majalah cetak tidak dapat bersaing dengan media digital dalam menyediakan konten terkini kepada khalayak ramai. Namun mereka berpotensi mempertahankan pembaca yang berdedikasi dengan publikasi yang bermakna dan estetis.</p>
<p>Artinya, majalah cetak dapat terhindar dari gejolak yang dialami situs media yang hanya bergantung pada pendapatan iklan digital. Beberapa tahun terakhir telah terjadi pergolakan staf, pengunduran diri massal, dan penutupan situs web bergaya majalah populer seperti <a href="https://www.npr.org/2019/11/01/775548069/after-days-of-resignations-the-last-of-the-deadspin-staff-have-quit#:%7E:text=After%20Days%20Of%20Resignations%2C%20The%20Last%20Of%20The%20Deadspin%20Staff%20Has%20Quit&text=via%20Getty%20Images-,The%20entire%20writing%20and%20editing%20staff%20of%20Deadspin%20quit%20after,to%20%22stick%20to%20sports.%22"><em>Deadspin</em></a>, <a href="https://www.pajiba.com/miscellaneous/the-gutting-of-the-av-club-is-an-embarrassment-to-the-industry-and-a-horrible-sign-of-its-future.php"><em>Onion AV Club</em></a>, <a href="https://wolfsgamingblog.com/2023/11/07/the-escapist-looks-doomed-following-mass-staff-exodus-including-yahtzee-crowshaw-creator-of-zero-punctuation/#:%7E:text=Escapist%20staff%20members%20Darren%20Mooney,video%20team%20in%20the%20process."> <em>Escapist</em></a> dan <a href="https://www.theguardian.com/media/2023/nov/09/jezebel-news%20-shut-down-layoffs-go-media"><em>Izebel</em></a> (meskipun media tersebut telah <a href="https://www.nytimes.com/2023/11/29/business/media/jezebel-resurrected-paste-magazine.html">kembali</a>). Visi dan standar awal untuk situs-situs ini bisa dibilang telah menderita karena dorongan terus-menerus untuk meningkatkan lalu lintas harian dan mengurangi biaya. </p>
<p>Majalah cetak mungkin juga mendapatkan kembali minat dari para pengiklan. <a href="https://mgmagazine.com/business/marketing-promo/defying-digital-the-resilience-of-print-advertising/">Riset terbaru</a> menunjukkan adanya preferensi yang kuat terhadap iklan cetak di kalangan konsumen. Pembaca <a href="https://www.walsworth.com/blog/print-magazines-arent-dying-and-heres-why">lebih mungkin</a> memperhatikan iklan cetak dan memercayai kontennya. Sebaliknya, iklan <em>online</em> <a href="https://perfectcommunications.com/thought-leadership/print-trustworthy">lebih mungkin</a> diabaikan atau ditutup.</p>
<p>Kolektor majalah <em>Steven Lomazow</em>, Nathan Heller, dalam <a href="https://www.newyorker.com/culture/cultural-comment/what-are-magazines-good-for">profil tahun 2021</a> menulis:</p>
<blockquote>
<p>[…] apa yang membuat majalah menarik pada 1720 adalah hal yang sama yang membuat majalah tersebut menarik pada tahun 1920 dan tahun 2020: perpaduan antara ikonoklasme (gerakan memusnahkan ikon atau gambar-gambar religius) dan otoritas, kebaruan dan kontinuitas, daya jual dan kreativitas, keterlibatan sosial dan suara pribadi.</p>
</blockquote>
<p>Meskipun sirkulasi dan pengaruh majalah cetak mungkin berkurang, mereka tidak mati atau sekarat. Keberadaan majalah saat ini dapat dilihat sebagai yang tengah bergerak ke tempat yang lebih kecil namun berkelanjutan dalam lanskap media.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/221781/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Julian Novitz tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ketika media digital mulai berkembang pada tahun 2010, sedikit orang yang percaya bahwa majalah dapat bertahan. Meskipun industri ini sudah tidak seperti dulu lagi, majalah masih tetap hidup. Mengapa?Julian Novitz, Senior Lecturer, Writing, Department of Media and Communication, Swinburne University of TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2207832024-01-19T03:50:18Z2024-01-19T03:50:18ZBukan teknologi semata: akankah Pusat Data Nasional menjadi solusi aksesibilitas dan jaminan keamanan data?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/570292/original/file-20240119-19-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=101%2C11%2C7454%2C2934&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi pusat data.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/data-center-room-server-networking-device-1015502020">Yanawut.S/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah membangun <a href="https://aptika.kominfo.go.id/tag/pusat-data-nasional/">Pusat Data Nasional (PDN)</a> untuk mewujudkan Satu Data Nasional. Ini menjadi satu peluang untuk memperbaiki transformasi tata kelola digital Indonesia.</p>
<p>Proyek ambisius ini memiliki agenda mengintegrasikan lebih dari <a href="https://www.setneg.go.id/baca/index/pengembangan_pusat_data_di_indonesia_dorong_ekonomi_digital_dan_lindungi_data_pribadi_pengguna">2.700 pusat data yang berasal dari 630 institusi</a> dan lembaga. Tujuannya adalah mengatasi tantangan duplikasi dan inefisiensi dalam sistem yang ada saat ini.</p>
<p>Namun, meskipun PDN menawarkan manfaat yang signifikan, proyek ini juga menghadirkan tantangan inheren yang memerlukan strategi dan upaya kolaborasi, alih-alih soal teknologi semata.</p>
<h2>Peluang Pusat Data Nasional</h2>
<p>Pendirian PDN di Indonesia merupakan amanah dari <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Details/96913/perpres-no-95-tahun-2018">Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2018</a> tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Details/233483/perpres-no-132-tahun-2022">No. 132 Tahun 2022</a> tentang Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Nasional. Peraturan ini menyediakan kerangka hukum dan kebijakan yang kuat, serta menandakan komitmen pemerintah yang serius dalam meletakkan dasar kokoh untuk keberhasilan proyek <a href="http://www.wantiknas.go.id/wantiknas-storage/file/img/ebuletin/20201020_e-Buletin%20Wantiknas_Langkah%20Strategis%20Pusat%20Data%20Nasional_Edisi%2009.pdf">Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)</a>.</p>
<p>Ini semua merupakan langkah signifikan dalam perjalanan Indonesia menuju infrastruktur digital yang terintegrasi dan efisien.</p>
<p>Pusat data yang akan dibangun ada di empat lokasi, yaitu <a href="https://siapspbe.id/pusat-data-nasional-di-indonesia/">Bekasi, Batam, Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, dan Labuan Bajo</a>, diharapkan dapat menjamin pemerataan aksesibilitas digital di seluruh wilayah Indonesia dan menjembatani kesenjangan digital di berbagai wilayah.</p>
<p>PDN menawarkan peluang untuk meningkatkan <a href="https://www.kompas.tv/advertorial/472751/menjamin-kedaulatan-data-melalui-pusat-data-nasional?page=all">keamanan dan kedaulatan data</a>. Dengan memusatkan penyimpanan data pemerintah dalam batas negara, PDN dapat melindungi informasi sensitif dari ancaman serangan siber internasional dan kebocoran data.</p>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/570287/original/file-20240119-20-17fnok.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/570287/original/file-20240119-20-17fnok.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/570287/original/file-20240119-20-17fnok.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/570287/original/file-20240119-20-17fnok.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/570287/original/file-20240119-20-17fnok.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/570287/original/file-20240119-20-17fnok.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/570287/original/file-20240119-20-17fnok.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Infografis Percepatan Integrasi Pembangunan Pusat Data Nasional (PDN).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://aptika.kominfo.go.id/2022/10/peletakan-batu-pertama-pdn-di-bekasi-awal-november/">Direktorat Layanan Aplikasi Informatika, Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>PDN juga diharapkan dapat mencapai efisiensi biaya yang signifikan. Konsolidasi berbagai pusat data pemerintah di bawah PDN berpotensi mengurangi pengeluaran teknologi informasi (TI) secara keseluruhan. Rasionalisasi sumber daya ini bertujuan untuk mengoptimalkan manajemen keuangan dan memungkinkan alokasi dana publik yang lebih strategis.</p>
<p>Selanjutnya, PDN diharapkan dapat memfasilitasi kolaborasi dan berbagi informasi antarlembaga pemerintah, menghilangkan silo (penyimpanan data dengan akses terbatas) data yang tradisional dan menghambat efisiensi operasional pemerintah. Konektivitas ini diharapkan akan menyediakan layanan yang lebih mulus dan koheren kepada masyarakat, serta meningkatkan kualitas layanan pemerintah.</p>
<p>Dampak kolektif dari PDN mencakup peningkatan pengambilan keputusan dan kebijakan berbasis data, peningkatan keamanan data, efisiensi biaya, dan kolaborasi yang lebih baik. PDN tidak hanya berperan sebagai aset infrastruktur tetapi juga sebagai katalis untuk transformasi yang lebih luas dalam tata kelola sektor publik dan peningkatan layanan publik di Indonesia.</p>
<h2>Tantangan dan mitigasi risiko</h2>
<p>PDN ini bukan hanya soal teknologi semata, melainkan juga manajemen perubahan yang berpotensi menimbulkan masalah baru yang rumit. Proses implementasi yang rumit ini membutuhkan visi yang bersatu dan upaya bersama untuk menavigasi kompleksitas kerja sama antarlembaga dan penyelarasan kebijakan.</p>
<p>Maka dari itu, proyek ini membutuhkan pendekatan sinergis dan kolaboratif yang menggabungkan berbagai tingkat pemerintah dan sektor untuk memastikan kepatuhan ketat terhadap arahan kebijakan dan standar. </p>
<p>Bagaimanapun juga, keberhasilan PDN bergantung pada tata kelola data yang efektif, bukan hanya sekadar penggunaan teknologi canggih. Tantangan besar ini melibatkan lembaga pemerintah yang terlibat untuk mengatasi <a href="https://www.kompas.id/baca/kesehatan/2020/05/13/ego-sektoral-hambat-pengumpulan-data">‘ego sektoral’ dan mengintegrasikan data mereka ke dalam sistem terpusat ini</a>. Ini vital untuk membongkar silo data yang sudah lama ada di Indonesia dan mendorong ekosistem pemerintahan yang kolaboratif dan efisien. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/570291/original/file-20240119-21-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/570291/original/file-20240119-21-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/570291/original/file-20240119-21-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/570291/original/file-20240119-21-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/570291/original/file-20240119-21-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/570291/original/file-20240119-21-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/570291/original/file-20240119-21-xxe1ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Spesifikasi layanan Pusat Data Nasional Sementara tahun 2020.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://aptika.kominfo.go.id/wp-content/uploads/2022/09/PDN.jpg">Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kepemimpinan yang kuat dan kolaborasi yang tangguh di antara berbagai institusi akan membantu memastikan bahwa data dikelola dengan cara yang memaksimalkan nilai bagi pemerintah dan masyarakat, sambil menjaga keamanan dan privasi. Ini tentunya tidak mudah, tapi bisa terlaksana dengan komitmen yang tinggi.</p>
<p>Memastikan integritas dan kualitas data di PDN sangat penting karena ini merupakan aspek yang sangat vital dari <a href="https://brin.go.id/news/117071/data-valid-kunci-kesuksesan-untuk-pemerintahan-digital">data yang diambil dan digunakan di antara institusi pemerintah</a>.</p>
<p>Oleh karena itu, standar verifikasi dan validasi data yang ketat harus dibuat. Selain itu, PDN harus menyeimbangkan penyediaan akses data yang ramah pengguna dengan mematuhi undang-undang privasi data yang ketat, seperti <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176837/Salinan_UU_Nomor_27_Tahun_2022.pdf">UU Perlindungan Data Pribadi</a>, untuk memastikan pengelolaan data yang aman dan beretika. </p>
<p>Mempromosikan berbagi data antarinstitusi juga sangat penting <a href="https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/35098/t/Ego+Sektoral%2C+Penyebab+Belum+Terintegrasi+Basis+Data+Kependudukan">untuk menghindari ego sektoral dan silo data</a>. Inisiatif ini memerlukan pembuatan standar data umum, platform bersama, dan pedoman berbagi data yang jelas. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan layanan publik melalui kolaborasi yang ditingkatkan dan manajemen data yang terpadu.</p>
<h2>Aspek kunci</h2>
<p>Aspek kunci dari PDN adalah menyeimbangkan keamanan data dan aksesibilitas.</p>
<p>Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan kebocoran data di berbagai institusi pemerintah. PDN harus membangun dasar teknologi yang kuat untuk keamanan siber guna menjaga data kritis.</p>
<p>Sambil memprioritaskan kedaulatan data dan perlindungan dari ancaman siber, juga harus ada fokus untuk memastikan bahwa data tetap mudah diakses dan fungsional untuk lembaga pemerintah. Di satu sisi, pengelolaan data di PDN menjadi lebih terintegrasi, di lain pihak jika terjadi serangan siber atau kebocoran data, risiko yang dihadapi oleh PDN akan semakin tinggi.</p>
<p>Ini memerlukan pendekatan dinamis terhadap keamanan yang didukung oleh protokol tata kelola data yang kuat dan dapat disesuaikan. Protokol ini harus cukup fleksibel untuk berkembang dengan teknologi dan ancaman yang muncul. Evaluasi dan pemutakhiran langkah-langkah keamanan secara teratur sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan harmonis antara keamanan dan kegunaan.</p>
<p>Pertimbangan signifikan lainnya adalah aspek keuangan dari PDN. Meskipun tujuan akhir adalah untuk mencapai efisiensi biaya dengan mengkonsolidasikan sumber daya TI, investasi awal dan biaya operasional berkelanjutan perlu dipertimbangkan. Manajemen anggaran yang efisien sangat penting untuk keberlanjutan operasional jangka panjang.</p>
<p>Pemerintah juga perlu memastikan pusat-pusat ini tidak hanya canggih secara teknologi tetapi juga dikelola dan dimanfaatkan dengan efektif dan berkelanjutan, termasuk terkait ketahanan lingkungan. Seperti yang diketahui, <a href="https://theconversation.com/ai-generatif-membahayakan-lingkungan-bagaimana-cara-mengatasinya-214871">pembangunan pusat data bisa memberikan risiko bagi lingkungan</a>, sehingga perlu mengadopsi manajemen data berkelanjutan, mengoptimalkan pengumpulan hingga pemusnahan data, dan peduli pada aspek lingkungan.</p>
<p>Akhirnya, kesuksesan jangka panjang PDN tergantung pada keselarasannya dengan strategi digital Indonesia secara umum. Keselarasan ini memastikan bahwa PDN bukan proyek terisolasi tetapi integral dengan ambisi digital bangsa secara keseluruhan.</p>
<p>Kontinuitas dan keberlanjutan sangat kritis, dan membutuhkan kolaborasi, kepemimpinan yang efektif, evaluasi berkelanjutan dan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan lanskap teknologi yang berkembang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/220783/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arif Perdana tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pusat Data Nasional menawarkan manfaat yang signifikan, tetapi juga menghadirkan tantangan yang memerlukan strategi dan upaya kolaborasi. Ini bukan hanya soal teknologi semata.Arif Perdana, Associate Professor Digital Strategy and Data Science, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2160822023-11-09T06:04:52Z2023-11-09T06:04:52ZApa beda sifat Elon Musk dan Bill Gates? Riset baru tunjukkan kepribadian pendiri memengaruhi kesuksesan ‘startup’<p>Dari tingginya kepercayaan diri Elon Musk hingga kemampuan Jeff Bezos untuk membuat keputusan cerdik <a href="https://www.cnbc.com/2019/11/14/how-billionaire-jeff-bezos-makes-fast-smart-decisions-under-pressure-says-ex-amazon-manager.html">ketika berada di bawah tekanan</a>, beberapa pengusaha paling sukses dikenal karena kepribadiannya yang khas. Namun ciri-ciri ini bukan sekadar catatan menarik dalam kisah mereka: kepercayaan diri dan ketenangan, serta kualitas lain seperti kecintaan terhadap petualangan, dapat berdampak besar pada kesuksesan <em>startup</em>.</p>
<p><em>Startup</em> biasanya terbilang sukses ketika ia diakuisisi oleh perusahaan lain atau berhasil melantai di bursa (ketika sahamnya bisa diperjualbelikan oleh publik di pasar modal). Umumnya, para investor mengasosiasikan kesuksesan ini dengan faktor sisi pasokan (produk baru), atau permintaan (ketertarikan pasar atau “sektor panas”). </p>
<p>Tentu saja masih banyak elemen lain yang menentukan kesuksesan suatu perusahan rintisan. Misalnya, ada istilah yang dikenal dengan “<em>Goldilocks age</em>”, merujuk pada <em>startup</em> yang berusia kurang dari tujuh tahun memiliki kemungkinan kecil untuk sukses karena belum memiliki cukup waktu untuk berkembang. Atau bagaimana perusahaan rintisan yang berbasis di “titik panas” seperti San Francisco, Berlin atau London lebih mungkin untuk sukses karena memiliki akses yang lebih baik ke sumber daya keuangan dan manusia.</p>
<p>Meski <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-023-41980-y">penelitian terbaru kami</a> menunjukkan bahwa elemen-elemen tersebut penting, kami menemukan bahwa kepribadian pendiri adalah faktor yang paling memengaruhi kesuksesan sebuah <em>startup</em>.</p>
<h2>AI mengungkap faktor ‘x’: kepribadian pendiri</h2>
<p>Tim lintas disiplin kami–berasal dari University of New South Wales, University of Oxford, University of Technology Sydney, dan University of Melbourne–menjalankan misi selama dua tahun untuk membongkar misteri di balik kesuksesan bisnis <em>startup</em>. Kami menyelami data terperinci lebih 21.000 <em>startup</em> global untuk menemukan pola yang bisa memprediksi keberhasilan atau kejatuhan usaha.</p>
<p>Dengan menggunakan algoritme AI, kami mengaplikasikan model “<a href="https://www.britannica.com/science/five-factor-model-of-personality">lima faktor</a>”–sebuah teori psikologi yang membagi kepribadian menjadi lima kelompok–untuk menganalisis pandangan para pendiri <em>startup</em> di seluruh dunia. Setelah membandingkan data ribuan pendiri hingga informasi mengenai para pekerjanya, kami menemukan bahwa pengusaha menunjukkan kombinasi sifat kepribadian yang berbeda dibanding kebanyakan orang. </p>
<p>Pengusaha cenderung menyukai variasi dan hal baru. Mereka sering kali memiliki keinginan untuk menjadi pusat perhatian dan kegembiraan. Meskipun sifat-sifat ini mungkin terdengar umum, dalam dunia bisnis hal ini terwujud dalam pengambilan risiko, kemampuan berjejaring, dan luapan energi–unsur penting dalam kesuksesan <em>startup</em>.</p>
<p>Berdasarkan temuan penelitian kami, kami mengidentifikasi enam jenis kepribadian para pendiri: <em>leader</em> (pendiri), <em>accomnplisher</em> (pencapai), <em>operator</em> (operator), <em>developer</em> (pengembang), <em>fighter</em> (pejuang), dan <em>engineer</em> (insinyur). Tiap tipe kepribadian memiliki kombiasi ciri-ciri kepribadian. Misalnya, operator menghargai ketertiban dan pejuang cenderung memiliki kesensitifan emosional.</p>
<p><strong>Tipe-tipe kepribadian pendiri</strong></p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Tabel menunjukkan tipe kepribadian, karakteristik, dan contoh-contohnya." src="https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/558553/original/file-20231109-21-f2kb4w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.nature.com/articles/s41598-023-41980-y">McCarthy, Gong, Braesemann, Stephany, Rizoiu and Kern. Diterjemahkan oleh The Conversation Indonesia.</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Banyak dari jenis kepribadian ini yang sukses dalam <em>startup</em> di dunia nyata. Ambil contoh Bill Gates, salah satu penemu Microsoft. Ia <a href="http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/5086412.stm">meninggalkan Harvard</a> untuk mengejar apa yang kala itu merupakan impian berisiko. Ini menggambarkan “keterbukaan pada petualangan”, yang kami temukan sebagai salah satu karakteristik dari tipe kepribadian “<em>leader</em>”. </p>
<p>Topik mengenai upaya melawan rintangan yang terkesan mustahil ini, dibarengi dengan energi tanpa batas, selaras dengan kisah para pendiri <em>startup</em>. </p>
<p>Melanie Perkins, pendiri Canva, perusahan desain grafis dengan valuasi hingga <a href="https://www.afr.com/street-talk/iconiq-coatue-join-canva-register-at-us-25-5bn-valuation-20230808-p5duqs">$26 miliar</a> (Rp406,72 triliun), mengalami lebih dari 100 penolakan dari investor sebelum akhirnya berhasil <a href="https://fortune.com/longform/melanie-perkins-canva-founder-ceo-interview/">mengamankan modal ventura</a> yang ia butuhkan untuk membangun platformnya. Ia menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang “<a href="https://www.theceomagazine.com/business/coverstory/canva-melanie-perkins/">penuh tekat, keras kepala, dan menyukai petualangan</a>”–yang juga merupakan ciri-ciri dari tipe “<em>leader</em>”.</p>
<p>Jeff Bezos adalah “<em>accomplisher</em>” yang terkenal. Ia meninggalkan posisinya amannya di sebuah perusahaan dana kelolaan di New York untuk mendirikan Amazon di Seattle. Apa yang ia lakukan bukanlah tindakan impulsif, melainkan sebuah pilihan strategis. </p>
<p>Bezos melihat Seattle sebagai tempat terbaik untuk pusat distribusi nasional karena akan mendapat manfaat dari <a href="https://medium.com/galileo-onwards/amazon-in-seattle-7d4d8c5d825d">undang-undang perpajakan</a> khusus negara bagian Washington. Perencanaan terperinci dan visi jangka panjang ini telah menjadi karakteristik pencapaian-pencapaian Amazon lainnya, termasuk pengembangan Amazon Web Services, perusahaan <a href="https://theconversation.com/whats-next-for-amazon-after-jeff-bezos-no-dramatic-changes-just-more-growth-and-optimisation-154553">komputasi awan</a> global terkemuka.</p>
<p>Dan, tentu saja, diskusi soal kepribadian pendiri <em>startup</em> tak akan lengkap tanpa membahas empunya Tesla dan SpaceX, Elon Musk. Banyak kepentingan bisnis sang “<em>engineer</em>” ini yang didorong oleh imajinasi tanpa batas dan kecerdasan. Kamu bisa melihatnya dari misi nekat SpaceX untuk <a href="https://theconversation.com/elon-musk-releases-details-of-plan-to-colonise-mars-heres-what-a-planetary-expert-thinks-79733">mendiami Mars</a> dan desain Cybertruck futuristik Tesla, juga dari <a href="https://theconversation.com/hyperloop-and-the-future-of-ground-transport-17020">Hyperloop</a>, sistem tranportasi bawah tanah Musk.</p>
<p><strong>Para pendiri memiliki pola pikir yang berbeda</strong></p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Map of the brain showing six successful founder personality types: leaders, accomplishers, operators, developers, fighters, engineers." src="https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=591&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=591&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/553685/original/file-20231013-19-511pl2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=591&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.nature.com/articles/s41598-023-41980-y">McCarthy, Gong, Braesemann, Stephany, Rizoiu, Kern</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kekuatan keberagaman</h2>
<p>Model kami juga menunjukkan bahwa perusahaan rintisan yang tim pendirinya memiliki campuran tipe-tipe kepribadian ini memiliki potensi sukses 8 hingga sepuluh kali lebih sukses.</p>
<p>Tiga pendiri Canva adalah contoh yang bagus untuk menggambarkan ini. Kombinasi kecerdasan teknologi dan imajinasi <a href="https://www.forbes.com/profile/cameron-adams/?sh=7cf16a2a27c1">mantan karyawan Google</a>, Cameron Adams, dengan ketekunan Cliff Obrecht <a href="https://www.forbes.com.au/news/billionaires/felt-like-a-failure-the-untold-story-of-canva-couples-rise-to-billionaire-founders/">dalam membuat kesepakatan</a> dan <a href="https://www.theceomagazine.com/business/coverstory/canva-melanie-perkins/">energi, keandalan, dan jiwa petualang</a> berujung pada terciptanya sebuah raksasa teknologi.</p>
<p>Meski kamu tak tengah bersiap untuk meluncurkan atau berinvestasi dalam sebuah perusahaan rintisan, memahami tipe-tipe kepribadian ini menawarkan lensa yang menarik untuk memahami dunia <em>startup</em> dan figur-figurnya yang banyak dibicarakan masyarakat. Tak hanya itu, temuan kami juga kemungkinan akan berguna di bidang lainnya: kinerja tim, misalnya, terbentuk dari kombinasi yang tepat dari berbagai jenis kepribadian. </p>
<p>Di balik setiap <em>startup</em> yang sukses, ada lebih dari sekadar inovasi terobosan ataupun pasar yang tengah berkembang. Para pendiri yang dinamis, dengan kepribadian yang menjadi resep rahasia untuk kesuksesan <em>startup</em> turut memegang andil yang besar.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/216082/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kesuksesan ‘startup’ tak hanya bersandar pada produk yang ditawarkan atau tersedianya pasar. Kepribadian para pendirinya pun memainkan peran penting.Fabian Braesemann, Departmental Research Lecturer in AI & Work, University of OxfordPaul X. McCarthy, Adjunct Professor and Industry Fellow, UNSW SydneyPeggy Kern, Associate Professor, Centre for Positive Psychology, The University of MelbourneLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2137532023-10-04T06:38:28Z2023-10-04T06:38:28Z4 potensi yang dimiliki AI untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia<p>Kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau <em>artificial intelligence</em> (AI) membuat ekosistem pendidikan global sibuk memanfaatkan AI. Artikel <a href="https://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-12251763/amp/Harvard-announces-teach-students-using-artificial-intelligence-instructor-semester.html">“<em>Harvard Announces it Will Teach Students Using an Artificial Intelligence Instructor Next Semester</em>”</a> memberitakan bahwa tim pengajar dari kursus pemrograman dasar di Universitas Harvard, Amerika Serikat (AS) tengah melakukan eksperimen pengajaran oleh asisten berbasis <em>Chat Generative Pre-training Transformer</em> (chatGPT), yaitu sistem kecerdasan buatan yang cara kerjanya menggunakan format percakapan. </p>
<p>Walau terlihat begitu menjanjikan, kita masih dapat menemukan penyalahgunaan AI untuk hal-hal yang tak diinginkan di dunia pendidikan. Misalnya saja dalam kasus seorang mahasiswa yang mengerjakan tugas akademik dalam bentuk esai dengan <a href="https://megashift.fisipol.ugm.ac.id/2023/01/27/polemik-chatgpt-bagaimana-perguruan-tinggi-harus-bersikap/">bantuan Open AI</a>.</p>
<p>Namun, kita tidak bisa serta merta menolak kehadiran AI. Sebab saat ini, AI menawarkan potensi yang tak dapat diberikan oleh teknologi sebelumnya. Bahkan, di tahun 2019, dalam program bertajuk <a href="https://en.unesco.org/sites/default/files/mlw2019-programme.pdf"><em>Mobile Learning Week</em></a>, UNESCO menyatakan bahwa AI memiliki potensi untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-4, yakni <a href="https://data.unicef.org/sdgs/goal-4-quality-education/">pendidikan berkualitas</a>.</p>
<h2>Bagaimana dengan Indonesia?</h2>
<p>Di Indonesia sendiri, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-4, dirumuskan dengan maksud untuk <a href="https://indonesia.un.org/id/sdgs/4/key-activities">menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua</a>.</p>
<p>Terkait hal ini, AI memiliki potensi yang dapat mempercepat tercapainya tujuan tersebut, yaitu:</p>
<p><strong>1. Potensi adaptasi</strong></p>
<p>AI memiliki potensi besar untuk menciptakan <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/01/gunakan-teknologi-pendidikan-sesuai-kebutuhan-pembelajaran">pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan</a> setiap siswa di Indonesia. Sistem <a href="https://www.researchgate.net/publication/358199658_WHICH_IS_BETTER_CONVENTIONAL_EDUCATION_OR_DISTANCE_EDUCATION">pendidikan konvensional</a> sering melihat kecerdasan anak-anak dengan sudut pandang yang seragam. Contohnya, semua siswa diharapkan untuk menguasai mata pelajaran yang sama dengan tuntutan nilai minimum tertentu.</p>
<p>Pendekatan ini sering diterapkan karena lembaga pendidikan menghadapi kendala dalam memberikan evaluasi yang personal dan inklusif kepada setiap siswa. Dengan kehadiran AI, kita dapat melihat munculnya pendidikan yang lebih modern dan berfokus pada inklusivitas.</p>
<p>AI memungkinkan kita untuk mengembangkan metode pendidikan yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan individu siswa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh <a href="https://www.researchgate.net/publication/337552114_Klasifikasi_Kecerdasan_Majemuk_pada_Anak_Berdasarkan_Posting_Aktivitas_di_Media_Sosial_Menggunakan_SentiStrength_dan_Spearman's_Rank_Correlation_Coefficient">(Baihaqi Siregar, dosen Universitas Sumatra Utara, Indonesia, dan rekan-rekannya tahun 2019)</a>, AI dapat membantu kita dalam mengidentifikasi kecerdasan majemuk pada anak-anak berdasarkan aktivitas mereka di media sosial.</p>
<p><strong>2. Potensi ruang dan akses</strong></p>
<p>Salah satu masalah yang masih umum terjadi di Indonesia adalah mengenai <a href="https://bappenas.go.id/index.php/berita/tingkatkan-pemerataan-pendidikan-berkualitas-di-indonesia-3Sabe">pemerataan kualitas pendidikan</a>. Hal itu terjadi lantaran, pemerintah kesulitan dalam menjangkau siswa yang berada di daerah terpencil. </p>
<p>AI memungkinkan pengembangan <em>platform e-learning</em> yang dapat diakses oleh siapa saja, termasuk mereka yang tinggal di daerah terpencil. Melalui <em>platform e-learning</em> ini, siswa di <a href="https://www.researchgate.net/publication/342798594_PERKEMBANGAN_E-LEARNING_SEBAGAI_INOVASI_PEMBELAJARAN_DI_ERA_DIGITAL">berbagai daerah di Indonesia dapat mengakses beragam materi pembelajaran berkualitas tanpa terbatas oleh lokasi geografis</a>.</p>
<p>Hal ini tidak hanya membantu dalam memeratakan akses pendidikan di seluruh negeri, sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-4, tetapi juga membuka peluang baru bagi pendidikan jarak jauh, pelatihan <em>online</em>, dan berbagai sumber pembelajaran yang dapat diakses secara global. Namun, tentu saja, hal ini membutuhkan komitmen dari pemerintah untuk menggalakkan <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/01/26/ini-provinsi-dengan-infrastruktur-dan-ekosistem-digital-terbaik-2022">pembangunan infrastruktur digital yang merata</a>di seluruh wilayah Indonesia.</p>
<p><strong>3. Potensi ketersediaan guru</strong></p>
<p>Banyak daerah di Indonesia yang masih kesulitan mendapatkan <a href="https://mediaindonesia.com/opini/200182/mengkritisi-kualitas-guru">guru yang berkualitas</a>. Dalam konteks ini, kehadiran AI dapat memainkan peran sebagai <a href="http://conference.ut.ac.id/index.php/prosidingsenmaster/article/view/726">guru virtual</a>.</p>
<p>Dengan AI, siswa dapat memperoleh pengajaran yang berkualitas di manapun ia berada. Hal ini tentu saja dapat membantu siswa yang memiliki keterbatasan akses secara geografis untuk tetap mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa harus menghadiri sekolah secara fisik.</p>
<p><strong>4. Potensi mengurangi beban kerja guru</strong></p>
<p>Ekosistem pendidikan di Indonesia kerap menggunakan rasio perbandingan antara guru dan siswa. Rasio 1:40, misalnya, berarti 1 guru akan mendampingi 40 siswa di kelas. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa guru tersebut mendampingi tidak hanya 40 anak. Terutama di daerah-daerah yang jumlah gurunya sedikit. Sehingga, beban kerja guru menjadi berlipat ganda semisal dalam hal evaluasi hasil pembelajaran.</p>
<p>Dalam konteks ini, AI dapat digunakan untuk <a href="https://blog.classpoint.io/id/bagaimana-ai-digunakan-dalam-pendidikan-10-cara-anda-juga-bisa/">menilai pekerjaan dan tugas siswa secara otomatis </a>. Dengan kehadiran AI, <a href="https://smodin.io/id/blog/how-to-grade-assignments-with-ai/">guru dapat menghemat waktu dalam proses penilaian dan memberikan umpan balik dengan cepat dan tidak memihak kepada siswa</a>. Sehingga, guru memiliki lebih banyak waktu untuk memberikan bimbingan individual kepada siswa yang membutuhkan pendampingan ekstra.</p>
<p>Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa AI memang memiliki berbagai potensi yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-4. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun kemajuan AI begitu mengagumkan, AI pada akhirnya hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Artinya, penggunaan AI tetap harus berada di dalam koridor yang benar dan di bawah kendali penuh penggunanya untuk mencegah kesalahan dan peluang kejahatan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213753/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yogie Pranowo tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penggunaan AI dalam dunia pendidikan masih menimbulkan pro dan kontra. Tapi sebenarnya, AI memiliki potensi untuk mempercepat tercapainya pendidikan berkualitas. Mengapa?Yogie Pranowo, Adjunct Associate Lecturer, Universitas Multimedia NusantaraLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2128382023-09-12T02:19:48Z2023-09-12T02:19:48ZApa Area 51 dan benarkah ‘alien’ ada di sana?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/546243/original/file-20230706-19-6ho7f4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=165%2C0%2C4276%2C3186&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Selama beberapa dekade, apa yang ada di ujung jalan ini adalah sebuah rahasia misterius.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Area_51_Main_Gate.jpg">David James Henry/Wikimedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apa yang kira-kira terjadi di Area 51? - Griffin, usia 10 tahun, South Lyon, Michigan, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Salah satu alasan mengapa orang tidak pernah bisa sepenuhnya yakin tentang apa yang terjadi di Area 51 adalah karena tempat ini merupakan fasilitas militer rahasia yang sangat rahasia. Baru pada tahun 2013, pemerintah Amerika Serikat mengakui keberadaan dan nama “Area 51”. </p>
<p>Informasi ini muncul sebagai bagian dari serangkaian dokumen yang lebih luas yang dirilis melalui permintaan <a href="https://www.foia.gov/about.html"><em>Freedom of Information Act</em></a>, yang merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh warga negara dan kelompok biasa untuk meminta pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan rincian tentang kegiatan pemerintah. Dalam hal ini, permintaan tersebut mempublikasikan informasi <em>CIA</em> yang sebelumnya dirahasiakan mengenai sejarah pengembangan dan pengujian pesawat mata-mata U-2. Informasi tersebut juga mengungkapkan di mana pesawat itu diuji coba: Area 51!</p>
<p>Sebagai seorang <a href="https://www.researchgate.net/scientific-contributions/Christopher-McKnight-Nichols-2119126815">sejarawan keamanan nasional</a>, saya tahu ada sejarah panjang tentang rahasia di Area 51. Saya juga tahu bahwa tidak satu pun dari rahasia itu yang ada hubungannya dengan <em>alien</em> luar angkasa.</p>
<h2>Apa itu Area 51</h2>
<p>Pangkalan yang biasa disebut sebagai Area 51 ini terletak di daerah terpencil di Nevada selatan, sekitar 100 mil (161 kilometer) dari Las Vegas, Amerika Serikat. Pangkalan ini berada di tengah-tengah area yang dilindungi secara federal di <em>Nevada Test and Training Range</em> milik Angkatan Udara Amerika Serikat, yang kini dikenal sebagai <a href="https://www.nnss.gov/">Situs Keamanan Nasional Nevada</a>, yang berada di dalam <em>Nellis Air Force Range</em> yang lebih besar. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="peta yang menunjukkan kota Las Vegas di pojok kanan bawah dan inset Amerika Serikat di pojok kiri bawah dengan Nevada Selatan yang disorot" src="https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/535094/original/file-20230630-27-ten4o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Area 51, persegi panjang berwarna kuning di tengah-tengah peta, terletak di tengah-tengah <em>Nellis Air Force Range</em> yang lebih besar.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wfm_area51_map_en.png">DEMIS BV via Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Area 51 is the name on maps for the area within the Nevada National
Area 51 adalah nama di peta untuk area di dalam Situs Keamanan Nasional Nevada di mana pemerintah melakukan operasi rahasia. Lapangan terbang di Area 51 disebut <em>Homey Airport</em>, dan keseluruhan fasilitasnya sering disebut sebagai <em>Groom Lake</em>. <em>Groom Lake</em> adalah dataran garam, atau danau yang mengering, yang berdekatan dengan bandara.</p>
<h2>Sejarah Area 51</h2>
<p>Pada tahun-tahun awal <a href="https://kids.britannica.com/kids/article/Cold-War/352982">Perang Dingin</a> antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, kedua negara mencari perkembangan teknologi baru yang dapat memberikan satu negara kekuatan yang lebih besar daripada negara lainnya. Sejumlah besar informasi tentang pencapaian ilmiah, seperti tentang roket atau senjata - tetapi juga tentang cara-cara untuk menanam lebih banyak makanan atau membuat bahan bakar lebih efisien - dirahasiakan sebagai masalah keamanan nasional. </p>
<p>Bagian penting dari tidak terjadinya perang dunia lagi adalah, dan masih, mengembangkan teknologi untuk melihat apa yang dilakukan pihak lain - yaitu, <a href="https://www.history.com/news/aerial-surveillance-spy-devices">teknologi pengawasan</a> yang dapat memata-matai musuh. Informasi yang dikumpulkan oleh teknologi pengawasan yang baru dan lebih baik tentang inovasi baru dengan pesawat dan senjata sangat penting bagi pemerintah. </p>
<p>Ini berarti bahwa informasi pengawasan dan teknologi untuk mendapatkannya merupakan rahasia keamanan nasional yang sangat dijaga. Hanya sedikit orang di pemerintahan Amerika Serikat dan Uni Soviet yang tahu tentang rahasia ini dari 1940-an hingga akhir Perang Dingin pada 1991. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Pesawat mata-mata U-2" src="https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536156/original/file-20230706-25-x0evon.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pesawat mata-mata U-2 merupakan yang pertama dari sekian banyak rahasia yang tersimpan di Area 51.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Usaf.u2.750pix.jpg">U.S. Air Force</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Yang menjadi pusat dari semua ini adalah <a href="https://www.britannica.com/technology/U-2">pesawat mata-mata U-2</a> milik Amerika Serikat. Pesawat ini dapat terbang lebih tinggi daripada pesawat lain dan dibuat untuk melakukan perjalanan di atas target di seluruh dunia untuk mengambil foto dan pengukuran beresolusi tinggi. Area 51 dipilih pada 1955 untuk menguji U-2 karena lokasinya yang terpencil dapat membantu menjaga kerahasiaan pesawat tersebut. </p>
<p>Area 51 menjadi tempat uji coba untuk pesawat-pesawat baru rahasia lainnya. Ini termasuk <a href="https://airandspace.si.edu/collection-objects/lockheed-sr-71-blackbird/nasm_A19920072000">A-12</a>, yang, seperti U-2, adalah pesawat pengintai yang terbang cepat. A-12 pertama kali diterbangkan di Bandara Homey pada 1962. Pesawat ini memiliki bagian tengah seperti cakram yang menonjol untuk membawa bahan bakar tambahan. Bentuknya dan bodi titaniumnya yang mengkilap bisa jadi bertanggung jawab atas laporan beberapa orang yang melihat kapal berbentuk bola, yang juga dikenal sebagai piring terbang. </p>
<p>Pesawat penting lainnya - dan berbentuk aneh - yang pertama kali diuji coba di Area 51 adalah pesawat tempur siluman yang dikenal dengan nama <a href="https://www.britannica.com/technology/F-117">F-117</a>. Pesawat ini pertama kali terbang di Bandara Homey pada tahun 1981.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="sebuah pesawat jet berbentuk aneh dengan satu kursi terbang tinggi di atas padang pasir" src="https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536157/original/file-20230706-17-ckb57e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pesawat tempur siluman F-117 terlihat seperti berasal dari dunia lain, tetapi sebenarnya dibuat di sini, di Bumi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/File:F-117_Nighthawk_Front.jpg">U.S. Air Force</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Rahasia dan spekulasi</h2>
<p>“<em>More Flying Objects Seen in Clark Sky</em>,” demikian judul berita pada tanggal <a href="https://time.com/5627694/area-51-history/">17 Juni 1959</a> di surat kabar <em>Reno Evening Gazette</em>. Laporan seperti ini tentang objek terbang tak dikenal pada 1950-an dan 1960-an memicu kontroversi dan perhatian terhadap Area 51. Ini karena tiga alasan utama:</p>
<ol>
<li> Area 51 sangat rahasia dan tidak dapat diakses oleh publik. </li>
<li> Area ini merupakan tempat uji coba penerbangan pesawat terbang rahasia yang bergerak cepat dan dengan cara yang berbeda dari yang diharapkan. </li>
<li> Perang Dingin adalah era ketegangan politik, dan ada banyak film dan acara TV tentang <em>alien</em> luar angkasa pada saat itu. </li>
</ol>
<p>Ketika pemerintah tidak mengatakan kebenaran yang sebenarnya kepada publik, apa pun alasannya, rahasia dapat <a href="https://www.atlasobscura.com/articles/manhattan-project-library-charlotte-serber-oppenheimer-fbi">menimbulkan spekulasi liar</a>. Kerahasiaan dapat memberikan ruang bagi teori konspirasi untuk berkembang.</p>
<p>Area 51 masih terlarang bagi lalu lintas udara sipil dan militer, satu dekade setelah pemerintah mengakui keberadaannya. Kerahasiaan pemerintah selama 68 tahun telah membantu <a href="https://theconversation.com/yes-im-searching-for-aliens-and-no-i-wont-be-going-to-area-51-to-look-for-them-120584">memperkuat kecurigaan, spekulasi, dan teori konspirasi</a>. <a href="https://content.time.com/time/specials/packages/article/0,28804,1860871_1860876_1861006,00.html">Teori konspirasi</a> ini termasuk pesawat ruang angkasa <em>alien</em> yang jatuh, <em>alien</em> ruang angkasa yang sedang bereksperimen, dan bahkan <em>alien</em> ruang angkasa yang bekerja di Area 51. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="seekor burung bangau kecil memegang sebuah benda berbentuk cakram di depan papan nama sebuah restoran yang memuat gambar alien luar angkasa" src="https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536161/original/file-20230706-29-1fxni5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Spekulasi mengenai alien luar angkasa di Area 51 telah menjadi bagian dari budaya populer selama lebih dari setengah abad.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/24874528@N04/14222448874/">Airwolfhound/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada penjelasan yang jauh lebih sederhana tentang apa yang dilihat oleh para saksi mata di dekat Area 51. Bagaimanapun, publik sekarang tahu tentang apa yang sedang diuji coba di Area 51, dan kapan. Sebagai contoh, ketika penerbangan U-2 dan A-12 meningkat pada 1950-an dan 1960-an, <a href="https://www.nytimes.com/2021/06/24/us/politics/ufo-report-us-pentagon.html">begitu pula penampakan UFO lokal</a>. Ketika balon dan pesawat jatuh, dan pengujian rahasia teknologi baru serta peralatan Soviet yang ditangkap terus berlanjut, <a href="https://nsarchive.gwu.edu/briefing-book/intelligence/2013-10-29/area-51-file-secret-aircraft-soviet-migs">begitu pula laporan tentang kecelakaan dan pendaratan UFO</a>. </p>
<p>Faktanya, banyak penampakan UFO <a href="https://foreignpolicy.com/2013/08/15/declassified-the-cias-secret-history-of-area-51/">yang hampir sama persis</a> dengan tanggal dan waktu penerbangan pesawat-pesawat eksperimental yang diklasifikasikan saat itu. Kita juga tahu bahwa prototipe pesawat tak berawak dan versi yang lebih baru <a href="https://www.washingtonpost.com/news/the-switch/wp/2013/08/16/the-cia-first-tested-drones-in-area-51-because-of-course-they-did/">telah diuji coba di lokasi tersebut</a>.</p>
<p>Pada akhirnya, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa ada sesuatu selain teknologi duniawi yang berada di balik pemandangan dan suara-suara aneh di Area 51.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212838/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Christopher Nichols tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kamu tidak diizinkan mengunjungi bagian Nevada yang dikenal sebagai Area 51. Itu karena tempat ini merupakan fasilitas pemerintah yang sangat rahasia. Namun kerahasiaan ini berkaitan dengan pesawat mata-mata, bukan alien luar angkasa.Christopher Nichols, Professor of History, The Ohio State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2113452023-09-06T07:32:20Z2023-09-06T07:32:20ZTeknologi dan resistensi: kisah anti-mobil hingga AI<p><em>Artikel ini adalah bagian dari serial #KenapaTakutAI?#</em></p>
<p>Teknologi, sebagai kekuatan pengubah sejarah, secara konstan memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Namun di setiap titik perubahan, sering kali kita dihantui oleh keraguan, rasa takut, dan penolakan.</p>
<p><a href="https://www.zdnet.com/article/humanity-has-always-feared-technology-in-the-21st-century-are-we-right-to-be-afraid/">Kisah resistensi itu bisa kita lacak</a>, misalnya, dari munculnya mobil, internet hingga kecerdasan buatan atau <em>artificial intelligence</em> (AI).</p>
<p>Momen-momen keresahan itu berperan sebagai tonggak-tonggak sejarah manusia. Sebenarnya, <a href="https://timeline.com/forget-self-driving-car-anxiety-in-the-early-days-human-drivers-were-the-fear-55a770262c10">resistensi dan kekhawatiran muncul</a> sebagai respons alamiah terhadap perubahan yang tidak dapat dihindari.</p>
<p>Satu riset menunjukkan <a href="https://www.washingtonpost.com/sf/business/2015/05/30/net-of-insecurity-part-1/">internet komersial, yang dulu dikhawatirkan</a> pada awal kemunculannya, telah menciptakan <a href="https://www.iab.com/news/study-finds-internet-economy-grew-seven-times-faster/">17 juta pekerjaan baru</a> di seluruh dunia antara 2016 dan 2021. </p>
<p>Mari kita lihat beberapa contoh inovasi teknologi lainnya yang selalu diawali dengan rasa takut tapi akhirnya mendorong kemajuan peradaban umat manusia. </p>
<h2>Dari mobil hingga komputer</h2>
<p>Dengan merujuk pada era penemuan otomotif, <a href="https://www.history.com/topics/inventions/automobiles">saat mobil komersial pertama kali diciptakan pada akhir abad ke-19</a>, negara-negara di seluruh dunia dipenuhi dengan kegelisahan, yang berakibat pada pengetatan regulasi. </p>
<p>Inggris pada akhir abad ke-19, misalnya, membuat <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Locomotives_on_Highways_Act_1896">Locomotives on Highways Act 1896</a>. Undang-undang ini membatasi kecepatan dan mewajibkan mobil di jalanan didahului oleh pejalan kaki yang membawa bendera merah sebagai tanda peringatan. Hal itu mencerminkan kekhawatiran masyarakat bahwa inovasi baru dapat mengganggu gaya hidup tradisional, memengaruhi pekerjaan lama seperti tukang becak dan kusir kereta kuda.</p>
<p>Lebih lanjut, ketika <a href="https://www.newyorker.com/culture/infinite-scroll/the-birth-of-the-personal-computer">komputer personal (<em>personal computer</em>) dikomersialisasikan pada akhir 1970-an,</a> banyak <a href="https://link.springer.com/article/10.3758/bf03203781">publikasi paper pada 1980-an sampai 1990-an</a> yang membahas tentang <em>computerphobia</em>. Beberapa kelompok masyarakat khawatir dan beranggapan bahwa teknologi ini merupakan <a href="https://www.nature.com/articles/s41599-020-00650-4">monster mekanik</a>, berpotensi menciptakan manusia yang malas dan tergantung pada teknologi untuk melakukan perhitungan dasar. </p>
<p>Namun, sebaliknya, teknologi ini justru memfasilitasi kemajuan ilmu pengetahuan. Kemampuan komputer menyelesaikan perhitungan yang kompleks dengan cepat dan akurat membuat ilmuwan bisa menghasilkan penemuan baru ataupun merancang solusi yang lebih inovatif. </p>
<p>Selain itu, teknologi ini membantu meningkatkan produktivitas di berbagai sektor. Ini memungkinkan kita untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih memerlukan keterampilan manusia seperti kreativitas dan analisis.</p>
<p><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Grace_Hopper">Grace Murray Hopper</a>, seorang ilmuwan komputer Amerika Serikat (AS) yang bekerja di <a href="https://www.nre.navy.mil/">the Office of Naval Reserve (ONR)</a> - organisasi di Departemen Angkatan Laut AS yang bertanggung jawab atas program ilmu pengetahuan dan teknologi dari Angkatan Laut AS - memiliki peran penting dalam perkembangan komputer generasi awal dengan penemuan kompiler. Kompiler adalah alat yang mengubah kode pemrograman, menjadi kode mesin yang dapat dijalankan oleh komputer.</p>
<p>Melalui pengembangan kompiler, Hopper membuka akses pemrograman kepada masyarakat luas dan membuktikan bahwa komputer <a href="https://news.yale.edu/2017/02/10/grace-murray-hopper-1906-1992-legacy-innovation-and-service">bukanlah teknologi yang harus ditakuti</a>. Sebaliknya, komputer dapat memberikan nilai besar untuk bisnis, pendidikan, dan bidang lainnya.</p>
<h2>Era AI: kekhawatiran versus masa depan</h2>
<p>Hari ini, kita menghadapi lonjakan teknologi serupa dalam bentuk AI. Seperti teknologi sebelumnya, AI juga memunculkan kekhawatiran bahwa teknologi ini akan mengambil alih pekerjaan manusia dan meningkatkan pengangguran. </p>
<p>Namun, pandangan ini terlalu sederhana. </p>
<p>AI, dengan kemampuannya untuk mengambil alih tugas-tugas rutin dan berulang, sebenarnya membebaskan manusia untuk lebih fokus pada pekerjaan yang memerlukan keterampilan kreatif, pemecahan masalah, dan interpersonal.</p>
<p>Misalnya, dokter bisa memanfaatkan AI untuk diagnosis penyakit dan merancang rencana perawatan yang lebih personal. Sementara guru bisa memanfaatkan AI untuk personalisasi pembelajaran dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/manfaat-ai-untuk-diagnosis-radiologi-medis-berapa-akurasi-dan-apa-masalah-di-baliknya-208679">Manfaat AI untuk diagnosis radiologi medis, berapa akurasi dan apa masalah di baliknya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sejauh ini, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048733321002183">penelitian menunjukkan bahwa AI</a> cenderung <em>mengubah</em> pekerjaan daripada <em>menggantikannya</em>. Artinya, peran AI lebih banyak mengubah cara kita bekerja daripada menggantikan pekerjaan manusia.</p>
<p>Meskipun AI dapat mengotomatisasi tugas-tugas tertentu di satu pekerjaan, pekerjaan tersebut secara umum tetap memerlukan sentuhan manusia dan pemikiran kreatif yang tidak dapat digantikan sepenuhnya oleh AI. </p>
<p>Contohnya, akuntan bisa menggunakan AI untuk memprediksi mengenai adanya potensi kecurangan, tapi pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh AI. Keahlian dan pengetahuan akuntan tetap diperlukan.</p>
<p>Selain itu, seperti teknologi sebelumnya, <a href="https://teamstage.io/technology-in-the-workplace-statistics/">AI juga berpotensi menciptakan banyak pekerjaan baru</a> yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.</p>
<p>Namun, untuk menghadapi era AI ini, kita perlu pendekatan yang berbasis pada pendidikan dan pemahaman, bukan rasa takut. Kita perlu melihat AI sebagai alat yang dapat membantu kita, bukan sebagai ancaman. </p>
<p>Melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat, kita dapat mempersiapkan diri dan generasi mendatang untuk era AI. Selain itu, kita juga perlu memastikan bahwa AI dikembangkan dan digunakan dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.</p>
<p>Dengan melibatkan manusia dalam proses pengambilan keputusan, kita dapat memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan, bukan sebaliknya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/penggunaan-chatgpt-tak-perlu-dilarang-layanan-ai-bisa-mendukung-riset-dan-pendidikan-201686">Penggunaan ChatGPT tak perlu dilarang: layanan AI bisa mendukung riset dan pendidikan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Peluang kerja dan ekonomi baru</h2>
<p>Sejarah menunjukkan bahwa mobil bukan hanya memfasilitasi pergerakan penduduk dan meningkatkan akses geografis. Mobil juga membuka peluang kerja baru dalam industri otomotif dan terkait. Bidang pekerjaan ini beragam, mulai dari insinyur otomotif, teknisi perawatan, hingga peran dalam penjualan dan pemasaran mobil. </p>
<p>Oleh karena itu, inovasi ini tidak hanya merombak cara kita bergerak, tapi juga mengubah struktur ekonomi kita.</p>
<p>Industri otomotif merupakan sektor ekonomi terbesar dan paling penting di dunia. Di Eropa, misalnya, <a href="https://www.acea.auto/fact/facts-about-the-automobile-industry/">data pada 2023</a> menunjukkan bahwa sektor otomotif menyerap tenaga kerja sebanyak 13 juta orang di Eropa (secara langsung dan tidak langsung). Ini mencakup 7% dari total pekerjaan di Uni Eropa. </p>
<p>Sekitar 11,5% dari total pekerjaan di sektor manufaktur Uni Eropa–sekitar 3,4 juta–berada di sektor otomotif. Lapangan kerja ini mencakup berbagai bidang, mulai dari perakitan dan manufaktur hingga penjualan, pemasaran, dan perawatan.</p>
<p>Komputer dan internet juga telah memengaruhi hampir setiap aspek ekonomi dan menciptakan jutaan pekerjaan baru di teknologi informasi (TI). </p>
<p>Misalnya, sepanjang sepuluh tahun terakhir, jumlah pekerjaan di sektor TI di AS terus meningkat. Meskipun ada penurunan signifikan dalam jumlah tenaga kerja TI pada 2020, angka tersebut melampaui 3 juta mulai April 2022 dan mencapai puncaknya <a href="https://www.statista.com/topics/5275/employment-in-the-it-industry/#topicOverview">hampir 3,12 juta pekerja</a> pada Januari 2023. </p>
<p>Dalam kurun <a href="https://economictimes.indiatimes.com/tech/internet/internet-creates-2-4-jobs-for-every-job-it-destroys-mckinsey/articleshow/8586070.cms?from=mdr">waktu 1990 hingga 2010</a>, lembaga konsultan bisnis McKinsey menyatakan bahwa internet mengakibatkan punahnya 500 ribu pekerjaan, tapi pada saat yang sama internet juga menciptakan 1,2 juta pekerjaan baru.</p>
<p>Dengan demikian, ketakutan <a href="https://www.irishtimes.com/news/who-s-afraid-of-the-internet-1.289721">awal terhadap internet</a>, termasuk isu privasi dan isolasi sosial, ternyata tidak sebanding dengan manfaatnya.</p>
<p>Internet juga memfasilitasi pertumbuhan <em>e-commerce</em>, dengan penjualan global <a href="https://www.oberlo.com/statistics/global-ecommerce-sales-growth#:%7E:text=The%20global%20ecommerce%20growth%20rate,a%20massive%20dip%20from%202021.">mencapai $5.89 triliun (hampir Rp90 ribu triliun) pada 2023</a>. Komunikasi dan kolaborasi juga lebih mudah dan efisien berkat fitur seperti email dan <em>video call</em>. </p>
<p>Komputer dan internet memfasilitasi kerja jarak jauh, memberikan fleksibilitas dan memperluas peluang bagi mereka yang tinggal jauh dari pusat-pusat pekerjaan. Selain itu, komputer juga telah membuka lapangan kerja baru dalam bidang seperti analisis data, analis keamanan siber, dan arsitek komputasi awan.</p>
<p>Meski ada tantangan dan risiko, dengan pemahaman dan regulasi yang tepat, kita dapat memanfaatkan potensi internet, termasuk AI, sambil memitigasi risikonya.</p>
<p>Jadi, pertanyaannya bukan lagi apakah kita harus menerima teknologi baru seperti AI atau tidak, tapi bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan kita. </p>
<p>Dengan pendidikan, pelatihan, dan regulasi yang tepat, kita dapat memastikan bahwa umat manusia tidak hanya bisa bertahan dalam era digital ini, tapi juga berkembang dan maju.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/211345/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arif Perdana tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Inovasi ini tidak hanya merombak cara kita bergerak, tapi juga mengubah struktur ekonomi kita.Arif Perdana, Associate Professor Digital Strategy and Data Science, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2121202023-08-24T06:24:00Z2023-08-24T06:24:00ZBelajar dari Kanada: kaum muda membutuhkan lebih banyak dukungan untuk mengatasi bahaya seksual ‘online’<iframe style="width: 100%; height: 100px; border: none; position: relative; z-index: 1;" allowtransparency="" allow="clipboard-read; clipboard-write" src="https://narrations.ad-auris.com/widget/the-conversation-canada/young-people-need-more-support-coping-with-online-sexual-harms" width="100%" height="400"></iframe>
<p>Teknologi digital dan internet telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari bagi banyak anak muda di Kanada dan seluruh dunia. Meskipun peningkatan jumlah hubungan yang terbentuk membawa banyak manfaat, hal ini juga dapat membuka peluang bahaya dan penyalahgunaan <em>online</em> bagi generasi muda. Karena itu, penting untuk memberikan dukungan yang berarti guna melindungi mereka dari kekerasan seksual.</p>
<p>Pada tahun 2020, organisasi kemanusiaan <em>Plan International</em> <a href="https://www.planinternational.nl/uploaded/2020/09/SOTWGR2020-CommsReport-EN.pdf?x10967">melakukan survei terhadap lebih dari 14.000 anak perempuan dan perempuan</a> berusia 15-25 di 22 negara, termasuk Kanada. Lima puluh delapan persen peserta melaporkan mengalami beberapa bentuk pelecehan online secara pribadi, termasuk pelecehan seksual.</p>
<p>Orang-orang yang mengalami masalah ini melaporkan <a href="https://www.cigionline.org/publications/supporting-safer-digital-spaces/">dampak buruk yang signifikan</a> terhadap kesejahteraan mereka, termasuk <a href="https://webfoundation.org/2020/11/the-impact-of-online-gender-based-violence-on-women-in-public-life/">harga diri rendah, peningkatan kecemasan, stres</a> dan bahkan <a href="http://www.bwss.org/wp-content/uploads/2014/05/CyberVAWReportJessicaWest.pdf">usaha menyakiti diri sendiri</a>.</p>
<p>Selanjutnya, penelitian menunjukkan bahwa tingkat pelecehan seksual meningkat drastis di antara orang-orang dengan satu atau beberapa identitas terpinggirkan seperti ras, <a href="https://www.cigionline.org/static/documents/SaferInternet_Special_Report.pdf">orientasi seksual</a> atau keterbatasan fisik.</p>
<p>Kaum muda yang <a href="https://mediasmarts.ca/sites/default/files/2023-07/report_ycwwiv_trends_recommendations.pdf">mengalami diskriminasi semacam ini</a> dapat menghadapi risiko masalah kesehatan mental signifikan yang lebih tinggi.</p>
<p>Meskipun dampak buruknya sangat parah, sebagian besar pendidikan, dukungan sosial, dan undang-undang di Kanada tidak memberikan alat dan perlindungan yang diinginkan dan dibutuhkan generasi muda.</p>
<p>Orang tua, guru, perusahaan teknologi, organisasi masyarakat sipil, dan pemerintah sedang berjuang mencari cara untuk mendukung generasi muda dalam kasus-kasus ini. Jadi, di mana letak kesalahan kita?</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A young woman looks at a phone with an upset look." src="https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540262/original/file-20230731-104526-v5p4rm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pelecehan dan kekerasan <em>online</em> dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan harga diri remaja.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kita perlu menggunakan kata-kata yang tepat</h2>
<p><a href="https://1332d589-88d9-46fd-b342-d3eba2ef6889.usrfiles.com/ugd/1332d5_0b255967851a48c580f8a3c23e786399.pdf">Penelitian kami menunjukkan</a> bahwa istilah seperti <em>cyberbullying</em> atau perundungan siber tidak lagi mencakup dampak buruk yang dialami generasi muda di dunia digital. Penggunaan istilah ini dapat meremehkan keseriusan masalah karena lebih memunculkan gagasan tentang ejekan di halaman sekolah dan bukan bentuk kekerasan seksual yang lebih serius yang dapat dialami remaja.</p>
<p>Bentuk kekerasan seksual digital ini dapat mencakup <a href="https://doi.org/10.1007/978-3-030-83734-1_31">menerima gambar eksplisit yang tidak diminta</a>, pelecehan seksual, pemerasan seksual yang eksploitatif, dan distribusi gambar intim tanpa persetujuan. Banyak dari perilaku ini berada di luar apa yang rata-rata orang bayangkan ketika mereka memikirkan <em>cyberbullying</em>. Sehingga, diperlukan terminologi baru yang secara akurat menggambarkan apa yang dialami remaja.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/be-careful-with-photos-talk-about-sex-how-to-protect-your-kids-from-online-sexual-abuse-139971">Be careful with photos, talk about sex: how to protect your kids from online sexual abuse</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai sekelompok ilmuwan yang mempelajari tantangan unik dalam menjalani hubungan dan pengalaman seksual secara <em>online</em>, kami mengadopsi istilah “kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi” untuk menggambarkan dampak buruk seksual yang dialami remaja di ruang digital.</p>
<p>Situs web kami menawarkan <a href="https://www.diydigitalsafety.ca/resources">pusat sumber daya</a> untuk membantu mendukung generasi muda dan mengatasi kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi.</p>
<p>Melalui proyek penelitian lima tahun yang kami lakukan, <a href="https://www.diydigitalsafety.ca/"><em>Digitally Informed Youth (DIY) Digital Safety</em></a>, kami akan berinteraksi dengan generasi muda dan orang dewasa yang mendukung mereka. Ini adalah proyek penelitian pertama di Kanada yang secara khusus mengkaji kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi di kalangan remaja berusia 13-18 tahun. Kami bertujuan untuk memahami tantangan mereka, cara mereka mengatasinya, dan ide solusi mereka.</p>
<p><a href="https://www.diydigitalsafety.ca/publications">Penelitian kami</a> menekankan bahwa mengatasi masalah ini memerlukan pengakuan terhadap kehidupan digital dan fisik generasi muda yang terintegrasi dan mengakui bahwa teknologi sebagai alat dapat memfasilitasi bahaya sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memerangi bahaya tersebut.</p>
<h2>Kurangnya penelitian di Kanada</h2>
<p>Para pendidik dan pembuat kebijakan harus memahami permasalahan ini dalam konteks unik masyarakat Kanada. Meskipun semakin banyak penelitian di Kanada mengenai kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi, sebagian besar penelitian mengenai topik ini dilakukan di negara-negara seperti Amerika Serikat atau Australia.</p>
<p>Secara khusus, hanya ada sedikit penelitian mengenai apa yang dialami oleh generasi muda di Kanada saat <em>online</em>, terminologi apa yang harus kita gunakan untuk mengidentifikasi dampak buruk ini, dan dukungan apa yang dianggap efektif bagi generasi muda. Selain itu, beberapa generasi muda di Kanada menghadapi tantangan karena mereka tinggal di komunitas terpencil atau kurang memiliki akses terhadap sumber daya pendukung.</p>
<p>Penting untuk memiliki penelitian berbasis bukti yang kontekstual sehingga para pendidik dapat berbicara dengan generasi muda tentang hak-hak mereka, memahami perilaku apa yang berbahaya dan mengetahui bagaimana generasi muda harus menanggapi perilaku seksual <em>online</em> yang melecehkan. Suara dan perspektif anak muda harus dimasukkan dalam analisis ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="One person placing their hands around another's." src="https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540270/original/file-20230731-227785-volgbk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Mendukung generasi muda berarti menciptakan solusi berdasarkan kepercayaan dan dialog terbuka.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Dukungan yang konsisten dan dapat diakses</h2>
<p>Seiring berkembangnya teknologi, sistem hukum Kanada telah memperkenalkan undang-undang untuk mengatasi kekerasan seksual terhadap remaja dan orang dewasa, seperti undang-undang pidana yang melarang <a href="https://laws-lois.justice.gc.ca/eng/acts/c-46/section-163.1.html">pornografi anak</a>, <a href="https://laws.justice.gc.ca/eng/AnnualStatutes/2007_20/FullText.html">memikat anak</a>, <a href="https://laws-lois.justice.gc.ca/eng/acts/c-46/section-162.HTML"><em>voyeurisme</em></a> atau perilaku seksual di mana seseorang merasakan kepuasan saat mengintip orang lain telanjang, mandi, atau berhubungan seksual, dan <a href="https://www.justice.gc.ca/eng/rp-pr/other-autre/cndii-cdncii/p6.html">distribusi gambar intim tanpa persetujuan</a>.</p>
<p>Namun, generasi muda masih menerima <a href="https://doi.org/10.1177/0964663917724866">pesan yang membingungkan</a> tentang bagaimana undang-undang ini berlaku bagi mereka dan perilaku seksual mana yang berbahaya. Misalnya, banyak anak muda menerima <a href="https://needhelpnow.ca/app/en/resources_involving_safe_adult">pesan tidak akurat yang menyalahkan korban</a> tentang gambar tubuh yang mereka ambil.</p>
<p>Intervensi hukum mungkin merupakan respons yang tepat dalam beberapa kasus paling serius dari kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi. Namun <a href="https://doi.org/10.1177/17416590221142762">kaum muda membutuhkan lebih dari sekadar tindakan hukum</a>. Kenyataannya, banyak yang mencari berbagai bentuk dukungan dari sekolah, teman, <a href="https://mediasmarts.ca/sites/default/files/2023-07/report_ycwwiv_trends_recommendations.pdf">keluarga</a>, organisasi nirlaba dan organisasi layanan korban.</p>
<p>Saat ini, kurikulum dan kebijakan sekolah di Kanada menangani kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi dengan berbagai cara. Pendekatannya sangat bervariasi antar provinsi dan wilayah. Di beberapa daerah, kurikulum dan kebijakan terkait kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi sangat sedikit atau bahkan tidak ada.</p>
<p>Dengan teknologi yang terus menjadi bagian dari kehidupan generasi muda, kebijakan dan kurikulum sekolah harus diperbarui untuk mengatasi realitas hubungan generasi muda yang semakin terdigitalisasi.</p>
<p>Untuk memperbarui kebijakan dan kurikulum sekolah secara efektif, beberapa peneliti mempromosikan konsep <a href="https://doi.org/10.1080/14681811.2023.2204223">“warga negara seksual”</a> di kalangan generasi muda. Ini berarti mendorong mereka untuk menjalani kehidupan dan hubungan mereka dengan landasan etika dan interpersonal yang kuat. Model ini beralih dari penyampaian pesan yang menyalahkan korban dan hanya sekedar pantangan menjadi berfokus pada membina hubungan dan komunikasi yang sehat.</p>
<p>Memotivasi generasi muda untuk berpikir kritis tentang risiko <em>online</em> adalah sebuah pendekatan yang memberdayakan. Hal ini membantu mereka mengakui pengaruh stereotip atau prasangka terhadap seseorang berdasarkan karakteristik tertentu, kesenjangan dan standar ganda seksis dalam diskusi dan bagaimana hal-hal tersebut berdampak pada akses individu terhadap kekuasaan dan sumber daya.</p>
<p>Mengandalkan taktik menakut-nakuti dengan hukum atau metode pengawasan yang dilakukan oleh pengasuh dan perusahaan teknologi <a href="https://mediasmarts.ca/sites/default/files/2023-07/report_ycwwiv_trends_recommendations.pdf">merusak kepercayaan antara generasi muda dan orang dewasa dalam kehidupan mereka</a>. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan generasi muda tentang bagaimana platform menggunakan data yang dikumpulkan dari mereka.</p>
<p>Sebaliknya, kita memerlukan solusi berdasarkan kepercayaan dan dialog terbuka. Juga bagi orang tua, pendidik, perusahaan teknologi, dan pembuat kebijakan untuk melibatkan generasi muda sebagai langkah pertama menciptakan perubahan budaya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212120/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Penelitian Alexa Dodge menerima dana dari Dewan Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Kanada (SSHRC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Christopher Dietzel menerima dana dari iMPACTS: Kolaborasi untuk Mengatasi Kekerasan Seksual di Kampus; Hibah Kemitraan Dewan Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Kanada (SSHRC) 895–2016-1026 (Direktur Proyek, Shaheen Shariff, Ph.D., Profesor James McGill, Universitas McGill).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Kaitlynn Mendes menerima dana dari Dewan Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Kanada (SSHRC) dan Program Ketua Penelitian Kanada.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Penelitian Suzie Dunn mendapat dana dari Social Sciences and Humanities Research Council of Canada (SSHRC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Estefania Reyes tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pendekatan baru diperlukan untuk mengatasi cakupan pelecehan yang dialami remaja saat ‘online’.Estefania Reyes, PhD student, Sociology, Western UniversityAlexa Dodge, Assistant Professor of Criminology, Saint Mary’s UniversityChristopher Dietzel, Postdoctoral fellow, the Sexual Health and Gender Lab, Dalhousie UniversityKaitlynn Mendes, Canada Research Chair in Inequality and Gender, Western UniversitySuzie Dunn, Assistant Professor, Law, Dalhousie UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2106772023-08-04T08:27:26Z2023-08-04T08:27:26ZUFO dan UAP: mengintip panel NASA yang menyelidiki Anomali Tak Dikenal<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/540005/original/file-20230728-19-sw3yoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/science-fiction-concept-spooky-hooded-figure-1384051946">Raggedstone / Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://science.nasa.gov/uap">Sebuah komite yang dibentuk oleh The National Aeronautics and Space Administration (NASA)</a> telah memeriksa sekitar <a href="https://www.youtube.com/watch?v=bQo08JRY0iM">800 laporan</a> tentang fenomena anomali tak dikenal (<em>unidentified anomalous phenomena</em>, UAP), atau yang biasa disebut UFO (<em>unidentified flying objects</em>, benda terbang tak dikenal). NASA mendefinisikan peristiwa-peristiwa ini sebagai penampakan “yang tidak dapat diidentifikasi sebagai pesawat terbang atau fenomena alam yang dikenal dari perspektif ilmiah”. </p>
<p>Pembentukan komite ini menunjukkan bahwa NASA menanggapi potensi peristiwa luar angkasa dengan sangat serius. Pada Rabu, 31 Mei 2023, komite ini <a href="https://www.youtube.com/watch?v=bQo08JRY0iM">mengadakan pertemuan publik pertamanya</a> untuk membahas apa yang sedang dilakukan dan apa yang telah ditemukan sejauh ini, menjelang laporan lengkapnya pada akhir tahun ini. </p>
<p>Terungkap bahwa beberapa laporan mudah dijelaskan sebagai kapal, pesawat, atau cuaca, beberapa memiliki asal-usul yang lucu dan berdasarkan peristiwa makan siang, dan hanya sedikit yang masih menjadi misteri.</p>
<p>Komite ini dipimpin oleh astrofisikawan David Spergel dan terdiri dari tim ahli para profesor universitas dan mantan astronot. Penelitian ini menggunakan laporan dan gambar yang telah dideklasifikasi untuk mencoba menjelaskan beberapa laporan misterius, yang berasal dari berbagai sumber termasuk personil militer dan pilot maskapai penerbangan komersial.</p>
<p><a href="https://science.nasa.gov/science-red/s3fs-public/atoms/files/Dr.%20Sean%20Kirkpatrick%20Remarks%20for%20NASA%20Public%20Meeting%20on%20UAP.pdf">Sean Kirkpatrick</a>, Direktur Kantor Penyelesaian Anomali Seluruh Domain (AARO) Departemen Pertahanan AS, yang juga menyelidiki klaim semacam itu, mengatakan bahwa mereka menerima antara 50 hingga 100 laporan baru tentang UAP setiap bulannya. </p>
<p>Meskipun UAP pada dasarnya hanyalah nama lain dari UFO, mereka tidak secara khusus harus berada di udara. Fenomena anomali apa pun termasuk di dalamnya, baik itu di darat, laut, udara, atau ruang angkasa. Jadi ini adalah definisi yang sedikit lebih luas daripada sekadar benda terbang tak dikenal. </p>
<p>Kirkpatrick juga mengatakan bahwa sebagian besar UAP dapat dijelaskan dengan mudah - misalnya, kapal yang berada rendah di cakrawala mengelabui pilot dengan perspektif yang aneh. Hanya sekitar 2-5% dari basis data yang benar-benar anomali dan belum dapat dijelaskan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/QKHg-vnTFsM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Sebuah objek udara yang tidak dapat dijelaskan (tengah) ditangkap oleh pesawat militer AS.</span></figcaption>
</figure>
<p>Ada banyak contoh peristiwa semacam itu yang pada awalnya tampak misterius, tapi memiliki penjelasan yang tidak berdasar. Salah satu contohnya terjadi di sebuah observatorium di Australia, saat ada <a href="https://www.theguardian.com/science/2015/may/05/microwave-oven-caused-mystery-signal-plaguing-radio-telescope-for-17-years">sinyal radio aneh terdeteksi</a>. Sinyal-sinyal yang membingungkan itu memiliki karakteristik yang aneh, tapi para peneliti mengamati bahwa sinyal-sinyal itu kebanyakan terlihat sekitar waktu makan siang. Ternyata instrumen tersebut mengamati gelombang mikro yang bocor keluar dari ruang makan siang saat orang-orang menyiapkan makanan mereka.</p>
<h2>Informasi yang dideklasifikasi</h2>
<p>Beberapa data yang sedang dipelajari oleh NASA telah dideklasifikasi - dibersihkan untuk dirilis ke publik - oleh militer Amerika Serikat. Apakah rekaman tersebut diklasifikasikan atau tidak ditentukan oleh siapa dan apa yang mengambilnya, bukan dari apa rekaman tersebut. Sebagai contoh, jika sebuah jet tempur mengambil foto Patung Liberty, maka foto tersebut akan diklasifikasikan. Bukan karena subjeknya, tapi karena apa yang mengambil foto tersebut. Amerika Serikat tidak ingin memamerkan kemampuan pencitraannya ke seluruh dunia.</p>
<p>Pengungkapan lucu lainnya datang dari Scott Kelly, mantan astronot NASA dengan karir yang mengesankan, yang juga duduk di komite UAP Nasa. Dia memiliki pengalaman puluhan tahun sebagai pilot angkatan laut, menghabiskan satu tahun penuh di Stasiun Luar Angkasa Internasional, dan sekarang duduk di komite UAP. </p>
<p>Pada pertemuan panel baru-baru ini, ia menggambarkan sebuah penerbangan di dekat Virginia Beach. Kala itu, dia dan rekan pilotnya yakin bahwa mereka terbang tepat di dekat UFO. Setelah diperiksa ulang, ternyata itu adalah sesuatu yang jauh lebih membumi. Kelly berkata: “Saya tidak melihatnya. Kami berbalik dan melihatnya, ternyata itu adalah Bart Simpson - sebuah balon.”</p>
<p>Hal ini menyoroti kesulitan dalam menganalisis rekaman dan laporan yang berasal dari berbagai sumber. Sebagian besar data yang digunakan saat ini berkualitas rendah, sehingga lebih sulit untuk mengungkap misteri yang mungkin dikandungnya. Oleh karena itu, komite ini berharap dapat menghapus stigma seputar pelaporan penampakan untuk mendorong lebih banyak orang agar mau melaporkan pengamatan anomali mereka.</p>
<p>Secara khusus, mereka berharap pilot komersial tidak lagi enggan untuk melaporkan kejadian aneh. Laporan pilot dapat membantu menjelaskan lebih banyak rekaman yang diterima komite, terutama jika beberapa di antaranya adalah data berkualitas tinggi dan dapat diandalkan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/M6Wmap12xm0?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Pentagon baru-baru ini merilis beberapa video tentang fenomena yang tidak dapat dijelaskan, termasuk sebuah benda bulat yang terlihat oleh drone militer.</span></figcaption>
</figure>
<p>Memang, kualitas rekaman adalah masalah terbesar yang dihadapi panel dalam analisis awal. Biasanya, penampakan berupa objek yang tampak kecil dan sering bergerak dengan cara yang aneh. Menurut anggota komite, masalah yang mendasarinya adalah bahwa penampakan atau “pertemuan” ini sering kali direkam dengan kamera atau sensor yang tidak dirancang untuk secara akurat menangkap peristiwa aneh ini.</p>
<p>UFO yang tampak sebenarnya bisa jadi merupakan hasil dari kesalahan pada kamera lama, atau perspektif seseorang yang tertipu oleh pencahayaan yang aneh dan objek yang jauh. </p>
<h2>Pelecehan di dunia maya</h2>
<p>Faktor-faktor pengganggu ini ternyata sulit untuk diuraikan. Masalah besar lainnya yang dihadapi oleh para anggota komite UAP adalah pelecehan secara online, yang menambah stigma dalam melakukan pekerjaan di bidang ini. “Sungguh menyedihkan mendengar pelecehan yang dialami para panelis kami secara online karena mereka mempelajari topik ini,” ujar <a href="https://science.nasa.gov/about-us/leadership/nicola-fox">Nicola Fox, kepala sains di NASA</a>. “Pelecehan hanya akan menimbulkan stigmatisasi lebih lanjut.”</p>
<p>Sejak pertemuan publik ini, seorang <em>whistleblower</em> dari Amerika dengan latar belakang intelijen pemerintah telah mengklaim bahwa <a href="https://www.theguardian.com/world/2023/jun/06/whistleblower-ufo-alien-tech-spacecraft">Amerika mungkin memiliki bukti yang lebih konkrit tentang UAP</a>. NASA belum menanggapi klaim ini, meskipun belum ada bukti tambahan yang disampaikan oleh pelapor.</p>
<p>Meskipun penelitian sejauh ini belum menemukan sesuatu yang dapat dinyatakan sebagai makhluk luar angkasa, pertemuan publik ini menunjukkan perubahan yang menarik bagi NASA dan penampakan UFO. Pada masa lalu, lembaga ini lebih banyak berusaha untuk menyanggah klaim, tapi sekarang mereka secara terbuka menyelidiki laporan dan mendiskusikan apa yang mereka temukan di siaran langsung TV.</p>
<p>Akhir tahun ini, sebuah laporan lengkap akan dirilis dengan lebih banyak rincian dan temuan dari penyelidikan ini. Belum ada UFO atau alien, tapi NASA sekarang menanggapi klaim UAP dengan sangat serius dan tampaknya bertekad untuk memahami semuanya.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210677/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Christopher Pattison tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Nasa menanggapi laporan objek tak dikenal dengan serius, tapi belum menemukan alien. Begini cara mereka menyelidiki Anomali Tak Dikenal atau UFO.Christopher Pattison, Researcher at the Institute of Cosmology and Gravitation, University of PortsmouthLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2089402023-07-21T06:32:11Z2023-07-21T06:32:11ZBahaya AI: 4 cara penjahat bisa memakainya untuk menyasar lebih banyak korban<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/538171/original/file-20230719-29-wxgp7x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=16%2C24%2C5365%2C3558&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dengan bantuan AI, penjahat bisa membangun profil diri kita sehingga lebih mudah untuk membobol akun-akun pribadi kita.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/ai-artificial-intelligence-concept-763283053">Metamorworks / Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Berbagai peringatan tentang kecerdasan buatan (<em>artificial intelligence</em> atau AI) sudah ada di mana-mana saat ini. Ini termasuk <a href="https://www.safe.ai/statement-on-ai-risk">pesan menakutkan</a> tentang potensi AI untuk menyebabkan kepunahan manusia, mengingatkan kita tentang adegan di film Terminator. Rishi Sunak, Perdana Menteri (PM) Inggris – tempat saya saat ini mengajar – bahkan sudah <a href="https://www.gov.uk/government/news/pm-urges-tech-leaders-to-grasp-generational-opportunities-and-challenges-of-ai">mengadakan pertemuan untuk membahas keamanan AI</a>.</p>
<p>Nyatanya, kita sebenarnya telah menggunakan teknologi AI sejak lama – mulai dari algoritme yang digunakan untuk <a href="https://online.york.ac.uk/ai-search-and-recommendation-algorithms/">merekomendasikan produk yang relevan</a> saat berbelanja daring, hingga mobil dengan teknologi yang dapat <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Traffic-sign_recognition">mengenali rambu lalu lintas</a> dan mampu <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/17298814211002974">memosisikan diri di jalur yang benar</a>. AI adalah alat untuk meningkatkan efisiensi, memproses dan menyortir data dalam volume besar, serta melepaskan sebagian beban pengambilan keputusan dari tangan kita.</p>
<p>Meski demikian, alat ini terbuka untuk semua orang, termasuk para penjahat. Dan kita sudah melihat bagaimana penjahat mengadopsi teknologi AI pada masa-masa awal ini – misalnya penggunaan teknologi <em>deepfake</em> (rekayasa citra atau muka manusia) untuk <a href="https://www.bbc.co.uk/news/entertainment-arts-65854112">melakukan pornografi balas dendam (<em>revenge porn</em>)</a>.</p>
<p>Teknologi dapat <a href="https://www.europol.europa.eu/crime-areas-and-statistics/crime-areas/cybercrime">meningkatkan efisiensi aktivitas kriminal</a>. Ini membuka celah bagi pelanggar hukum untuk menyasar lebih banyak orang dan membuat apa yang mereka lakukan lebih sulit dikenali. Mengamati bagaimana penjahat telah beradaptasi dengan, dan mengadopsi, kemajuan teknologi di masa lalu, dapat menjadi petunjuk bagi kita untuk memahami bagaimana mereka mungkin akan memanfaatkan teknologi AI.</p>
<h2>1. Pancingan (<em>phising</em>) yang lebih baik</h2>
<p>Teknologi AI seperti <a href="https://openai.com/blog/chatgpt">ChatGPT</a> dan <a href="https://bard.google.com">Bard</a> milik Google telah membantu aktivitas penulisan, misalnya memungkinkan penulis yang tidak berpengalaman untuk menyusun pesan pemasaran yang efektif. Namun, teknologi ini juga dapat membantu penjahat terlihat lebih dapat dipercaya saat menghubungi calon korban mereka.</p>
<p>Bayangkan semua email <em>spam</em> dan teks <em>phishing</em> (penipuan <em>online</em> untuk mendapatkan informasi data pribadi) yang tulisannya buruk dan mudah dideteksi. Konten tulisan yang masuk akal dan mudah dipercaya adalah kunci untuk dapat memperoleh informasi dari korban.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Woman holding a smartphone." src="https://images.theconversation.com/files/532909/original/file-20230620-15-in15vt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/532909/original/file-20230620-15-in15vt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/532909/original/file-20230620-15-in15vt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/532909/original/file-20230620-15-in15vt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/532909/original/file-20230620-15-in15vt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/532909/original/file-20230620-15-in15vt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/532909/original/file-20230620-15-in15vt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penjahat dapat membuat versi <em>deepfake</em> diri kita, yang kemudian mereka gunakan untuk berinteraksi dengan anggota keluarga melalui telepon, teks, dan email.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/hands-woman-holding-smartphone-using-online-2062352315">Fizkes / Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><em>Phishing</em> adalah masalah angka: <a href="https://www.securitymagazine.com/articles/90345-more-than-three-billion-fake-emails-are-sent-worldwide-every-day">diperkirakan 3,4 miliar email <em>spam</em></a> dikirim setiap hari. Perhitungan saya sendiri menunjukkan bahwa jika penjahat dapat meningkatkan kualitas pesan mereka sehingga sebanyak 0,000005% saja dari pesan <em>spam</em> tersebut mampu meyakinkan seseorang untuk mengungkapkan informasi, ini akan menghasilkan 6,2 juta korban <em>phishing</em> lebih banyak setiap tahun.</p>
<h2>2. Interaksi otomatis</h2>
<p>Salah satu penggunaan awal teknologi AI adalah untuk mengautomasi interaksi antara pelanggan dan layanan melalui teks, pesan obrolan, dan telepon. Ini memungkinkan respons yang lebih cepat untuk pelanggan sehingga dapat mengoptimalkan efisiensi bisnis. Pihak pertama yang berinteraksi denganmu ketika menghubungi sebuah organisasi kemungkinan besar adalah sistem AI, sebelum kamu berbicara dengan manusia.</p>
<p>Para penjahat bisa saja menggunakan cara yang sama untuk membentuk interaksi otomatis dengan calon korban dalam jumlah besar, <a href="https://www.scmagazine.com/news/emerging-technology/attackers-using-ai-to-enhance-conversational-scams-over-mobile-devices">dalam skala yang mustahil</a> dilakukan hanya oleh manusia. Mereka dapat menyamar sebagai sebuah layanan sah, seperti bank, melalui telepon dan email untuk mendapatkan informasi yang kemudian memungkinkan mereka untuk mencuri uangmu.</p>
<h2>3. <em>Deepfake</em></h2>
<p>AI sangat pintar dalam menghasilkan model matematika yang dapat “dilatih” dengan jumlah data yang besar dari dunia nyata dan menjadikan model tersebut bisa melakukan tugas tertentu dengan lebih baik. Teknologi <em>deepfake</em> dalam video dan audio adalah contohnya. Penampilan <em>deepfake</em> yang disebut <a href="https://blogs.nvidia.com/blog/2022/09/13/metaphysic-ai-avatars-americas-got-talent/">Metaphysic</a> baru-baru mmendemonstrasikan potensi teknologi ini ketika meluncurkan video <a href="https://www.youtube.com/watch?v=mJeE9BNEa-o">Simon Cowell menyanyikan opera dalam acara televisi America’s Got Talent</a>.</p>
<p>Teknologi ini berada di luar jangkauan sebagian besar penjahat, tetapi kemampuan untuk menggunakan AI dalam meniru cara seseorang menanggapi teks, menulis <em>email</em>, merekam catatan suara, atau melakukan panggilan telepon menjadi terbuka lebar dengan hadirnya AI. Begitu pula dengan data untuk melatihnya, yang bisa dikumpulkan dari video di media sosial, misalnya.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/mJeE9BNEa-o?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Penampilan <em>deepfake</em> bernama Metaphysic dalam acara America’s Got Talent.</span></figcaption>
</figure>
<p>Media sosial selalu menjadi ladang bagi para penjahat untuk menggali informasi mengenai target potensial mereka. Saat ini AI berpotensi digunakan untuk membuat versi <em>deepfake</em> dirimu. <em>Deepfake</em> ini dapat disalahgunakan penjahat untuk berinteraksi dengan teman dan keluargamu dan meyakinkan mereka untuk menyerahkan informasi tentang kamu kepada penjahat. Jika mereka memperoleh <a href="https://dl.acm.org/doi/abs/10.1145/3372297.3417892">lebih banyak hal tentang hidupmu</a>, maka mereka akan lebih mudah, misalnya, <a href="https://www.itpro.com/security/34616/the-top-password-cracking-techniques-used-by-hackers">menebak</a> kata sandi atau pin akun-akun pribadimu.</p>
<h2>4. Teknik <em>brute force</em></h2>
<p>Teknik lain yang bisa digunakan oleh penjahat dengan menggunakan AI adalah secara “<em>brute force</em>”. Ini adalah upaya paksa yang dilakukan dengan mencoba berbagai kombinasi karakter dan simbol secara bergiliran untuk melihat apakah ada yang cocok dengan kata sandimu.</p>
<p>Inilah sebabnya membuat kata sandi yang panjang dan rumit cenderung lebih aman; penjahat akan lebih sulit menebaknya jika menggunakan cara ini. Teknik <em>brute force</em> membutuhkan banyak sumber daya, tetapi akan lebih mudah dilakukan jika mereka mengetahui sesuatu tentang target korbannya. Mereka, misalnya, bisa menyusun daftar kata sandi potensial yang diurutkan sesuai prioritas – ini membuat prosesnya lebih efisien. Daftar tersebut dapat dimulai dengan kombinasi yang berkaitan dengan nama anggota keluarga atau hewan peliharaan.</p>
<p>Algoritme yang dilatih dengan datamu dapat digunakan untuk membantu menyusun daftar prioritas ini secara lebih akurat dan bahkan bisa menargetkan banyak orang sekaligus – sehingga sumber daya yang dibutuhkan lebih sedikit. Fitur AI tertentu dapat dikembangkan, sehingga dapat memanen data <em>online</em> dirimu lalu menganalisis semuanya untuk membuat suatu profil.</p>
<p>Misalnya, jika kamu sering mengunggah konten di media sosial tentang Taylor Swift, menelusuri unggahanmu secara manual untuk menemukan petunjuk kata sandi akan memerlukan kerja keras. Sementara, AI bisa melakukan ini secara otomatis dengan cepat dan efisien. Semua informasi ini bisa mereka gunakan untuk membuat profil dirimu dan kemudian membuat mereka lebih mudah menebak kata sandi dan pinmu.</p>
<h2>Skeptisisme yang sehat</h2>
<p>Kita tidak perlu takut dengan AI, karena teknologi ini bisa membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Namun, seperti halnya semua teknologi baru, masyarakat perlu beradaptasi dan memahaminya.</p>
<p>Sama halnya dengan <em>smartphone</em>, sekarang kita mungkin menganggapnya remeh, tetapi dulu kita harus menyesuaikan diri untuk menggunakannya dalam hidup kita. <em>Smartphone</em> memberikan banyak bermanfaat, tetapi tetap ada hal-hal yang perlu diwaspadai, seperti jumlah waktu penggunaan layar (<em>screen time</em>) yang baik untuk anak-anak.</p>
<p>Sebagai individu, kita harus proaktif dalam upaya memahami AI dan tidak mudah percaya. Kita harus mengembangkan pendekatan kita sendiri untuk menyikapinya serta memiliki rasa skeptis yang sehat. Kita perlu mempertimbangkan bagaimana kita memverifikasi kebenaran dari apa yang kita baca, dengar, dan lihat.</p>
<p>Tindakan sederhana ini akan membantu kita sebagai masyarakat mendapatkan keuntungan dari penggunaan AI sekaligus memastikan kita dapat melindungi diri dari potensi bahayanya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208940/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Daniel Prince menerima dana dari UKRI melalui PETRAS The National Centre of Excellence for IoT Systems Cyber Security.</span></em></p>AI dapat memberi celah bagi penjahat dunia maya untuk beroperasi dengan lebih mudah dan memakan korban dengan skala yang lebih besar.Daniel Prince, Professor of Cyber Security, Lancaster UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2094052023-07-12T01:48:12Z2023-07-12T01:48:12ZMengapa Threads adalah ancaman terbesar bagi Twitter<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536731/original/file-20230711-21-drhh1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C12%2C4031%2C3005&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">shutterstock</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/idrija-slovenia-july-4-2023-new-2326871223">Adrian Tusar/shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Diluncurkannya aplikasi media sosial <a href="https://about.fb.com/news/2023/07/introducing-threads-new-app-text-sharing/">Threads</a> sebagai pesaing Twitter bisa membawa perubahan signifikan dalam industri media sosial.</p>
<p>Meta, yang juga merupakan empunya Facebook dan Instagram, meluncurkan platform baru itu pada 5 Juli 2023 atau lebih cepat dari yang dijadwalkan. Threads diterima khalayak dengan begitu cepat – terutama oleh gerombolan pengguna Twitter yang selama ini tak suka menyaksikan platform kesayangan mereka <a href="https://www.nbcnews.com/tech/tech-news/twitter-changes-tweetdeck-rate-limit-rcna92369">hancur di tangan Elon Musk</a>.</p>
<p>Dalam kurang dari 24 jam, Threads berhasil menarik sekitar 30 juta pengguna. Mengingat Meta telah memiliki lebih dari dua miliar pengguna Instagram yang dapat menghubungkan profilnya ke Threads, basis pengguna platform anyar tersebut akan berkembang cepat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Post by @zuck saying 'Wow, 30 million sign ups as of this morning. Feels like the beginning of something special, but we've got a lot of work ahead to build out the app." src="https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=347&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=347&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=347&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=436&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=436&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536201/original/file-20230707-19241-bpdfus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=436&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Mark Zuckerberg memposting di Threads untuk merayakan 30 juta pengguna barunya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Threads</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dengan <em>feed</em> hitam dan putih sederhana, dan fitur yang memungkinkanmu untuk membalas, menyukai, mengutip, dan mengomentari unggahan pengguna lain, kemiripan antara Threads dan Twitter cukup jelas. </p>
<p>Sekarang, pertanyaannya adalah: apakah Threads akan jadi satu-satunya platform yang pada akhirnya menggeser Twitter? </p>
<h2>Kita pernah mengalaminya sebelumnya</h2>
<p>Pada Oktober tahun lalu, pengguna Twitter tak berdaya menyaksikan Elon Musk menjadi CEO platform tersebut. Mastodon menjadi pelarian pertama mereka. Namun, banyak yang merasa server Mastodon yang terdesentralisasi <a href="https://www.makeuseof.com/why-people-leaving-mastodon">sulit</a> dan <a href="https://www.newyorker.com/culture/infinite-scroll/what-fleeing-twitter-users-will-and-wont-find-on-mastodon">membingungkan untuk digunakan</a>, dengan tiap servernya memiliki aturan konten yang berbeda dan komunitas yang berbeda pula. </p>
<p>Banyak penggemar Twitter yang membuat akun cadangan di Mastodon sebagai antisipasi jika platform tersebut <em>crash</em>, sembari menanti-nanti apa yang akan dilakukan Musk selanjutnya.</p>
<p>Penantian ini tak panjang. Ketidakstabilan dan “pemadaman” platform menjadi hal biasa ketika Musk mulai memberhentikan staf Twitter (dia sekarang telah memecat sekitar 80% tenaga kerja asli Twitter).</p>
<p>Tak lama kemudian, Musk menjadi pemberitaan dan membuat warga Twitter was-was karena meningkatkan sistem verifikasi dan memaksa para pemegang “centang biru” untuk membayar hak istimewa dari otentikasi akun mereka. Langkah ini membuka pintu untuk para akun peniru dan penyebaran misinformasi skala besar. Beberapa merek perusahaan besar meninggalkan Twitter, membawa <a href="https://www.nytimes.com/2023/06/05/technology/twitter-ad-sales-musk.html">uang iklan mereka keluar dari sana</a>. </p>
<p>Musk juga melabeli organisasi-organisasi media terpercaya seperti BBC sebagai media “milik negara”, hingga akhirnya menarik kebijakan tersebut setelah diserang publik. Yang lebih anyar, ia mulai membatasi berapa banyak cuitan yang bisa dilihat pengguna dan mengumumkan bahwa TweetDeck (sebuah perangkat untuk menjadwalkan Twitter) akan dibatasi hanya untuk akun berbayar.</p>
<p>Pengguna Twitter telah mencoba berbagai alternatif, termasuk Spoutible dan Post. Bluesky, yang dibuat oleh Jack Dorsey sebagai salah satu pendiri Twitter, mulai berkembang – tetapi pertumbuhannya terbatas karena proses registrasinya yang terbatas hanya untuk undangan.</p>
<p>Belum ada platform yang sesuai dengan ekspektasi para pengguna Twitter … hingga akhirnya Threads muncul.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Andrews: Everyone right to go? Albanese: Ready over here..." src="https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=534&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=534&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536196/original/file-20230707-23-kmsj5c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=534&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Threads telah diikuti oleh sejumlah tokoh populer, termasuk Perdana Menteri Anthony Albanese, Oprah Winfrey, Dalai Lama, Shakira, Gordon Ramsay, dan Ellen DeGeneres.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Threads</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Komunitas adalah kunci sukses</h2>
<p>Sebelum dikuasai oleh Musk, Twitter menikmati tahun-tahun penuh kesuksesan. Platform tersebut telah lama menjadi rumah untuk jurnalis, lembaga pemerintah, akademikus, dan masyarakat umum untuk berbagi informasi mengenai isu penting hari itu. Dalam kondisi darurat, Twitter menawarkan dukungan <em>real-time</em>. Saat bencana-bencana terburuk terjadi, para pengguna membagikan informasi dan membantu <a href="https://www.washingtonpost.com/nation/2022/11/19/twitter-emergencies/">membuat keputusan yang menyelamatkan nyawa</a>. </p>
<p>Meski bukan tanpa kekurangan – seperti akun <em>troll</em>, <a href="https://theconversation.com/bushfires-bots-and-arson-claims-australia-flung-in-the-global-disinformation-spotlight-129556">bot</a>, hingga kekerasan di dunia – proses verifikasi Twitter dan kemampuan untuk memblokir dan melaporkan konten yang tak pantas memegang peranan penting dalam kesuksesan untuk membangun komunitas yang berkembang. </p>
<p>Hal ini jugalah yang membedakan Threads dari para pesaingnya. Dengan menghubungkan Threads ke Instagram, Meta memulai platform barunya dengan langkah yang signifikan dalam membentuk massa kritis jumlah pengguna, hal yang penting untuk menjadikan Threads sebagai platform terkemuka (privilese seperti ini tak dimiliki oleh Mastodon).</p>
<p>Para pengguna Threads tak hanya bisa mempertahankan <em>username</em> Instagram mereka, tetapi juga para pengikutnya. Kemampuan untuk bisa mempertahankan komunitas dalam aplikasi yang memberikan pengalaman serupa dengan Twitter menjadikannya ancaman terbesar untuk platform burung biru itu saat ini.</p>
<p>Penelitian saya menunjukkan bahwa orang paling mendambakan otoritas, keaslian, dan komunitas ketika mereka terlibat dengan informasi <em>online</em>. Dalam <a href="https://books.emeraldinsight.com/book/detail/look-for-information/?k=9781803824246">buku baru</a> kami, rekan penulis saya Donald O. Case, Rebekah Willson, dan saya menjelaskan cara pengguna menelusuri informasi dari sumber yang mereka kenal dan percayai.</p>
<p>Para penggemar Twitter menginginkan platform alternatif dengan fungsi yang sama, tetapi yang paling penting mereka ingin bisa segera menemukan kawan-kawan mereka di sana. Mereka tak mau jika harus membangun ulang komunitas mereka. Hal inilah yang mungkin membuat mereka terus bertahan di Twitter, terlepas dari apa pun yang dilakukan Elon Musk.</p>
<h2>Tantangan ke depan</h2>
<p>Tentu saja, pengguna Twitter mungkin was-was kalau-kalau mereka lepas dari mulut harimau dan masuk ke mulut buaya. Mendaftar ke satu lagi aplikasi Meta menimbulkan kekhawatiran tersendiri.</p>
<p>Pengguna baru Threads yang membaca ketentuannya akan menyadari bahwa informasi mereka “mempersonalisasikan iklan dan pengalaman lainnya”, baik di Threads maupun Instagram. Para pengguna juga telah menunjukkan bahwa kita hanya akan bisa menghapus akun Threads kita jika kita juga menghapus akun instagram kita.</p>
<p>Hal-hal semacam ini bisa jadi tak menyenangkan bagi para pengguna.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1676779150235803649"}"></div></p>
<p>Selain itu, Meta memutuskan untuk tidak meluncurkan Threads di mana pun di Uni Eropa pada hari peluncurannya karena masalah regulasi. Undang-Undang Pasar Digital Uni Eropa yang baru dapat menimbulkan tantangan bagi Threads.</p>
<p>Misalnya, undang-undang tersebut menetapkan bisnis tidak dapat “melacak pengguna akhir di luar layanan platform inti [mereka] untuk tujuan iklan bertarget, tanpa persetujuan efektif yang telah diberikan”. Ini mungkin bertentangan dengan <a href="https://help.instagram.com/515230437301944">kebijakan privasi</a> Threads. </p>
<p>Meta juga <a href="https://techcrunch.com/2023/07/05/adam-mosseri-says-metas-threads-app-wont-have-activitypub-support-at-launch/">mengumumkan rencana</a> untuk nantinya memindahkan Threads ke infrastruktur terdesentralisasi. Dalam detail “How Threads Works” (cara kerja Threads) yang termuat di aplikasinya, disebutkan bahwa “versi Thread di masa depan akan beroperasi dengan <a href="https://help.instagram.com/169559812696339">fediverse</a>”, memungkinkan “orang untuk mengikuti dan berinteraksi satu sama lain di platform yang berbeda, termasuk Mastodon”.</p>
<p>Artinya, orang-orang akan dapat melihat dan berinteraksi dengan konten Threads dari luar akun-akun Meta, tanpa harus mendaftar Threads terlebih dahulu. Dengan menggunakan standar ActivityPub (yang memungkinkan interoperabilitas terdesentralisasi antarplatform), Threads kemudian dapat berfungsi dengan cara yang sama seperti WordPress, Mastodon, dan server email – yang memungkinkan pengguna satu server dapat berinteraksi dengan yang lain.</p>
<p>Kapan dan bagaimana Threads mewujudkan rencana keterlibatan terdesentralisasi ini – dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi pengalaman pengguna – masih belum jelas.</p>
<h2>Apakah Meta mencuri “rahasia dagang”?</h2>
<p>Musk tak hanya diam saja tanpa perlawanan. Beberapa jam setelah Threads diluncurkan, pengacara Twitter, Alex Spiro mengeluarkan surat yang menuduh Meta melakukan penyalahgunaan rahasia dagang yang “sistematis” dan “melanggar hukum”. </p>
<p><a href="https://cdn.sanity.io/files/ifn0l6bs/production/27109f01431939c8177d408d3c9848c3b46632cd.pdf">Surat</a> tersebut menuduh mantan karyawan Twitter yang dipekerjakan oleh Meta “sengaja ditugaskan” untuk “mengembangkan, dalam hitungan bulan, aplikasi tiruan dari Meta, ‘Aplikasi Threads’”. Meta telah membantah klaim ini, <a href="https://www.cnbc.com/2023/07/06/twitter-accuses-meta-of-stealing-trade-secrets-for-its-new-threads-%20app.html">menurut pemberitaan</a>, tetapi persaingan antara kedua perusahaan tampaknya masih jauh dari selesai.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/thinking-of-breaking-up-with-twitter-heres-the-right-way-to-do-it-195002">Thinking of breaking up with Twitter? Here’s the right way to do it</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/209405/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lisa M. Given adalah Fellow dari Academy of the Social Sciences di Australia. Dia menerima dana dari Australian Research Council dan Social Sciences and Humanities Research Council of Canada.</span></em></p>Threads mungkin adalah akhir permainan.dalam pertarungan memperebutkan pengikut Twitter.Lisa M. Given, Professor of Information Sciences & Director, Social Change Enabling Impact Platform, RMIT UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2082252023-06-30T11:10:10Z2023-06-30T11:10:10ZBagaimana rivalitas Microsoft dan Google bisa membuat pengembangan AI semakin melejit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/534976/original/file-20230630-21-rn9wgf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=18%2C27%2C6020%2C3983&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kedua perusahaan telah melakukan investasi besar -besaran pada perusahaan AI.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/uk-london-january-30-2023-microsoft-2260520033">kovop/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Microsoft dan Google baru-baru ini menanamkan investasi besar di dua perusahaan terbesar dalam bidang kecerdasan buatan (AI). OpenAI, yang mengembangkan ChatGPT, telah menerima <a href="https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-01-23/microsoft-makes-multibillion-dollar-investment-in-openai">investasi masif sebesar US$10 miliar (Rp 149,4 triliun) dari Microsoft</a>, sementara Google <a href="https://www.ft.com/content/583ead66-467c-4bd5-84d0-ed5df7b5bf9c">menginvestasikan US$300 juta (Rp 4,4 triliun) di Anthropic</a>.</p>
<p>Dukungan finansial dari para raksasa teknologi ini terhadap AI telah membuat persiangan ketat mereka semakin tersorot publik. Perjuangan Google untuk berebut dominasi dengan Microsoft semakin menguat dan menjadi topik utama dalam diskusi tentang kesuksesan AI pada masa depan.</p>
<p>Google telah memberikan kontribusi yang sangat besar di bidang pengembangan AI, termasuk penemuan transformer – suatu bentuk pembelajaran mesin (<em>machine learning</em>) dengan algoritme terus berkembang dalam menjalankan fungsi-fungsi tertentu seiring “dilatih” dengan data – kemajuan beragam teknik untuk mengotomatiskan terjemahan bahasa dan <a href="https://www.theguardian.com/technology/2014/jan/27/google-acquires-uk-artificial-intelligence-startup-deepmind">akuisisi perusahaan AI DeepMind</a>.</p>
<p>Meskipun Google secara konsisten memosisikan dirinya di garis depan pengembangan AI, hadirnya ChatGPT menjadi sebuah tonggak sejarah yang signifikan. Perusahaan OpenAI yang berbasis di California, Amerika Serikat (AS) <a href="https://openai.com/blog/chatgpt">merilis ChatGPT pada November 2022</a> dan <a href="https://sg.style.yahoo.com/chatgpt-4-openai-releases-version-075830243.html">versi yang lebih canggih, GPT-4</a>, diluncurkan pada Februari 2023.</p>
<p>Kehadiran ChatGPT memicu diskusi luas tentang kecerdasan umum buatan (<em>artificial general intelligence</em> atau AGI) – yakni ketika mesin melampaui kecerdasan manusia. Ini juga menjadi fokus dalam peringatan dari Geoffrey Hinton, seorang tokoh berpengaruh dalam bidang AI, yang <a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-65452940">dalam beberapa wawancara</a> menguraikan kekhawatirannya tentang teknologi ini setelah mengundurkan diri dari Google awal tahun ini.</p>
<p>Akibatnya, <a href="https://arxiv.org/search/?query=large+language+models&searchtype=all&source=header&start=150">jumlah penelitian</a> yang berfokus pada model bahasa besar (<em>large language models</em> atau LLM) – jenis teknologi AI yang mendasari ChatGPT – melonjak. Topik penelitian lainnya terkait AI, seperti sistem dialog dan pencarian informasi, berpotensi kalah populer.</p>
<p>Di tengah gangguan teknologi yang cepat ini, tampaknya Google <a href="https://www.theguardian.com/technology/2023/may/05/google-engineer-open-source-technology-ai-openai-chatgpt">takut kehilangan keunggulan teknologinya</a> dan dominasi pasar.</p>
<h2>Posisi yang bertolak belakang?</h2>
<p>Kekhawatiran Google bukan tanpa alasan. ChatGPT, yang dibuat oleh pesaingnya langsung, telah memanfaatkan teknik pencarian internet rintisan Google untuk menghasilkan keuntungan yang signifikan. Selain itu, <a href="https://www.businessinsider.com/chatgpt-openai-microsoft-hired-former-google-meta-apple-tesla-staff-2023-2?r=US&IR=T">perpindahan talenta dari Google ke OpenAI</a> – bersamaan dengan cepatnya perkembangan OpenAI – sepertinya menjadi tren yang mengkhawatirkan bagi sang raksasa mesin pencari.</p>
<p>Ketika OpenAI didirikan, salah satu prinsipnya adalah <a href="https://www.reuters.com/technology/openai-readies-new-open-source-ai-model-information-2023-05-15/">membuat perangkat lunak yang bersifat “<em>open source</em>” (sumber terbuka)</a>. Artinya, perangkat lunak ini tersedia untuk umum dan memungkinkan pengembang untuk berbagi serta memodifikasinya. Google, sementara itu, bertahan dengan pendekatan komersial yang relatif konsisten dalam berbagai rencana dan ambisinya.</p>
<p>Namun, pergeseran OpenAI menuju komersialisme baru-baru ini dan penerapan <em>closed-source</em> – alias membuat sumber-sumber jadi tertutup – tampaknya bertentangan dengan filosofi awal perusahaan ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Representasi ChatGPT" src="https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">ChatGPT telah berhasil memanfaatkan teknik-teknik pencarian yang dipelopori oleh Google.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/screen-smartphone-chatgpt-chat-ai-tool-2261871807">Giulio Benzin / Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa “orang dalam” industri <a href="https://fortune.com/2023/03/17/sam-altman-rivals-rip-openai-name-not-open-artificial-intelligence-gpt-4/">mengkritik OpenAI</a> karena pendekatannya yang agak kontradiktif. Meskipun menampilkan dirinya sebagai juara teknologi AI yang menggunakan sumber terbuka, tapi <a href="https://www.technologyreview.com/2020/02/17/844721/ai-openai-moonshot-elon-musk-sam-altman-greg-brockman-messy-secretive-reality/">tidak diragukan lagi bahwa OpenAI tetap entitas komersial</a>, sebuah fakta yang memang tidak mudah mereka akui.</p>
<p>Ketegangan antara citra publik OpenAI dan realitas bisnis ini telah membuat persaingannya dengan Google semakin menarik.</p>
<p>Salah satu hal yang mungkin muncul dari kompetisi ini adalah evolusi dan penyempurnaan teknologi AI yang terus berlanjut, didorong oleh kebutuhan untuk tetap unggul di pasaran. Teknik-teknik Google, yang sebelumnya dieksploitasi oleh OpenAI untuk keuntungan komersial, mungkin akan mengalami inovasi lebih lanjut.</p>
<p>Evolusi ini tidak hanya akan meningkatkan fungsionalitas aplikasi AI, tetapi juga akan sangat meningkatkan pengalaman pengguna.</p>
<p>Yusuf Mehdi, Wakil Presiden Korporat di Microsoft, baru-baru ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut merasa tidak perlu merombak lanskap persaingan mesin pencari, mengingat <a href="https://mashable.com/article/microsoft-vp-yusuf-mehdi-bing-google-generative-ai">peningkatan hanya satu poin saja dalam pangsa pasar sudah sama dengan kenaikan nilai sebesar US$2 miliar</a> (Rp 30,1 triliun). Perampingan strategis terkait ambisi ini bisa menjadi upaya untuk mengurangi tekanan persaingan di industri teknologi.</p>
<h2>Pengawasan yang lebih ketat</h2>
<p>Perlu dicatat bahwa asosiasi Microsoft dengan OpenAI telah mempertebal persaingan yang sudah kompleks ini. Google juga telah menunjukkan keinginan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek AI eksternal untuk memperluas pengaruhnya.</p>
<p>Investasi Google di Anthropic, sebuah perusahaan riset AI, misalnya, mencerminkan strategi Google untuk mempertahankan keunggulan teknologinya melalui kemitraan strategis. </p>
<p>Salah satu kekhawatiran yang dirasakan banyak orang, termasuk saya, adalah potensi misinformasi, disinformasi, dan distorsi yang dibuat oleh ChatGPT. Dengan lebih dari 200 juta pengguna, teknologi ini melayani sekitar 2,53% dari populasi global.</p>
<p>Disinformasi yang tersebar luas di media sosial telah secara signifikan <a href="https://misinforeview.hks.harvard.edu/article/misinformation-in-action-fake-news-exposure-is-linked-to-lower-trust-in-media-higher-trust-in-government-when-your-side-is-in-power/">mengikis kepercayaan pada konten-konten <em>online</em></a> dan bahkan dilaporkan telah <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-018-07761-2">memengaruhi pemilihan presiden AS tahun 2016</a>.</p>
<p>Dengan basis pengguna yang begitu luas untuk ChatGPT, mungkin saja perusahaan teknologi bisa memanipulasi percakapan, memengaruhi preferensi dan keputusan pengguna secara halus dengan berbagai cara. Oleh karena itu, kebutuhan akan pengawasan dan regulasi yang lebih kuat terhadap model bahasa besar ini menjadi semakin mendesak.</p>
<p>Terlepas dari meningkatnya persaingan atas AI, Google tetap menjadi entitas yang dihormati di industri teknologi global. Persaingan AI antara Google dan Microsoft telah mendorong kedua perusahaan untuk mendobrak batasan-batasan teknologi ini. Hal ini menjanjikan kemajuan yang menarik pada tahun-tahun mendatang.</p>
<p>Berbagai strategi yang digunakan dalam kompetisi ini, mulai dari akuisisi talenta hingga investasi strategis, mencerminkan betapa besarnya pertaruhan dalam lanskap AI. Secara khusus, memperoleh talenta terbaik memungkinkan perusahaan-perusahaan ini meningkatkan kemampuan AI mereka, sehingga memberi mereka keunggulan kompetitif.</p>
<p>Investasi strategis, di sisi lain, memungkinkan diversifikasi dan perluasan ke berbagai aplikasi dan sektor AI baru, sehingga meningkatkan pengaruh dan pangsa pasar mereka di bidang AI. Ini semua menunjukkan tingginya nilai dan potensi teknologi AI dalam membentuk masa depan kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208225/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yali Du tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Persaingan terkait AI sedang memanas antara dua raksasa teknologi.Yali Du, Lecturer in Artificial Intelligence, King's College LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2078182023-06-23T02:07:58Z2023-06-23T02:07:58ZChatGPT digugat pencemaran nama baik: menguji tanggung jawab hukum dan netralitas teknologi AI<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/533110/original/file-20230621-17-b9948f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=8%2C8%2C5982%2C3979&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">ChatGPT.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/penang-malaysia-1-apr-2023-chatgpt-2285792643">TY Lim/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Untuk pertama kalinya di dunia, <a href="https://www.courthousenews.com/wp-content/uploads/2023/06/walters-openai-complaint-gwinnett-county.pdf">sebuah gugatan pencemaran nama baik diajukan kepada teknologi Artificial Intelligence (AI)</a>. Gugatan ini diajukan Mark Walters terhadap OpenAI, perusahaan pemilik ChatGPT, di Georgia, Amerika Serikat (AS) pada 5 Juni 2023.</p>
<p>Mark mengajukan gugatan ini setelah seorang jurnalis bernama Fred Riehl menggunakan ChatGPT pada 4 Mei 2023 untuk mencari rangkuman dari kasus <a href="https://dockets.justia.com/docket/washington/wawdce/2:2023cv00647/321634">The Second Amendment Foundation v Robert Ferguson</a>, tentang kebebasan sipil dari organisasi the Second Amendment Foundation. Hasil dari instruksi atas rangkuman kasus tersebut justru memunculkan nama Mark Walters, seorang penyiar radio di Georgia, dengan informasi bahwa <a href="https://ustimespost.com/openai-sued-for-libelous-chatgpt-hallucination-about-money/">Mark menggelapkan sejumlah dana dari The Second Amendment Foundation</a>.</p>
<p>Menurut Mark, seluruh informasi yang melibatkan namanya tersebut adalah salah, dan ia menganggap bahwa informasi yang ditampilkan merupakan “Halusinasi AI”.</p>
<p>Ini bukan pertama kalinya ChatGPT menuai kontroversi dan kritik terkait keakuratan informasi yang diolahnya. Pada April 2023, Brian Hood, seorang politikus Australia, berencana untuk melayangkan gugatan kepada ChatGPT setelah namanya <a href="https://gizmodo.com/openai-defamation-chatbot-brian-hood-chatgpt-1850302595">dicantumkan sebagai salah satu terdakwa</a> dalam kasus penyuapan Australia’s Reserve Bank tahun 2011. Brian memang terlibat dalam kasus tersebut, tetapi dia adalah <em>whistleblower</em>.</p>
<p>Pada bulan yang sama, Jonathan Turley, seorang dosen hukum di George Washington University Law School, AS, mendapati dirinya <a href="https://www.businessinsider.com/chatgpt-ai-made-up-sexual-harassment-allegations-jonathen-turley-report-2023-4">dituduh melakukan pelecehan seksual kepada mahasiswinya dalam sebuah perjalanan studi ke Alaska</a>. Informasi tersebut merupakan olahan ChatGPT yang juga mencantumkan bahwa kasusnya dimuat dalam sebuah artikel di The Washington Post. Faktanya, Jonathan tidak pernah mengadakan studi lapangan ke Alaska dan <a href="https://www.businesstoday.in/technology/news/story/openai-chatgpt-falsely-accuses-us-law-professor-of-sexual-harassment-376630-2023-04-08">artikel di the Washington Post yang dimaksud tidak pernah ada</a>.</p>
<p>Rentetan kontroversi ketidakakuratan informasi yang diolah ChatGPT memang hanya tinggal menunggu waktu sampai akhirnya benar-benar ada gugatan kepada hukum terhadap teknologi mutakhir ini.</p>
<p>Gugatan terhadap AI oleh Mark Walters ini memunculkan diskusi-diskusi penting terkait netralitas teknologi dan pertanggungjawaban hukum oleh teknologi AI. Apakah mungkin AI sebagai sebuah teknologi bisa dianggap sebagai sebuah teknologi yang netral, atau justru memiliki nilai-nilai tertentu yang dipengaruhi penciptanya?</p>
<h2>AI dan netralitas teknologi</h2>
<p>Kontroversi terkait teknologi AI dalam ChatGPT <a href="https://www.discoverwalks.com/blog/world/9-biggest-controversies-with-chat-gpt-so-far/">memang telah lama diperdebatkan</a> sejak perilisannya kepada publik akhir tahun lalu. Sebagian besar masyarakat memandang AI membawa pengaruh negatif karena masalah <a href="https://www.bbc.com/news/technology-65139406">privasi</a> atau <a href="https://apnews.com/article/what-is-chat-gpt-ac4967a4fb41fda31c4d27f015e32660">penyalahgunaannya oleh mahasiswa</a>, tetapi tidak sedikit yang menganggap bahwa ChatGPT dapat <a href="https://theconversation.com/id/search?q=AI">digunakan secara maksimal untuk kebutuhan dan tujuan yang positif</a>.</p>
<p>Arthur Cockfield dan Jason Pridmore, dosen hukum dan sosiologi di Queens University, Kanada, <a href="https://scholarship.law.umn.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1258&context=mjlst">berargumen</a> bahwa teknologi bisa dipandang dari dua sisi.</p>
<p>Pertama adalah dari sudut pandang instrumentalis, yakni ketika teknologi hanya sekadar alat. Artinya, teknologi bersifat netral, sampai penggunanya menggunakan teknologi tersebut untuk tujuan tertentu.</p>
<p>Kedua adalah dari sudut pandang substantif, yakni bahwa teknologi tidaklah netral. Sejak diciptakan, teknologi sudah memiliki nilai sosial, politik atau ekonomi, karena proses penciptaannya mengikuti nilai yang dianut oleh penciptanya.</p>
<p>Gagasan Cockfield dan Pridmore tersebut berujung pada sintesis kedua sudut pandang tersebut atas penggunaan teknologi. Namun, pada konteks teknologi AI sekarang tak lagi sekadar alat bantu, <a href="https://beyondexclamation.com/artificial-intelligence-making-machines-behave-like-humans/">melainkan juga sudah bertindak selayaknya manusia</a>, netralitas atas teknologi AI perlu diuji, khususnya apakah AI bisa bertindak selayaknya subjek hukum tersendiri.</p>
<p>Entitas buatan memang bisa berlaku sebagai subjek hukum tersendiri, sebagaimana badan hukum. <a href="https://business.gov.nl/starting-your-business/choosing-a-business-structure/legal-personality/">Asas personalitas hukum</a>, yang menjelaskan pihak yang dapat bertindak dan menjadi subjek hukum atas hak dan kewajiban hukum, sejauh ini hanya mengenali subjek hukum murni (individu) dan badan hukum (korporasi).</p>
<p>Pada kasus <a href="https://globalfreedomofexpression.columbia.edu/cases/the-sunday-times-v-united-kingdom/#:%7E:text=Case%20Summary%20and%20Outcome,violated%20its%20freedom%20of%20expression."><em>Sunday Times v. UK</em></a>, Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa memutuskan bahwa pelarangan publikasi artikel kepada koran <em>the Sunday Times</em> pada tahun 1972 melanggar hak dari media tersebut. Artinya, <em>the Sunday Times</em> sebagai badan hukum yang memiliki hak di mata hukum. </p>
<p>Pertanyaan lanjutannya kemudian adalah: apakah AI sebaiknya menjadi subjek hukum tersendiri karena <a href="https://www.scirp.org/journal/paperinformation.aspx?paperid=122946#:%7E:text=Artificial%20intelligence%20does%20not%20have,as%20a%20derivative%20legal%20subject.">karakteristik personifikasi hukumnya yang unik</a>, atau dilekatkan kepada subjek hukum yang sudah ada?</p>
<p>Mengingat adanya keterbatasan dalam hal pertanggungjawaban hukum yang tentu akan melekat kepada pembuat teknologi, maka menjadikan AI sebagai subjek hukum tersendiri adalah oversimplikasi atas masalah pertanggungjawaban hukum dari sebuah penyalahgunaan teknologi, <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/international-and-comparative-law-quarterly/article/artificial-intelligence-and-the-limits-of-legal-personality/1859C6E12F75046309C60C150AB31A29">setidaknya untuk sekarang</a>.</p>
<p>Atas dasar tersebut, AI belum bisa sepenuhnya dipandang sebagai sebuah teknologi yang netral. AI bekerja dengan algoritme yang dipengaruhi oleh <a href="https://medium.com/halobureau/beware-ais-hidden-biases-why-artificial-intelligence-is-never-neutral-9479cda09373#:%7E:text=As%20artificial%20intelligence%20(AI)%20becomes,our%20everyday%20lives%20and%20routines.">bias, perspektif, dan budaya dari para penciptanya</a>.</p>
<h2>Mungkinkah AI melakukan pencemaran nama baik?</h2>
<p>Informasi yang diolah ChatGPT dalam kasus Mark Walters jelas merupakan informasi yang tidak akurat. Namun, dalam klaim bahwa informasi tersebut telah mencemarkan reputasi Mark Walters, kelalaian OpenAI – sebagai pemilik ChatGPT – atas kekeliruan informasi yang dirilis tetap merupakan salah satu hal yang perlu dibuktikan kebenarannya dalam gugatan pencemaran nama baik.</p>
<p>Hal ini juga memperkuat fakta bahwa AI tidak bisa berdiri sendiri sebagai subjek hukum.</p>
<p>Fakta bahwa ChatGPT <a href="https://help.openai.com/en/articles/6783457-what-is-chatgpt">terkadang mengolah dan merilis informasi yang keliru</a> juga belum tentu menjadi dasar yang kuat dalam gugatan, kecuali <a href="https://reason.com/volokh/2023/06/06/first-ai-libel-lawsuit-filed/">terbukti ada kesengajaan</a> dari OpenAI untuk merilis informasi tentang Mark Walters tersebut.</p>
<p>Selain itu, prinsip kerugian atau kerusakan yang nyata (<em><a href="https://www.mtsu.edu/first-amendment/article/889/actual-malice">actual malice</a></em>), seperti kehilangan pekerjaan atau bangkrut, juga belum terbukti apakah memang dialami oleh Mark Walters.</p>
<p>Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk saat ini, AI tidak punya kapabilitas untuk melakukan pencemaran nama baik, pun sebagai subjek hukum tersendiri. Namun, bukan berarti AI tidak perlu diregulasi, mengingat <a href="https://theconversation.com/apa-aturan-yang-tepat-untuk-teknologi-ai-ini-jawaban-para-ahli-203500">banyak negara telah memulainya</a>. </p>
<h2>AI pada konteks Indonesia</h2>
<p>Kasus pencemaran nama baik di Indonesia juga merupakan isu hukum yang krusial dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya sejak Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) lahir. </p>
<p>Meskipun di Indonesia sejauh ini belum ada gugatan atas pencemaran nama baik yang dilakukan oleh AI dan tampaknya tidak ada landasan hukum yang mengaturnya, ada satu ketentuan dalam UU ITE yang mungkin bisa relevan. Pasal 27 Ayat 3 UU ITE yang berbunyi “<em>Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik</em>.”</p>
<p>Ketidakjelasan makna dari frasa “membuat dapat diaksesnya” tersebut menciptakan <a href="https://kema.unpad.ac.id/uu-ite-kelabilan-dan-ambiguitas-dalam-kebebasan-berekspresi/">ambiguitas dalam penerapannya</a>.</p>
<p>Ambiguitas tersebut bukan tidak mungkin akan memunculkan gugatan “salah alamat” kepada AI. Padahal, sebagaimana yang sudah dibahas di atas, AI tidak bisa menjadi subjek hukum tersendiri, karena statusnya yang lebih tepat sebagai <a href="https://law.ui.ac.id/pengaturan-hukum-artifical-intelligence-indonesia-saat-ini-oleh-zahrashafa-pm-angga-priancha/">agen elektronik</a>. Pertanggungjawaban AI masih berada pada subjek hukum orang atau badan hukum yang menaunginya.</p>
<p>Secara keseluruhan, perdebatan mengenai tanggung jawab hukum AI masih menjadi isu yang kompleks, terutama jika menyangkut privasi dan keamanan data serta diskriminasi dan bias.</p>
<p>Diperlukan peran dan kolaborasi banyak <em>stakeholders</em> untuk memastikan teknologi AI digunakan dengan bertanggung jawab agar penggunaannya dapat memberikan manfaat secara luas bagi kemajuan manusia dan perbaikan lingkungan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207818/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Eka Nugraha Putra tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apakah mungkin AI sebagai sebuah teknologi bisa dianggap sebagai sebuah teknologi yang netral, atau justru memiliki nilai-nilai tertentu yang dipengaruhi penciptanya?Eka Nugraha Putra, Assistant Professor of Law, O.P. Jindal Global UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2054812023-05-19T08:47:17Z2023-05-19T08:47:17ZTertekan? Ketahui 3 dampak negatif digitalisasi pada kesehatan mental kamu<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/526142/original/file-20230515-21-ummfq5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dampak negatif digitalisasi dapat diatasi dengan cara-cara sederhana yang bisa mendorong perasaan berdaya di hadapan teknologi digital.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/young-ethnic-male-with-laptop-screaming-3799830/">(Pexels/Andrea Piacquadio)</a></span></figcaption></figure><iframe style="width: 100%; height: 100px; border: none; position: relative; z-index: 1;" allowtransparency="" allow="clipboard-read; clipboard-write" src="https://narrations.ad-auris.com/widget/the-conversation-canada/are-you-under-digital-distress-3-ways-tech-triggers-may-be-affecting-your-mental-health" width="100%" height="400"></iframe>
<p><a href="https://www.mentalhealthweek.ca/">Pekan Kesehatan Mental</a> (Mental Health Week) yang berlangsung dari 1-7 Mei lalu memberikan kesempatan untuk merefleksikan kesejahteraan kita bersama. Selain meningkatnya <a href="https://doi.org/10.1111%2Fapps.12304">masalah kesehatan mental</a>, tampaknya ada <a href="https://dictionary.apa.org/malaise">rasa tidak enak badan</a> secara umum di antara individu-individu yang sehat di masyarakat. Hal ini termanifestasi dalam bentuk kelelahan kognitif dan fisik, kesabaran yang terbatas, ketidaktertarikan pada pekerjaan, dan kebencian terhadap pemicu stres dalam hidup kita. </p>
<p>Banyak dari pemicu stres ini mungkin berasal dari interaksi dengan teknologi: frustrasi kecil tapi sering ini dapat cepat menghilang, tapi ketika dijumlahkan menjadi pemicu teknologi yang bersifat mikro-agresif dari <em>digital distress</em>. Hal ini didefinisikan sebagai bentuk <a href="https://dictionary.apa.org/psychological-distress">stres</a> yang disebabkan oleh suatu pengalaman pengguna yang tidak berfungsi dengan teknologi. </p>
<p>Pemicu-pemicu teknologi bersifat menyebar, namun tampaknya tidak berbahaya karena kita telah belajar untuk mengabaikannya atau mengkotak-kotakkan efeknya. Tidak ada yang akan melakukan apa pun tentang mereka sampai kita mengakui bahaya mereka dan bahwa hal itu adalah masalah. </p>
<p>Berikut ini adalah tiga jenis pemicu teknologi utama dan efeknya yang perlu dipertimbangkan jika hal ini mempengaruhi kamu. </p>
<h2>1. <em>Pop-ups & prompts</em> menyesatkan</h2>
<p><em>Pop-up</em> atau muncul tiba-tiba dirancang untuk mengganggu dan menarik perhatian kita melalui pemberitahuan, pengingat kalender, pembaruan perangkat lunak, iklan situs web, peringatan baterai hampir habis, dan banyak lagi. <a href="https://www.nytimes.com/2008/06/22/jobs/22shifting.html">Gangguan yang sering terjadi membuat kita waspada</a> seperti dongkrak, memicu pelepasan adrenalin, norepinefrin, dan kortisol. Zat kimia ini dirancang untuk membuat kita waspada dan siap melindungi diri kita sendiri saat kita berada di bawah ancaman; namun saat kita tidak berada dalam bahaya yang sebenarnya zat kimia ini hanya membuat kita merasa gelisah.</p>
<p><em>Prompts</em> atau pengingat pada nama pengguna (<em>username</em>) dan kata sandi (<em>password</em>) kita bisa menjadi pemicu utama. Dengan banyaknya orang yang memiliki detail login untuk berbagai situs web, mungkin sulit untuk melacak semuanya. Dan sering kali, mencoba masuk ke salah satu akun kamu bisa terasa seperti sebuah rezim yang menindas, memilah-milah ingatan kamu untuk menemukan kata sandi yang campur aduk dan nama pengguna yang tak terlupakan.</p>
<p>Menyimpan hal-hal seperti itu di dalam kepala kita bertentangan dengan cara <a href="https://www.washingtonpost.com/wellness/2023/03/13/brain-memory-pandemic-covid-forgetting/">kerja memori</a> kita dan mengulang-ulang upaya yang gagal dapat menciptakan kondisi psikologis yang sama seperti tersesat. Keadaan tersesat secara psikologis melibatkan perasaan <a href="https://doi.org/10.1177/1056492615578915">terisolasi</a>, tidak pasti, dan bingung.</p>
<p>Dengan terlalu banyak <em>pop-up</em> dan <em>prompts</em>, kita mungkin akan terus berada dalam mode <em><a href="https://www.britannica.com/science/fight-or-flight-response">fight or flight (lawan) atau lari)</a></em>. Tidak heran mereka membuat kita merasa tersesat dan gelisah. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="dampak negatif digitalisasi" src="https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/521914/original/file-20230419-28-8i63q3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Banyak pemicu stres yang kita hadapi berasal dari interaksi kita dengan teknologi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2. Kekacauan digital menciptakan perasaan gagal</h2>
<p>Kekacauan digital menciptakan kesadaran yang perlahan-lahan muncul bahwa ada terlalu banyak hal yang harus kita kelola, dan kita gagal dalam hal itu. <a href="https://www.inc.com/david-finkel/overwhelming-inbox-heres-a-simple-trick-to-try-before-declaring-email-bankruptcy.html">Antrean email yang tidak jelas</a>, folder digital yang berantakan, dan ketidakmampuan kita untuk menyelesaikan tugas-tugas teknologi (seperti mencetak foto atau menghapus draf lama) dapat menciptakan <a href="https://doi.org/10.1006/anbe.1998.1049">kondisi psikologis kegagalan</a>. Mengatur dan merapikan adalah cara kita untuk merasa memegang kendali, namun terkadang ada begitu banyak hal yang harus diatur. Hal ini bisa terasa mengalahkan. </p>
<p>Begitu juga dengan <a href="https://hbr.org/2022/01/the-psychology-of-your-scrolling-addiction">fitur gulir (<em>scroll</em>) tak terbatas</a> pada aplikasi media sosial. Sesi panjang menggulir, menggesek, dan mengetuk membuat otak kita memeriksa dan mengirimkan sinyal <a href="https://www.forbes.com/sites/carolinebeaton/2016/04/07/this-is-what-happens-to-your-brain-when-you-fail-and-how-to-fix-it/?sh=37399ad01b81">neurokimiawi demotivasi dan kegagalan</a>. </p>
<p>Hal ini mungkin merupakan kombinasi dari peningkatan kortisol dan penurunan dopamin, yang menciptakan pengalaman biofisik berupa perasaan stres dan bosan pada saat yang bersamaan. </p>
<p>Hal ini mungkin diperkuat oleh kegagalan yang sering dialami dengan pemicu teknologi lainnya, seperti pembaruan perangkat lunak yang <a href="https://doi.org/10.1177/154193121005400437">mengganggu</a> dan versi teknologi yang terus menerus lebih baru, yang cukup berbeda sehingga membuat kamu merasa tidak tahu apa yang kamu lakukan. </p>
<p>Keadaan peningkatan yang terus-menerus ini berlawanan dengan cara kita belajar. Manusia <a href="https://www.edweek.org/ew/articles/2015/09/23/carol-dweck-revisits-the-growth-mindset.html?print=1">termotivasi oleh pertumbuhan</a>: kita ingin belajar lebih banyak dan menjadi lebih baik dalam mengerjakan tugas, bukannya merasa tiba-tiba bodoh dan melambat. Dengan terlalu banyak hal yang harus dipilah dan lebih banyak lagi yang harus dilakukan, sistem kita sering kali dipicu untuk gagal. Tidak heran jika kita merasa kewalahan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="pengaruh digital clutter pada kesehatan mental" src="https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/521917/original/file-20230419-26-ppr208.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kekacauan digital menciptakan kesadaran yang perlahan-lahan muncul bahwa terlalu banyak yang harus kita kelola, dan kita gagal dalam hal itu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Ketidakamanan dunia maya menciptakan rasa takut</h2>
<p>Pemicu teknologi yang ketiga disebabkan oleh kekhawatiran tentang keamanan siber dan seberapa aman informasi digital kita. Meskipun belanja online dan perbankan terlihat aman, mungkin ada kecurigaan yang menyelinap bahwa kartu kredit dan informasi keuangan kita tidak terlindungi seperti yang diberitahukan kepada kita. Kita mengelola rasa takut ini dengan beberapa klik, atau mungkin dengan <a href="https://time.com/6200717/online-shopping-psychology-explained/">pembelian yang mengembalikan rasa kontrol kita</a>.</p>
<p><a href="https://www.psychologytoday.com/ca/basics/terror-management-theory">Teori manajemen teror</a> menunjukkan bahwa masyarakat mendapatkan kenyamanan melalui penghindaran. Apakah mungkin orang mengklik “izinkan semua atau <em>allow all</em>” pada pemberitahuan <em>cookie</em> untuk membuat diri mereka merasa lebih baik? Jika ya, teori yang sama menjelaskan bagaimana hal ini juga dapat memicu kecemasan eksistensial dan depresi. Dengan begitu banyak hal yang dipertaruhkan, sistem kita sering kali terpicu untuk merasa tidak aman, dan tidak heran jika otak kita memperingatkan kita untuk tetap waspada. </p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan?</h2>
<p>Efek dari pemicu teknologi ini membuat kita sering merasa tersesat, bodoh, dan takut. Pertanyaannya adalah: apa yang bisa kita lakukan? Banyak dari interaksi ini tertanam dalam pekerjaan dan gaya hidup kita, namun tubuh dan pikiran kita mengatakan bahwa ini tidak benar. </p>
<p>Kesulitan digital mungkin merupakan cara tubuh kita untuk memperingatkan kita bahwa ada sesuatu yang harus diubah. Jika demikian, kesadaran adalah sebuah permulaan, dan dapat membantu kita mengelola situasi dengan lebih baik dan mengatur respons kita. Berikut adalah beberapa hal yang dapat kamu coba:</p>
<ol>
<li><p>Luangkan waktu untuk meninjau pengaturan kamu untuk pemblokir <em>pop-up, cookie</em>, akses data yang sah, dan pemberitahuan. Matikan (atau lebih baik lagi, atur waktu untuk mematikan perangkat kamu) dan lihat apakah kamu merasa lebih tenang. </p></li>
<li><p>Jadwalkan waktu untuk memilah-milah kekacauan digital sebelum menjadi berlebihan (atau lebih baik lagi, pertimbangkan apa yang ingin kamu terima atau simpan sejak awal). Jika kamu tidak menanganinya sekarang, kamu harus menanganinya nanti dengan lebih banyak stres.</p></li>
<li><p>Tetap waspada terhadap pemicu-pemicu teknologi di tempat kerja dan tantanglah mereka saat pertama kali muncul. Beberapa solusi yang disebut-sebut bermasalah, seperti harus masuk ke akun yang sama berulang kali sepanjang hari atau harus melalui terlalu banyak langkah autentikasi. Perusahaan mungkin akan mempertimbangkan kembali taktik tersebut jika kesehatan mental karyawan dipertaruhkan. </p></li>
</ol>
<p>Kita juga bisa membuat perubahan kecil yang membuat kita tidak terlalu bergantung pada teknologi, seperti mengembalikan jam dinding agar kita bisa melihat waktu tanpa layar; mencatat jadwal di atas kertas agar tidak terpancing untuk membuka email melalui kalender digital; dan mengubah pengaturan di aplikasi dan perangkat agar kita bisa memiliki kontrol lebih besar atas pengalaman digital kita.</p>
<p>Langkah-langkah kecil yang proaktif dapat meningkatkan efikasi diri atau keyakinan mencapai suatu tujuan kita dengan cara yang akan mengurangi tekanan digital dan membuat kita merasa lebih berdaya atas kesehatan mental kita.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/205481/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Brittany Harker Martin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Banyak pemicu stres yang berasal dari interaksi dengan teknologi. Ini berarti digitalisasi punya dampak negatif pada kesehatan mental kita. Apa saja dampak negatifnya?Brittany Harker Martin, Associate Professor, Leadership, Policy & Governance, University of CalgaryLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2035002023-04-14T02:10:35Z2023-04-14T02:10:35ZApa aturan yang tepat untuk teknologi AI? Ini jawaban para ahli<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/519979/original/file-20230408-26-wt7jli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pengaturan AI</span> </figcaption></figure><p>Minggu lalu, para pionir dan pakar kecerdasan buatan mendesak laboratorium-laboratorium besar AI untuk segera menghentikan sementara pelatihan sistem AI yang lebih kuat dari GPT-4 setidaknya selama enam bulan. </p>
<p>Sebuah <a href="https://futureoflife.org/open-letter/pause-giant-ai-experiments/">surat terbuka</a> oleh <a href="https://www.theguardian.com/technology/commentisfree/2022/dec/04/longtermism-rich-effective-altruism-tech-dangerous">Future of Life Institute</a>memperingatkan bahwa sistem AI dengan “kecerdasan yang dapat menyaingi manusia” dapat menjadi ancaman besar bagi umat manusia. Di antara risikonya adalah kemungkinan AI mengakali manusia, membuat kita menjadi usang, dan <a href="https://time.com/6266923/ai-eliezer-yudkowsky-open-letter-not-enough/">mengambil alih peradaban</a>.</p>
<p>Surat tersebut menekankan perlunya mengembangkan seperangkat protokol yang komprehensif untuk mengatur pengembangan dan penyebaran AI. Surat itu menyatakan:</p>
<blockquote>
<p>Protokol-protokol ini harus memastikan bahwa sistem yang mematuhinya aman tanpa keraguan. Ini tidak berarti jeda pada pengembangan AI secara umum, hanya sebuah langkah mundur dari perlombaan yang berbahaya ke model kotak hitam yang lebih besar dan tidak dapat diprediksi dengan kemampuan yang muncul.</p>
</blockquote>
<p>Biasanya, pertarungan regulasi telah mengadu domba pemerintah dan perusahaan teknologi besar satu sama lain. Namun, surat terbuka baru-baru ini - sejauh ini ditandatangani oleh lebih dari 5.000 penandatangan, termasuk CEO Twitter dan Tesla Elon Musk, salah satu pendiri Apple Steve Wozniak, dan ilmuwan OpenAI Yonas Kassa - tampaknya menunjukkan bahwa semakin banyak pihak yang akhirnya bersatu di satu sisi. </p>
<p>Mungkinkah kita benar-benar menerapkan kerangka kerja global yang efektif dan efisien untuk regulasi AI? Dan jika ya, seperti apa wujudnya?</p>
<h2>Regulasi apa yang sudah ada?</h2>
<p>Di Australia, pemerintah telah mendirikan <a href="https://www.csiro.au/en/work-with-us/industries/technology/national-ai-centre">pusat AI nasional</a> untuk membantu mengembangkan <a href="https://www.industry.gov.au/science-technology-and-innovation/technology/artificial-intelligence">ekosistem digital AI</a>. Di bawah payung ini terdapat <em><a href="https://www.csiro.au/en/work-with-us/industries/technology/National-AI-Centre/Responsible-AI-Network">Responsible AI Network</a></em>, yang bertujuan untuk mendorong praktik yang bertanggung jawab dan memberikan kepemimpinan dalam hal hukum dan standar. </p>
<p>Namun, saat ini belum ada peraturan khusus tentang AI dan pengambilan keputusan algoritmik. Pemerintah telah mengambil pendekatan ringan yang secara luas mencakup konsep AI yang bertanggung jawab, tetapi belum menetapkan parameter yang akan memastikan hal tersebut tercapai.</p>
<p>Demikian pula, Amerika Serikat telah mengadopsi <a href="https://dataconomy.com/2022/10/artificial-intelligence-laws-and-regulations/">strategi yang praktikal</a>. Anggota parlemen belum menunjukkan <a href="https://www.nytimes.com/2023/03/03/business/dealbook/lawmakers-ai-regulations.html">urgensi</a> dalam upaya untuk mengatur AI, dan mengandalkan undang-undang yang ada untuk mengatur penggunaannya. <a href="https://www.uschamber.com/assets/documents/CTEC_AICommission2023_Exec-Summary.pdf">Kamar Dagang AS</a> baru-baru ini menyerukan regulasi AI, untuk memastikan bahwa hal itu tidak mengganggu pertumbuhan atau menjadi risiko keamanan nasional, tetapi belum ada tindakan yang diambil.</p>
<p>Yang memimpin dalam regulasi AI adalah Uni Eropa, yang berlomba untuk membuat <a href="https://artificialintelligenceact.eu/">Undang-Undang Kecerdasan Buatan</a>. Undang-undang yang diusulkan ini akan menetapkan tiga kategori risiko yang berkaitan dengan AI:</p>
<ul>
<li>aplikasi dan sistem yang menciptakan “risiko yang tidak dapat diterima” akan dilarang, seperti penilaian sosial yang dikelola pemerintah yang digunakan di Cina</li>
<li>aplikasi yang dianggap “berisiko tinggi”, seperti alat pemindaian CV yang memberi peringkat pada pelamar kerja, akan tunduk pada persyaratan hukum tertentu, dan</li>
<li>semua aplikasi lainnya sebagian besar tidak akan diatur.<br></li>
</ul>
<p>Meskipun beberapa kelompok berpendapat bahwa pendekatan Uni Eropa akan <a href="https://carnegieendowment.org/2023/02/14/lessons-from-world-s-two-experiments-in-ai-governance-pub-89035">menghambat inovasi</a>, pendekatan ini merupakan salah satu yang harus dipantau secara ketat oleh Australia, karena menyeimbangkan antara menawarkan prediktabilitas dengan mengimbangi perkembangan AI. </p>
<p>Pendekatan Cina terhadap AI berfokus pada penargetan aplikasi algoritme tertentu dan menulis peraturan yang membahas penerapannya dalam konteks tertentu, seperti algoritme yang menghasilkan informasi berbahaya, misalnya. Meskipun pendekatan ini menawarkan kekhususan, pendekatan ini berisiko memiliki aturan yang akan ketinggalan dari <a href="https://carnegieendowment.org/2023/02/14/lessons-from-world-s-two-experiments-in-ai-governance-pub-89035">perkembangan teknologi yang ada</a>.</p>
<h2>Pro dan kontra Regulasi AI</h2>
<p>Ada beberapa argumen yang mendukung dan menentang untuk memberikan kontrol pada perkembangan AI.</p>
<p>Di satu sisi, AI dipuji karena mampu menghasilkan semua bentuk konten, menangani tugas-tugas biasa, dan mendeteksi kanker. Di sisi lain, AI dapat menipu, melanggengkan bias, menjiplak, dan - tentu saja - membuat beberapa ahli khawatir akan masa depan umat manusia. Bahkan Direktur Teknologi OpenAI, <a href="https://time.com/6252404/mira-murati-chatgpt-openai-interview/">Mira Murati</a> , telah menyarankan agar ada gerakan untuk mengatur AI. </p>
<p>Beberapa ahli berpendapat bahwa regulasi yang berlebihan dapat menghambat potensi penuh AI dan mengganggu “<a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0267364916300814?casa_token=f7xPY8ocOt4AAAAA:V6gTZa4OSBsJ-DOL-5gSSwV-KKATNIxWTg7YZUenSoHY8JrZILH2ei6GdFX017upMIvspIDcAuND">penghancuran kreatif</a>”] - sebuah teori yang menyatakan bahwa norma-norma dan praktik-praktik yang sudah berlangsung lama harus disingkirkan agar inovasi dapat berkembang.</p>
<p>Demikian juga, selama bertahun-tahun <a href="https://www.businessroundtable.org/policy-perspectives/technology/ai">kelompok bisnis</a> telah mendorong regulasi yang fleksibel dan terbatas pada aplikasi yang ditargetkan, sehingga tidak menghambat persaingan.<a href="https://www.bitkom.org/sites/main/files/2020-06/03_bitkom_position-on-whitepaper-on-ai_all.pdf">Asosiasi industri</a> telah menyerukan “panduan” etis daripada regulasi - dengan alasan bahwa pengembangan AI terlalu cepat dan terbuka agar dapat diatur secara memadai. </p>
<p>Namun, masyarakat tampaknya mengadvokasi lebih banyak pengawasan. Menurut laporan dari Bristows dan KPMG, sekitar dua pertiga masyarakat <a href="https://www.abc.net.au/news/2023-03-29/australians-say-not-enough-done-to-regulate-ai/102158318">Australia</a> dan <a href="https://www.bristows.com/app/uploads/2019/06/Artificial-Intelligence-Public-Perception-Attitude-and-Trust.pdf">Inggris</a> percaya bahwa industri AI harus diregulasi dan dimintai pertanggungjawaban.</p>
<h2>Apa selanjutnya?</h2>
<p>Jeda selama enam bulan dalam pengembangan sistem AI yang canggih dapat memberikan kelonggaran dari perlombaan senjata AI yang tampaknya tidak akan berhenti. Namun, hingga saat ini belum ada upaya global yang efektif untuk mengatur AI secara signifikan. Upaya-upaya di seluruh dunia telah terpecah-pecah, tertunda, dan secara keseluruhan lemah.</p>
<p>Moratorium global akan sulit untuk ditegakkan, tetapi bukan tidak mungkin. Surat terbuka ini menimbulkan pertanyaan seputar peran pemerintah, yang sebagian besar diam terkait potensi bahaya dari teknologi AI yang sangat canggih. </p>
<p>Jika ada yang ingin diubah, pemerintah dan badan pengatur nasional serta supra-nasional perlu memimpin dalam memastikan akuntabilitas dan keamanan. Seperti yang dikatakan dalam surat tersebut, keputusan mengenai AI di tingkat masyarakat tidak boleh berada di tangan “pemimpin teknologi yang tidak terpilih”.</p>
<p>Oleh karena itu, pemerintah harus melibatkan industri untuk bersama-sama mengembangkan kerangka kerja global yang menjabarkan aturan komprehensif yang mengatur pengembangan AI. Ini adalah cara terbaik untuk melindungi masyarakat global dari dampak yang berbahaya dan menghindari perlombaan menuju ke bawah. Hal ini juga menghindari situasi yang tidak diinginkan di mana pemerintah dan raksasa teknologi berjuang untuk mendominasi masa depan AI. </p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203500/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stan Karanasios adalah anggota dari Association for Information Systems. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Olga Kokshagina anggota dari French Digital Council (Conseil national du numérique)</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Pauline C. Reinecke menerima dana dari the Horizon 2020 Program of the European Union yang berada di bawah OpenInnoTrain project . </span></em></p>Pemerintah di seluruh dunia sejauh ini telah mengambil pendekatan yang ringan. Hal ini tidak cukup jika kita ingin mengatasi berbagai potensi bahaya AI.Stan Karanasios, Associate professor, The University of QueenslandOlga Kokshagina, Associate Professor - Innovation & Entrepreneurship, EDHEC Business SchoolPauline C. Reinecke, Assistant researcher, University of HamburgLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2010332023-03-03T10:14:13Z2023-03-03T10:14:13ZKenapa banyak anak muda Gen Z kian menggemari kamera digital lawas?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/513348/original/file-20230303-26-c9oqxc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Seorang pelajar memegang kamera digital 'point-and-shoot'. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Student_on_school_bus_holding_camera.jpg">(Jason Zhang/Wikimedia Commons)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Teknologi kamera dan fotografi semakin canggih, dengan resolusi yang semakin jernih, performa yang bagus ketika cahaya redup, serta fitur-fitur berguna seperti kemampuan fokus pintar hingga pengurangan guncangan. Hal-hal ini pun hadir <a href="https://www.tomsguide.com/us/best-phone-cameras,review-2272.html">dalam <em>smartphone</em> yang kita genggam</a>.</p>
<p>Meski demikian, banyak anak muda Generasi Z (kelahiran sekitar 1997 sampai 2012) di seluruh dunia kini <a href="https://www.nytimes.com/2023/01/07/technology/digital-cameras-olympus-canon.html">justru menggemari kamera digital <em>point-and-shoot</em> khas awal dekade 2000-an</a>, ketika banyak dari mereka bahkan belum lahir. </p>
<p>Hal ini tak hanya menandakan bangkitnya minat untuk kamera-kamera lawas, tapi juga industri kamera digital secara keseluruhan. Pendapatan dari industri ini mencapai puncaknya pada 2010 sebelum mengalami penurunan tahunan hingga 2021. Pada 2022, industri kamera digital kembali mencatat pertumbuhan, dan diperkirakan akan <a href="https://www.statista.com/outlook/cmo/consumer-electronics/tv-radio-multimedia/digital-cameras/worldwide">terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan</a>.</p>
<p>Tapi mengapa ini terjadi?</p>
<p><a href="https://www.lifewire.com/why-digital-cameras-are-cool-again-and-how-to-make-the-most-of-them-7099549">Salah satu penjelasannya</a> adalah karena nostalgia. Memang, nostalgia bisa saja menjadi strategi koping yang ampuh pada masa-masa penuh perubahan dan pergolakan. Pandemi COVID-19, misalnya, adalah salah satu periode yang penuh ketidakpastian dalam beberapa dekade terakhir.</p>
<p>Tapi, riset yang saya lakukan terkait <a href="https://books.emeraldinsight.com/page/detail/information-experience-in-theory-and-design/?k=9781839093692">pengalaman manusia dengan teknologi</a>, yang juga <a href="https://doi.org/10.3390/info10100297">termasuk fotografi</a>, mengindikasikan adanya penjelasan yang lebih mendalam: manusia selalu berupaya mencari makna (<em>meaning</em>) dalam hidup.</p>
<p>Gen Z bukannya merindukan masa kecil, tapi bisa jadi mereka hanya sedang mencari dan mengekspresikan nilai-nilai mereka melalui teknologi yang mereka pilih. Ada berbagai pelajaran yang bisa kita ambil dari hal ini.</p>
<h2>Kebutuhan manusia akan makna hidup</h2>
<p>Manusia punya banyak kebutuhan – pangan, tempat tinggal, hubungan seksual, dan seterusnya. Namun, manusia juga <a href="https://academic.oup.com/book/6301">merasakan urgensi untuk mencari makna dalam hidup</a>.</p>
<p>Makna hidup <a href="https://blogs.scientificamerican.com/beautiful-minds/the-differences-between-happiness-and-meaning-in-life/">berbeda dengan kebahagiaan</a>. Meski keduanya <a href="https://doi.org/10.1080/17439760802303044">sering berkaitan</a>, makna tak selalu melibatkan rasa senang yang khas dalam kebahagiaan. Pencarian makna bisa saja melibatkan perjuangan, penderitaan, atau bahkan pengorbanan. Jika kebahagiaan cenderung bersifat sesaat, makna <a href="https://doi.org/10.1145/2858036.2858225">cenderung tahan lama</a>.</p>
<p>Apa pengaruh makna bagi kehidupan manusia?</p>
<p>Pada esensinya, makna ialah tentang upaya pencarian nilai-nilai seorang individu, dan membuat berbagai keputusan untuk mengembangkan diri sebagai manusia. Makna membuat orang bisa menjelajahi berbagai aspek kepribadian mereka – atau istilah <a href="https://theconversation.com/guide-to-the-classics-walt-whitmans-leaves-of-grass-and-the-complex-life-of-the-poet-of-america-116055">penyair ternama Walt Whitman</a>, “<em>multitudes</em>” (variasi atau keberagaman) dalam diri seseorang.</p>
<p>Dengan kata lain, makna ialah tentang merangkai narasi personal berdasarkan fakta-fakta kehidupan. Makna juga merupakan suatu kebutuhan, bukan sekadar keinginan. Makna adalah <a href="https://global.oup.com/academic/product/finding-meaning-in-an-imperfect-world-9780190657666?cc=us&lang=en&">hal yang membuat hidup terasa berharga</a> dan layak dijalani.</p>
<h2>Mencari makna dengan teknologi</h2>
<p>Kenapa orang mengadopsi suatu teknologi tertentu, dan bukan yang lainnya? Para ahli merujuk pada konsep yang dinamakan <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/technology-acceptance-model">model penerimaan teknologi</a>, yang menjabarkan bahwa setiap orang mempertimbangkan dua aspek besar ketika memilih teknologi: persepsi terkait manfaatnya dan persepsi terkait kemudahan penggunaannya.</p>
<p>Tapi, tentu ada beberapa pertimbangan lainnya, terutama yang berkaitan dengan teknologi personal. Orang-orang memilih beberapa teknologi karena <a href="https://aisel.aisnet.org/jais/vol15/iss2/1/">kontribusi teknologi tersebut terhadap makna hidup</a>. Pencarian makna ini lebih jauh dari sekadar pemilihan teknologi tertentu, hingga cara seseorang menggunakan dan mengalaminya. Misalnya, banyak orang <a href="https://doi.org/10.1037/qup0000232">memakai media sosial dalam mengkonstruksi jati diri mereka</a>.</p>
<p>Dalam riset saya, saya mengidentifikasi <a href="https://doi.org/10.1002/asi.24142">empat tema yang muncul</a> dalam pengalaman bermakna orang dengan teknologi:</p>
<ol>
<li><p><strong>Keberadaan (<em>presence</em>)</strong>: Orang-orang memilih format dan teknologi yang akan membantu mereka lebih “<em>present</em>” (ada dan sepenuhnya fokus) serta perhatian dalam pengalaman tersebut.</p></li>
<li><p><strong>Gaya sentripetal</strong>: Hubungan seseorang dengan teknologi dimulai dengan praktik sederhana tapi kemudian perlahan berkembang menjadi hal besar dalam hidup mereka. Misalnya, seiring praktik fotografi seseorang menjadi lebih bermakna, bisa jadi mereka kemudian berujung mencetak banyak foto, mengkurasi koleksi mereka dan belanja lebih banyak peralatan fotografi.</p></li>
<li><p><strong>Rasa ingin tahu</strong>: Perasaan kagum dan ketertarikan juga memandu pengalaman ini.</p></li>
<li><p><strong>Konstruksi diri</strong>: Pengalaman bermakna dengan teknologi berkontribusi terhadap persepsi jati diri seseorang.</p></li>
</ol>
<p>Dalam <a href="https://doi.org/10.1177/0165551516670099">riset saya tentang pelari jarak jauh</a>, yang lari bahkan lebih jauh dari maraton, saya menyaksikan seluruh aspek ini muncul. Pelari memilih (atau sebaliknya menghindari) produk sepatu, jam tangan dengan GPS, sensor dan perangkat lunak tertentu dalam rangka menjadi lebih <em>present</em> dengan tubuh mereka.</p>
<p>Ini bisa menjadikan pengalaman lari menjadi lebih bermakna, beserta berbagai aktivitas lainnya seperti <a href="https://doi.org/10.1108/AJIM-03-2017-0071">menuliskan jurnal lari</a>, menyimpan catatan latihan, hingga berbagi foto. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Runner wearing orange pinnie checks watch." src="https://images.theconversation.com/files/512084/original/file-20230223-5838-ucxxfs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512084/original/file-20230223-5838-ucxxfs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512084/original/file-20230223-5838-ucxxfs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512084/original/file-20230223-5838-ucxxfs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512084/original/file-20230223-5838-ucxxfs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512084/original/file-20230223-5838-ucxxfs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512084/original/file-20230223-5838-ucxxfs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pelari maraton Youssef Sbaai mengecek jam tangannya setelah memenangkan Maraton Sofia pada Oktober 2020.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/youssef-sbaai-of-morocco-seen-checking-his-watch-after-news-photo/1229021181?phrase=runner%20checking%20watch&adppopup=true">Artur Widak/NurPhoto via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Seiring waktu, lari menjadi bagian sentral dari identitas seseorang – bahwa mereka telah menjadi “seorang pelari”. Pada akhirnya, bagi mereka, lari jarak jauh tak melulu menyenangkan, tapi tentu <a href="https://doi.org/10.1080/00948705.2016.1206826">tetap bermakna</a>.</p>
<p>Sehingga teknologi, entah yang berkaitan dengan lari ataupun aktivitas lain, menjadi cara kunci bagi seseorang menarik nilai-nilai mereka dan membuat keputusan yang mendukung dan mewakili nilai-nilai tersebut.</p>
<h2>Makna dari kamera digital lawas</h2>
<p>Dalam konteks ini, memakai kamera digital lawas langsung meningkatkan makna dari pengalaman mengambil foto. Makna itu tentang menjalani suatu pilihan. Apalagi pada zaman sekarang, kebanyakan orang bahkan tak punya kamera tersendiri – mereka hanya punya <em>smartphone</em>.</p>
<p>Kamera digital juga membantu seseorang menjadi lebih fokus (<em>present</em>) dengan situasi mereka: kita jadi perlu terus ingat untuk membawa-bawa kamera tersebut kemana-mana, dan sebaliknya tak akan mengeluarkan notifikasi atau menunjukkan aplikasi lain selama kita memotret.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="A sleek and minimalist point-and-shoot digital camera from 2008." src="https://images.theconversation.com/files/508397/original/file-20230206-15-tnvv3.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/508397/original/file-20230206-15-tnvv3.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=519&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/508397/original/file-20230206-15-tnvv3.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=519&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/508397/original/file-20230206-15-tnvv3.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=519&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/508397/original/file-20230206-15-tnvv3.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=652&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/508397/original/file-20230206-15-tnvv3.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=652&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/508397/original/file-20230206-15-tnvv3.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=652&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Nikon Coolpix S520 tahun 2008, salah satu contoh kamera digital yang kembali populer akhir-akhir ini.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Simon Speed/Wikimedia Commons</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini pun berlaku bagi kamera lainnya yang bukan <em>smartphone</em>. Tapi, kamera lawas, khususnya, punya sejumlah karakter yang membantu penggunanya membangun makna.</p>
<p>Pertama, kualitas gambarnya lebih buruk. Di media sosial, foto hasil kamera lawas yang diunggah bukanlah tentang kejernihan dan kualitas, melainkan lebih tentang berbagi pengalaman dan menceritakan kisah tertentu. Teoretikus media sosial Nathan Jurgenson menulis dalam bukunya <a href="https://www.versobooks.com/books/2947-the-social-photo"><em>The Social Photo</em> (2019)</a>, “Sebagai medium, fotografi sosial menjadi cara penting untuk mengalami sesuatu yang tak bisa diwakili sebagai gambar, melainkan sebagai proses sosial: suatu apresiasi atas kefanaan itu sendiri.”</p>
<p>Saat orang-orang memilih foto mana yang dibagikan dan bagaimana mengeditnya, mereka mengekspresikan nilai-nilai mereka dan mengembangkan jati diri (<em>sense of self</em>) mereka. Filter foto <em>smartphone</em> bisa jadi cara untuk mengekspresikan sebagian hal ini, tapi kamera digital lawas menghasilkan berbagai macam efek visual tanpa <a href="https://store.google.com/intl/en/ideas/articles/what-is-an-ai-camera/">fitur-fitur terotomasi</a> yang memang dirancang membuat gambar menjadi lebih profesional.</p>
<p>Kamera lawas juga punya beberapa tantangan dalam mengunggah foto-fotonya ke media sosial. Prosesnya perlu kabel, perangkat lunak, dan langkah-langkah tambahan untuk melakukan transfer foto. Proses ini jauh lebih repot dari sekadar <a href="https://theconversation.com/chatgpt-dall-e-2-and-the-collapse-of-the-creative-process-196461">menghasilkan gambar melalui kecerdasan buatan (AI)</a> hanya dengan satu klik. Ini berarti bahwa fotografi melibatkan lebih banyak aktivitas ketimbang hanya memotret. Fotografi menjadi bagian yang lebih besar dalam hidup seseorang.</p>
<p>Langkah-langkah tambahan ini meningkatkan keterlibatan seseorang dalam suatu proses, dan memerlukan berbagai pengambilan keputusan seiring jalan. Inilah pemikiran di balik “<a href="https://doi.org/10.1145/2556288.2557178">gerakan teknologi lamban</a>”, yang bertujuan merancang teknologi untuk tujuan seperti refleksi diri, ketimbang efisiensi atau produktivitas. Riset terkait desain yang bermakna menunjukkan bahwa <a href="https://doi.org/10.1145/3064857.3079126">orang-orang membentuk keterikatan yang lebih kuat dengan produk</a> ketika mereka harus membuat lebih banyak pilihan atau harus lebih terlibat.</p>
<p>Pada konteks pencarian makna dalam fotografi model lawas – baik kamera digital atau kamera film – proses yang lebih lama untuk menghasilkan dan membagikan gambar lebih penting dari kecepatan, efisiensi, dan kejernihan gambar dari kamera <em>smartphone</em>.</p>
<h2>Merangkai hidup yang lebih bermakna</h2>
<p>Makna yang tersembunyi dalam kamera digital lawas menunjukkan berbagai pelajaran menarik.</p>
<p>Dalam beberapa tahun belakangan, para pengkritik <a href="https://www.tabletmag.com/sections/news/articles/everything-is-broken">mengeluhkan runtuhnya institusi sosial</a> dan transformasi platform digital menjadi tempat yang hanya berperan sebagai <a href="https://www.wired.com/story/tiktok-platforms-cory-doctorow/">ladang penjualan iklan dan pengumpulan data dari pengguna</a>. Ketika pandemi, hidup kita terancam bermigrasi ke dunia digital beserta berbagai <a href="https://theconversation.com/what-is-the-metaverse-and-what-can-we-do-there-179200">animo tentang prospek dari “metaverse”</a>.</p>
<p>Saya percaya bahwa kunci untuk hidup sejahtera pada masa depan adalah mengidentifikasi titik-titik di mana kita bisa membuat keputusan, sehingga kita tidak perlu merasa seolah kita hanya mengapung dalam arus algoritma dan kuasa perusahaan teknologi besar.</p>
<p>Bisa saja kita memulai grup seperti “<a href="https://www.nytimes.com/2022/12/15/style/teens-social-media.html">Luddite Club</a>” – grup buatan beberapa remaja di New York, AS yang mempromosikan gaya hidup bebas dari media sosial dan teknologi – dan bermain permainan papan (<em>board games</em>) di taman pada akhir pekan. Bisa juga kita memilih membaca buku fisik ketimbang mendengarkan podcast, terutama karena kita tak bisa melakukan hal lain saat membacanya.</p>
<p>Di permukaan, secara sengaja menolak bentuk teknologi terkini dan tercanggih tampak seperti masalah atau keanehan – orang-orang bilang “Kamu akan ketinggalan banyak hal!”</p>
<p>Namun, di sisi lain, hidup dengan lebih pelan dan berinteraksi dengan teknologi yang lamban membangun ruang pembuatan berbagai keputusan yang lebih mendalam dan merefleksikan nilai-nilai kita – sehingga menciptakan keterlibatan yang lebih bermakna dalam hidup.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201033/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tim Gorichanaz tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kamera smartphone lebih canggih dari kamera digital lawas. Namun, mencuatnya ketertaikan akan kamera awal tahun 2000-an menandakan hal yang lebih besar: upaya manusia untuk senantiasa mencari makna.Tim Gorichanaz, Assistant Teaching Professor of Information Studies, Drexel UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1988282023-02-03T02:36:40Z2023-02-03T02:36:40ZGerakan mata dapat membantu kita mengetahui cara membaca pikiran orang<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/507064/original/file-20230130-24-1n930q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mata Anda dapat mengungkapkan lebih banyak hal dari yang Anda pikirkan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-face-african-descent-closing-opening-1830481211">True Touch Lifestyle/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Dari sebagian besar sejarah manusia, jika ingin mengetahui apa yang terjadi di belakang kita, kita harus menebaknya. Akan tetapi, sejak tahun 1960-an, para ilmuwan telah mempelajari bagaimana gerakan mata dapat membantu membaca pikiran seseorang. Kemampuan untuk menguping lamunan dan monolog internal seseorang secara detail masih menjadi fiksi ilmiah, tetapi penelitian membantu kita mempelajari lebih lanjut tentang hubungan antara mata dan kondisi mental kita.</p>
<p>Baru-baru ini, penelitian di Jerman menunjukkan bahwa <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0277099">pelacakan gerakan mata</a> dapat membantu mendeteksi posisi seseorang dalam proses berpikirnya.</p>
<p>Penelitian semacam ini bukan sekadar keingintahuan umum. Bayangkan jika kamu adalah seorang pilot yang sedang mencoba manuver rumit yang membutuhkan konsentrasi penuh. Sementara itu, kamu melewatkan alarm berkedip yang membutuhkan perhatian. Teknologi hanya akan berguna jika selaras dengan cara manusia berpikir dan berperilaku di dunia nyata.</p>
<p>Kemampuan untuk melacak proses berpikir dapat menghindari kondisi yang mengancam jiwa antara manusia dan komputer. Jika penelitian psikologi tentang pelacakan mata digabungnkan dengan AI (kecerdasan buatan), hasilnya dapat merevolusi antarmuka komputer (<em>computer interface</em>) dan memberi manfaat bagi orang-orang dengan disabilitas belajar.</p>
<p>Pelacakan gerakan mata dimulai pada tahun 1960-an ketika versi pertama teknologi dikembangkan oleh ilmuwan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1068/i0382">Alfred Yarbus</a> yang meneliti isu ini pertama kali. Saat itu, penutup hisap yang tidak nyaman dipasang di mata peserta dan pantulan cahaya menelusuri titik fokus mereka.</p>
<p>Yarbus menemukan bahwa manusia terus-menerus mengalihkan pandangannya untuk berfokus pada berbagai bagian pemandangan di depan. Dengan setiap gerakan mata, bagian pemandangan yang berbeda menjadi fokus tajam, dan bagian lain di ujung pandangan menjadi buram. Kita tidak dapat menerimanya sekaligus.</p>
<p>Sampel pemandangan tidak diambil secara acak. Dalam <a href="https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1068/i0382">studi Yarbus yang terkenal pada tahun 1967</a>, dia meminta orang-orang untuk melihat sebuah lukisan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seorang pelayan menunjukkan seorang laki-laki ke arah ruang tamu di mana seorang perempuan yang lebih tua bangkit dari kursinya dan anak-anak duduk di sekitar meja" src="https://images.theconversation.com/files/503998/original/file-20230111-14-krrmlx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/503998/original/file-20230111-14-krrmlx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=576&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/503998/original/file-20230111-14-krrmlx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=576&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/503998/original/file-20230111-14-krrmlx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=576&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/503998/original/file-20230111-14-krrmlx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=724&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/503998/original/file-20230111-14-krrmlx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=724&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/503998/original/file-20230111-14-krrmlx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=724&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lukisan ini, <em>They Did Not Expect Him</em>, digunakan dalam studi Yabus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/File:Ilya_Repin_Unexpected_visitors.jpg">Ilya Repin/Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dia kemudian bertanya kepada peserta “Seberapa kaya orang-orang itu” dan “Apa hubungan antara mereka?” Pola gerakan mata yang berbeda muncul sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.</p>
<h2>Membuat kemajuan</h2>
<p>Sejak itu, kamera inframerah dan program komputer membuat pelacakan mata lebih mudah. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah menunjukkan bahwa pelacakan mata dapat mengungkapkan pada tahap apa seseorang berpikir. Dalam eksperimen psikologi kognitif, orang-orang sering diminta untuk menemukan objek dalam buku <em>Where’s Wally</em>.</p>
<p>Niat yang dimiliki seseorang <a href="https://www.annualreviews.org/doi/full/10.1146/annurev-vision-091718-015048#_i2">mempengaruhi cara matanya bergerak</a>. Misalnya, jika dia sedang mencari benda berwarna merah, matanya pertama-tama akan berpindah ke semua benda berwarna merah di tempat kejadian. Artinya, gerakan mata seseorang mengungkap isi memori jangka pendeknya.</p>
<p><a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0277099">Studi tahun 2022 di Jerman</a> mengungkapkan bahwa pelacakan mata dapat membedakan antara dua fase berpikir. Mode ambien melibatkan pengambilan informasi, sementara pemrosesan fokus terjadi pada tahap akhir pemecahan masalah.</p>
<p>Dalam mode ambien, mata bergerak cepat dalam jarak jauh untuk melihat impresi samar dari target yang menarik. Ini digunakan untuk orientasi spasial. Kemudian, kita fokus pada informasi untuk jangka waktu yang lebih lama saat memprosesnya lebih dalam.</p>
<p>Sebelumnya, perubahan-perubahan dalam <a href="https://psycnet.apa.org/record/1975-00202-001">pola pandangan telah dipelajari</a> dalam konteks perubahan stimulus visual. Namun, studi di Jerman tersebut adalah salah satu studi pertama yang menemukan bahwa mata kita berubah di antara pola gerakan ini sebagai respons terhadap proses berpikir.</p>
<p>Subyek uji diminta untuk merakit sebuah kubus Rubik sesuai dengan modelnya. Stimulus visual tidak berubah, tetapi gerakan mata peserta menunjukkan bahwa mereka berada dalam mode ambien saat informasi diambil. Pola gerakan mata peserta berubah saat mereka beralih ke bagian tugas yang berbeda, seperti memilih potongan puzzle.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Mata manusia berwarna cokelat dilihat dari dekat" src="https://images.theconversation.com/files/503674/original/file-20230109-17100-csu9q6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/503674/original/file-20230109-17100-csu9q6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/503674/original/file-20230109-17100-csu9q6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/503674/original/file-20230109-17100-csu9q6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/503674/original/file-20230109-17100-csu9q6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/503674/original/file-20230109-17100-csu9q6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/503674/original/file-20230109-17100-csu9q6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Setidaknya saat ini relawan penelitian tidak perlu memakai penutup hisap di mata mereka.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/beautiful-close-human-eye-macro-photography-1962443701">Ingaav/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Melihat ke depan</h2>
<p>Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi yang dimaksudkan untuk bekerja sama dengan operator manusia dapat menggunakan pelacakan mata untuk melacak proses pemikiran penggunanya. <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-97457-2_6">Dalam pekerjaan terbaru saya bersama tim</a>, kami merancang sistem yang menghadirkan banyak tampilan berbeda secara paralel di layar komputer.</p>
<p>Dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan panah dan sorotan di layar, program kami melacak gerakan mata orang-orang untuk mengidentifikasi informasi yang dilihat peserta dan memandu mereka ke arah yang seharusnya mereka lihat. Penerapan metode kecerdasan buatan ke data pelacakan mata juga dapat membantu mengetahui jika <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0926580519304066?casa_token=p82hyjHRnq4AAAAA:RvUcD3YZENd24OvfNX-zCthoEC29YBfUHAm3rC3MXJjVb5we5cvg2wLl5k0rcx3fnhaN-Pf7INo">seseorang merasa lelah</a> atau memiliki gangguan belajar seperti <a href="https://dl.acm.org/doi/abs/10.1145/2745555.2746644?casa_token=WH5IKy4NN90AAAAA:xy9gyO78VmFvwvSIAC8mpOfC69S00wfUB6gmIW0bDv8V1tPFSgaUFrIjhnJe6bDuLMw9Qlqw">disleksia</a>. </p>
<p>Gerakan mata juga dapat menjadi petunjuk tentang keadaan emosi seseorang. Sebagai contoh, <a href="https://psycnet.apa.org/record/2005-15801-006">satu studi menemukan</a> bahwa suasana hati yang sedang tidak baik membuat orang lebih sering mengalihkan mata untuk melihat kata-kata negatif seperti “kegagalan.” Sebuah penelitian yang menganalisis <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0272735812001390?casa_token=fnsj6OAfeEQAAAAA:yBAG1ZxQYMPjiJXFxc6NKjT2PmFc0ksOgFBMkEAvg4d1KsRXwUA7yMg3WgV38-P_Sg4Hlg_2L0Q">hasil dari banyak percobaan</a> menemukan bahwa orang-orang yang mengalami depresi menghindari melihat rangsangan positif (seperti wajah bahagia) dan mereka yang memiliki kecemasan terpaku pada tanda-tanda ancaman.</p>
<p>Melacak gerakan mata juga dapat membantu orang-orang belajar dengan memantau di mana mereka terjebak dalam suatu tugas. <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-98438-0_17">Satu studi</a>, yang melibatkan ahli jantung yang belajar untuk membaca elektrokardiogram, menggunakan AI berdasarkan gerakan mata mereka untuk memutuskan apakah mereka memerlukan panduan lebih lanjut.</p>
<p>Di masa depan, kecerdasan buatan mungkin dapat menggabungkan pelacakan mata dengan ukuran lain, seperti detak jantung atau perubahan aktivitas otak, untuk mendapatkan estimasi yang lebih akurat tentang pemikiran seseorang saat memecahkan masalah. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah kita ingin komputer mengetahui apa yang kita pikirkan?</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198828/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Szonya Durant bekerja di Royal Holloway, University of London dan menjadi konsultan untuk Paravizion Ltd. Ia menerima dana dari EPSRC dan US Air Force Office of Scientific Research.</span></em></p>Studi gerakan mata dapat melacak keberadaan seseorang dalam proses berpikirnya.Szonya Durant, Senior Lecturer of Psychology, Royal Holloway University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1979062023-01-24T05:59:09Z2023-01-24T05:59:09ZRiset: Gaya bersosial media ternyata berkaitan dengan kesejahteraan Anda<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/506021/original/file-20230124-15-8uh2yx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C0%2C4453%2C3236&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Platform media sosial.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/media-social-media-apps-998990/">Pixabay</a></span></figcaption></figure><p>Apakah Anda seorang <a href="https://theconversation.com/five-ways-to-manage-your-doomscrolling-habit-183265"><em>doom scroller</em></a> (menelusuri sosial media secara berlebih) atau termasuk yang sering nge-Tweet? Apakah Anda cenderung menghabiskan waktu mengamati postingan orang lain tanpa henti di media sosial, atau menggunakan platform untuk membagikan konten Anda sendiri? </p>
<p>Para psikolog percaya bahwa gaya penggunaan media sosial individu memiliki efek penting pada kesejahteraan psikologis masing-masing, walaupun sampai sekarang masih sulit untuk mengukur perilaku orang di dunia maya secara akurat.</p>
<p>Diperkirakan ada lebih dari <a href="https://www.statista.com/statistics/278414/number-of-worldwide-social-network-users/">4 miliar</a> pengguna media sosial di seluruh dunia, yang kemungkinan akan melonjak drastis menjadi 6 miliar pada 2027. Meskipun banyak orang menganggap media sosial sebagai hal yang baik, karena dapat membantu kita terhubung dengan jejaring sosial yang luas, banyak pula yang berpendapat bahwa mengganti interaksi dunia nyata yang penuh makna dengan interaksi virtual berdampak negatif pada kesehatan mental kita.</p>
<p>Terbaginya anggapan orang tentang media sosial memantik beragam penelitian tentang topik tersebut, yang kemudian mulai menunjukkan bahwa cara orang menggunakan dengan media sosial mungkin lebih penting daripada <a href="https://doi.org/10.1111/sipr.12033">seberapa intens mereka menggunakannya</a>. Untuk menyelidiki berbagai cara penggunaan media sosial, para peneliti menyusun banyak kuesioner untuk menanyakan orang-orang tentang perilaku <em>online</em> mereka.</p>
<p>Meskipun penelitian ini menghasilkan beberapa kemungkinan kategori pengguna media sosial, masih belum jelas apa pengaruh dari perbedaan gaya interaksi ini terhadap <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/14614448211065425">kesejahteraan psikologis</a> kita. Penyebabnya mungkin karena ada masalah mendasar dengan kuesioner yang dirancang untuk menilai perilaku: apa yang kita pikir tentang perilaku kita seringkali sangat berbeda dengan bagaimana <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/14614448211065425">sebenarnya kita bertindak</a>.</p>
<h2>Memperkenalkan alat baru</h2>
<p>Daripada bertanya kepada orang-orang bagaimana mereka menggunakan media sosial, kami mengembangkan sebuah alat untuk mengukur perilaku mereka yang sebenarnya, yakni <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0276765">Social Networking Site Behaviour Task (SNSBT)</a>. Dalam sebuah studi <em>online</em>, kami meminta 526 responden orang dewasa – yang berasal dari beragam negara di seluruh dunia – untuk terlibat dalam percobaan SNSBT.</p>
<p>Pertama-tama, kami memberi tahu bahwa masing-masing dari mereka akan berjejaring dengan 99 “teman” lainnya di sebuah platform media sosial baru, dan mereka akan melihat gambar-gambar yang diunggah oleh anggota lain di jaringan itu. Dalam merespons setiap gambar tersebut, responden dapat melakukan salah satu dari tiga hal.</p>
<p>Mereka dapat menekan tombol “berikutnya” (<em>next</em>) untuk menelusuri gambar, menyukainya (dengan menekan tombol suka/<em>like</em> yang biasanya berbentuk ikon hati), atau membagikannya dengan jaringan lainnya sehingga dapat memicu “teman” lainnya memberi komentar. Setiap responden diberi tahu bahwa tidak semua anggota jaringan itu “berteman” dengan setiap anggota lainnya, jadi bisa saja ada anggota yang melihat gambar yang dibagikan tersebut untuk pertama kalinya.</p>
<p>Setelah menanggapi 120 gambar, yang memakan waktu sekitar 30 menit, para responden mengisi empat kuesioner yang pertanyaannya berfokus tentang pemikiran dan perasaan mereka terhadap kehidupan sosialnya, mulai dari bagaimana rasa kesepian yang mereka rasakan, perasaan terhubung dan menjadi bagian dari jejaring sosial (fisik) sungguhan, dan seberapa besar dukungan emosional yang mereka dapatkan dari berjejaring <em>online</em>.</p>
<h2>Bukan tentang apa yang Anda lakukan, tapi cara Anda melakukannya</h2>
<p>Kami menganalisis perilaku orang menggunakan SNSBT dengan teknik yang memungkinkan kami mengidentifikasi kelompok individu dengan gaya perilaku serupa selama penelitian berlangsung. Identifikasi ini mengungkap adanya tiga kelompok berbeda:</p>
<p>Pengguna pasif menekan “berikutnya” pada 85% gambar yang dibagikan. Mereka menunjukkan preferensi untuk sekadar menelusuri konten yang diunggah oleh anggota lainnya dalam jaringan itu.</p>
<p>Pengguna reaktif juga men-<em>scrolling</em> konten, menekan “berikutnya” pada 59% gambar, tetapi mereka menekan tombol “suka” pada lebih dari sepertiga gambar (pengguna pasif juga melakukannya tapi hanya sebesar 13%).</p>
<p>Pengguna interaktif menekan tombol “suka” selama separuh waktu mereka, namun juga ikut membagikan 20% gambar – dengan frekuensi jauh lebih banyak daripada pengguna pasif (1%) dan pengguna reaktif (5%).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Different styles of social media useage: interactive, reactive, and passive." src="https://images.theconversation.com/files/499863/original/file-20221208-7252-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499863/original/file-20221208-7252-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=340&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499863/original/file-20221208-7252-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=340&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499863/original/file-20221208-7252-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=340&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499863/original/file-20221208-7252-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=427&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499863/original/file-20221208-7252-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=427&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499863/original/file-20221208-7252-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=427&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tiga gaya penggunaan media sosial yang berbeda: Pasif, Reaktif, dan Interaktif.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Image created by the researchers.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kelompok-kelompok individu tersebut juga mengungkapkan perasaan yang berbeda terhadap kehidupan sosial mereka. Pengalaman rasa kesepian mereka cenderung mirip, namun pengguna interaktif mengatakan mereka merasa lebih terhubung dengan jejaring sosial fisik, dan mendapat lebih banyak dukungan emosional dari berjaringan <em>online</em> dibandingkan dengan pengguna pasif. Sementara pengguna reaktif berada di tengah-tengah.</p>
<h2>Apa yang kita dapat?</h2>
<p>Jadi, apa artinya semua ini? Apakah Anda akan merasa kehidupan sosial Anda buruk jika hanya terus <em>scroll down</em> media sosial dan menganggap bahwa Anda akan merasa lebih baik jika mulai “menyukai” unggahan teman-teman Anda dan membagikannya? Mungkin, tapi belum tentu. Meskipun kami dapat mengelompokkan perasaan individu terhadap kehidupan sosial mereka, kami tidak dapat mengatakan bahwa gaya bersosial media mereka yang menyebabkan perbedaan ini karena kami menemukan ada faktor lain yang mungkin berperan.</p>
<p>Misalnya, pengguna interaktif mengatakan bahwa mereka memiliki jejaring sosial <em>online</em> yang lebih besar, dibandingkan pengguna pasif. Masuk akal, bukan? Bagaimana Anda bisa merasa terhubung secara sosial jika Anda tidak memiliki siapa pun untuk terhubung? Juga, meskipun jumlah laki-laki dan perempuan dalam kelompok pasif sama, ada lebih banyak perempuan dalam kelompok reaktif dan lebih banyak laki-laki dalam kelompok interaktif. Tidak jelas mengapa.</p>
<p>Apa yang ditunjukkan studi ini adalah hubungan kita dengan media sosial jauh lebih kompleks daripada yang kita duga. Tidak sesederhana menanyakan apakah waktu yang kita habiskan di media sosial itu baik atau buruk bagi kita, karena jawabannya mungkin tergantung bagaimana kita menggunakannya. SNSBT adalah salah satu alat pertama yang memungkinkan kami dan peneliti lain untuk mengukurnya secara langsung.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/498128/original/file-20221129-22-imtnz0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/498128/original/file-20221129-22-imtnz0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=115&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/498128/original/file-20221129-22-imtnz0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=115&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/498128/original/file-20221129-22-imtnz0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=115&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/498128/original/file-20221129-22-imtnz0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=144&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/498128/original/file-20221129-22-imtnz0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=144&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/498128/original/file-20221129-22-imtnz0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=144&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><br><em>The Conversation mempublikasikan artikel yang ditulis oleh akademisi dari seluruh dunia yang meneliti bagaimana masyarakat dibentuk oleh interaksi digital kita satu sama lain. <a href="https://theconversation.com/uk/topics/social-media-and-society-125586">Baca selengkapnya di sini</a></em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197906/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian eksperimental baru mengungkap gaya berjejaring sosial yang berbeda antara individu, dan ini berkaitan dengan persepsi hubungan sosial yang berbeda.Charlotte Pennington, Lecturer in Psychology, Aston UniversityDaniel Shaw, Lecturer in Psychology, Aston UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1979092023-01-20T09:57:56Z2023-01-20T09:57:56ZKecerdasan buatan telah muncul di mana-mana, tapi masih banyak hal yang tidak dapat dilakukannya – untuk saat ini<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/505529/original/file-20230120-12-2ybqoz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C22%2C3840%2C5731&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/hJ5uMIRNg5k">Mahdis Mousavi/Unsplash</a></span></figcaption></figure><p>Zaman sekarang, kita tidak perlu menunggu lama untuk melihat terobosan berikutnya dalam kecerdasan buatan (<em>artifical intelligence</em>/AI) yang dapat memukau semua orang dengan kemampuan yang mungkin pada zaman dulu hanya ada dalam fiksi ilmiah.</p>
<p>Pada tahun 2022, <a href="https://theconversation.com/text-to-image-ai-powerful-easy-to-use-technology-for-making-art-and-fakes-195517">sistem generatif AI</a> yang mampu mengubah tulisan menjadi gambar yang realistis, seperti DALL-E 2 milik OpenAI, Google Imagen milik Google, dan Stable Diffusion milik StabilityAI, menggemparkan jagad internet. Ini membuat para penggunanya mampu menghasilkan gambar berkualitas tinggi dari deskripsi teks.</p>
<p>Tidak seperti terobosan-terobosan sebelumnya, alat-alat pengubah teks-ke-gambar (<em>text-to-image</em>) ini dengan cepat mampu menemukan jalan ke <a href="https://www.vox.com/recode/2023/1/5/23539055/generative-ai-chatgpt-stable-diffusion-lensa-dall-e">budaya arus utama (<em>mainstream</em>)</a>, menciptakan fenomena viral seperti fitur “<em>Magic Avatar</em>” di aplikasi Lensa AI yang dapat mengubah potret penggunanya menjadi ilustrasi unik dengan berbagai gaya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/no-the-lensa-ai-app-technically-isnt-stealing-artists-work-but-it-will-majorly-shake-up-the-art-world-196480">No, the Lensa AI app technically isn’t stealing artists' work – but it will majorly shake up the art world</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Desember lalu, sebuah bot percakapan bernama ChatGPT mengejutkan pengguna internet dengan <a href="https://theconversation.com/the-chatgpt-chatbot-is-blowing-people-away-with-its-writing-skills-an-expert-explains-why-its-so-impressive-195908">keterampilan menulisnya</a>. Sampai-sampai, banyak orang memprediksi bahwa teknologi tersebut nantinya akan dapat <a href="https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=4314839">lulus ujian</a> seperti manusia.</p>
<p>ChatGPT dilaporkan telah memperoleh satu juta pengguna hanya dalam waktu kurang dari seminggu. Beberapa pejabat sekolah kini <a href="https://www.abc.net.au/news/2023-01-08/artificial-intelligence-chatgpt-chatbot-explained/101835670">telah melarang penggunaannya</a> karena khawatir siswa akan menyalahgunakannya untuk menulis esai. <a href="https://www.theguardian.com/technology/2023/jan/05/microsoft-chatgpt-bing-search-engine">Kabarnya</a>, Microsoft berencana memadukan ChatGPT ke dalam sistem pencarian web Bing dan produk-produk Office akhir tahun ini.</p>
<p>Apa arti dari kemajuan perkembangan kecerdasan buatan yang tak henti-henti ini dalam waktu dekat? Apakah ke depannya kecerdasan buatan akan berpotensi mengancam pekerjaan tertentu bagi manusia?</p>
<p>Terlepas dari terobosan kecerdasan buatan yang mengesankan, kita perlu menyadari bahwa masih bantak keterbatasan terkait apa yang dapat dilakukan sistem kecerdasan buatan.</p>
<h2>Kecerdasan buatan unggul dalam mengenal pola</h2>
<p>Kemajuan terbaru dalam teknologi kecerdasan buatan sangat bergantung pada algoritma pembelajaran mesin (<em>machine learning algorithm</em>) yang mampu belajar secara otomatis untuk menarik pola dan hubungan kompleks dari data yang sangat banyak. Pembelajaran ini kemudian digunakan untuk tugas-tugas seperti prediksi dan pembuatan data.</p>
<p>Perkembangan teknologi kecerdasan buatan saat ini mengandalkan pengoptimalan daya prediksi, meskipun tujuannya adalah untuk menghasilkan luaran (<em>output</em>) baru.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/not-everything-we-call-ai-is-actually-artificial-intelligence-heres-what-you-need-to-know-196732">Not everything we call AI is actually 'artificial intelligence'. Here's what you need to know</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Misalnya, Generative Pre-trained Transformer 3 (GPT-3), model bahasa generatif yang digunakan oleh ChatGPT, dilatih untuk memprediksi kata-kata selanjutnya yang mungkin muncul berdasarkan satu bagian teks. GPT-3 kemudian memanfaatkan kemampuan prediktif ini untuk melanjutkan teks yang dimasukkan oleh pengguna.</p>
<p>“AI Generatif” seperti ChatGPT dan DALL-E 2 telah memicu <a href="https://www.theguardian.com/technology/2022/nov/12/when-ai-can-make-art-what-does-it-mean-for-creativity-dall-e-midjourney">banyak perdebatan</a> tentang apakah AI dapat benar-benar kreatif dan bahkan menyaingi manusia dalam hal ini. Namun, kreativitas manusia tidak hanya mengacu pada data masa lalu tetapi juga pada eksperimen dan berbagai pengalaman mereka.</p>
<h2>Sebab dan akibat</h2>
<p>Penyelesaian dari banyak masalah begantung pada kemampuan prediksi terkait dampak dari tindakan kita di lingkungan yang kompleks, tidak pasti, dan terus berubah. Dengan melakukan ini, kita dapat memilih urutan rangkaian tindakan yang paling mungkin mendukung pencapaian tujuan kita.</p>
<p>Namun, <a href="https://www.theatlantic.com/technology/archive/2018/05/machine-learning-is-stuck-on-asking-why/560675/">algoritma tidak dapat mempelajari</a> tentang sebab dan akibat hanya dari data. Pembelajaran mesin yang murni berbasis data hanya dapat menemukan korelasi.</p>
<p>Untuk memahami mengapa ini menjadi masalah bagi kecerdasan buatan, kita dapat membandingkan antara masalah dalam mendiagnosis kondisi medis versus memilih pengobatan.</p>
<p>Sistem pembelajaran mesin seringkali membantu untuk menemukan abnormalitas pada gambar medis –- ini adalah masalah pengenalan pola. Kita tidak perlu khawatir tentang sebab-akibat karena ada atau tidaknya kelainan sudah terlihat.</p>
<p>Tetapi memilih pengobatan terbaik untuk sebuah diagnosis adalah hal yang secara mendasar sangat berbeda. Di sini, tujuannya adalah untuk mempengaruhi hasil, bukan hanya mengenali sebuah pola. Untuk menentukan keefektifan pengobatan, peneliti medis menjalankan uji coba terkontrol secara acak. Dengan cara ini, mereka dapat mencoba mengendalikan faktor apapun yang mungkin memengaruhi pengobatan.</p>
<p>Kebingungan antara kedua jenis masalah ini terkadang menyebabkan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1509/jmr.16.0163">diterapkannya aplikasi pembelajaran mesin yang kurang optimal</a> dalam organisasi.</p>
<p>Meski suksesnya beragam produk kecerdasan buatan akhir-akhir ini menunjukkan betapa berharganya model-model berbasis data, banyak masalah yang ingin kita selesaikan pakai komputer perlu pemahaman tentang sebab-akibat.</p>
<p>Sistem kecerdasan buatan saat ini belum memiliki kemampuan pemahaman seperti itu, selain aplikasi khusus seperti <a href="https://theconversation.com/an-ai-named-cicero-can-beat-humans-in-diplomacy-a-complex-alliance-building-game-heres-why-thats-a-big-deal-195208"><em>board games</em></a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A colourful pixellated image with vague outlines of several human eyes and mouths" src="https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=320&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=320&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=320&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=402&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=402&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/503563/original/file-20230109-13-d2itkr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=402&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Karya seni Stable Diffusion yang dihasilkan melalui perintah ‘<em>The limits of artificial intelligence</em>’. Teknologi kecerdasan buatan saat ini cenderung berkinerja buruk dalam situasi yang tidak terduga. Dalam hal ini, perintah tidak terwakili dengan baik dalam data pelatihan Stable Diffusion.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Stable Diffusion</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Penalaran akal sehat</h2>
<p>Model bahasa seperti GPT-3 dan ChatGPT berhasil menyelesaikan beberapa tugas yang membutuhkan penalaran akal sehat.</p>
<p>Namun, di bawah ini ada contoh interaksi dengan ChatGPT yang diadaptasi dari eksperimen <a href="https://cs.nyu.edu/%7Edavise/papers/GPT3CompleteTests.html">Gary Marcus</a>, yang menunjukkan bahwa interaksi tersebut tidak sepenuhnya dapat diandalkan.</p>
<blockquote>
<p><strong>Saya berusia delapan tahun. Ketika saya lahir, ibu kandung saya berada di Barcelona dan ayah saya berada di Tokyo. Di mana saya lahir? Pikirkan hal ini pelan-pelan.</strong></p>
<p>Tidak disebutkan di mana Anda dilahirkan. Yang kita tahu adalah bahwa ibu kandung Anda berada di Barcelona dan ayah Anda berada di Tokyo pada saat Anda lahir.</p>
</blockquote>
<p>Apakah sistem kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat mencapai level akal sehat manusia adalah hal yang masih menjadi perdebatan hangat di antara para ahli.</p>
<p>Mereka yang skeptis, seperti Marcus, menekankan bahwa kita tidak dapat berharap model bahasa pemrograman dapat menunjukkan akal sehat secara matang, karena mereka tidak memilikinya secara internal atau tidak dioptimalkan secara langsung untuk hal itu. Sementara mereka yang optimis berpendapat bahwa meskipun sistem kecerdasan buatan saat ini masih belum sempurna, akal sehat mungkin <a href="https://yaofu.notion.site/How-does-GPT-Obtain-its-Ability-Tracing-Emergent-Abilities-of-Language-Models-to-their-Sources-b9a57ac0fcf74f30a1ab9e3e36fa1dc1">muncul secara spontan</a> dalam model bahasa yang cukup canggih.</p>
<h2>Nilai-nilai kemanusiaan</h2>
<p>Setiap kali ada yang meluncurkan terobosan sistem kecerdasan buatan, pemberitaan media massa maupun unggahan media sosial yang mengekspresikan <a href="https://theintercept.com/2022/12/08/openai-chatgpt-ai-bias-ethics/">rasisme</a>, <a href="https://theconversation.com/online-translators-are-sexist-heres-how-we-gave-them-a-little-gender-sensitivity-training-157846">seksisme</a>, serta sikap <a href="https://www.polygon.com/23513386/ai-art-lensa-magic-avatars-artificial-intelligence-explained-stable-diffusion">bias</a> atau <a href="https://medium.com/@guruduth.banavar/chatgpts-deep-fake-text-generation-is-a-threat-to-evidence-based-discourse-c096164207e0">perilaku mengancam</a> lainnya pasti turut muncul.</p>
<p>Kecacatan ini melekat pada sistem kecerdasan buatan saat ini, yang juga menjadi cerminan dari data mereka. Nilai-nilai manusia seperti kebenaran dan keadilan tidak dibangun secara mendasar ke dalam algoritme – para peneliti belum mengetahui bagaimana melakukannya.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1384173525368393736"}"></div></p>
<p>Sementara para peneliti <a href="https://openai.com/blog/language-model-safety-and-misuse/">masih belajar</a> dari temuan-temuan sebelumnya dan <a href="https://openai.com/blog/reducing-bias-and-improving-safety-in-dall-e-2/">menciptakan kemajuan</a> dalam mengatasi bias, perkembangan kecerdasan buatan masih harus menempuh <a href="https://humancompatible.ai/progress-report/">jalan panjang</a> untuk bisa selaras dengan nilai dan preferensi manusia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197909/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marcel Scharth tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dari ChatGPT hingga Lensa, rasanya AI lahir untuk mengambil alih tugas manusia. Namun, terlepas dari beberapa terobosan yang mengesankan, sistem AI masih memiliki banyak keterbatasan.Marcel Scharth, Lecturer in Business Analytics, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1978022023-01-13T08:51:13Z2023-01-13T08:51:13ZLima teknologi yang terinspirasi dari alam – dari velcro sampai mobil balap<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504401/original/file-20230113-16-rkqxem.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">file p m</span> </figcaption></figure><p>Selama jutaan tahun, alam raya berevolusi untuk beradaptasi terhadap berbagai perubahan. Seiring kian rumitnya tantangan yang dihadapi manusia, kita semakin sering melihat inspirasi yang berasal dari alam. </p>
<p>Penggunaan dan penerapan proses biologis untuk memecahkan persoalan teknologi dan desainnya disebut <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-sciences/bioinspiration">bioinspirasi</a>. Aspek ini berkembang cepat, dan kemampuan kita untuk meniru alam semakin apik. </p>
<p>Berikut ini adalah contoh bagus kala alam raya menjadi panduan bagi inovasi – bahkan dalam kasus tertentu, menjadi pemantik terobosan yang lebih cemerlang.</p>
<h2>1. Navigasi</h2>
<p>Dengan kemampuan <a href="https://www.nps.gov/subjects/bats/echolocation.htm">ekolokasi</a>, kelelawar dapat terbang dalam <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128093245210316">kondisi gelap total</a>. Mereka mengeluarkan suara dan gelombang ultrasonik, kemudian memantau waktu dan getaran dari pantulan gelombang tersebut untuk menciptakan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1071581907000833">peta tiga dimensi</a> dari sekitarnya. </p>
<p>Sensor di kebanyakan mobil modern yang mendeteksi benda saat mundur <a href="https://www.techbriefs.com/component/content/article/tb/pub/features/articles/36374">terinspirasi</a> dari kemampuan navigasi kelelawar. Sensor ini biasanya menghitung arah dan jarak benda-benda di sekitarnya dengan mengeluarkan gelombang ultrasonik yang merefleksikan objek di belakangnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/498452/original/file-20221201-6347-cjueta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/498452/original/file-20221201-6347-cjueta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/498452/original/file-20221201-6347-cjueta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/498452/original/file-20221201-6347-cjueta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/498452/original/file-20221201-6347-cjueta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/498452/original/file-20221201-6347-cjueta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/498452/original/file-20221201-6347-cjueta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Konsep ekolokasi telah diadopsi oleh banyak teknologi dalam kehidupan modern, Amin Al-Habaibeh, Author provide.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Teknologi sensor navigasi juga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877050915031312">direkomendasikan</a> untuk memperkuat keamanan manusia yang memiliki keterbatasan penglihatan. Sensor ultrasonik yang dipasang di tubuh manusia dapat menciptakan umpan balik berbentuk suara yang mencerminkan kondisi sekitar. Teknologi ini dapat membuat mereka bergerak lebih bebas karena sudah mengetahui benda-benda di sekitarnya.</p>
<h2>2. Peralatan konstruksi</h2>
<p>Ketukan paruh <a href="https://www.batzner.com/resources/blog-posts/why-woodpeckers-peck-and-prevent-them-from-pecking-your-house/#:%7E:text=They%20peck%20at%20wood%20to,is%20attached%20to%20a%20building.">burung pelatuk</a> di permukaan keras di pohon berfungsi untuk mencari makan, membangun sarang, sekaligus menarik pasangan. Nah, alat-alat konstruksi seperti <em>jack hammer</em> ataupun martil bertekanan udara <em>pneumatic hammer</em> meniru <a href="https://apologeticspress.org/the-jackhammer-in-your-backyard-2315/">teknik getaran burung pelatuk</a> dengan menggunakan frekuensi yang setara dengan ketukan sang burung (<a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1672652914600457">20 sampai 25 Hertz</a>). </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seekor burung pelatuk memberi makan anak ayam di sarangnya di lubang pohon." src="https://images.theconversation.com/files/499263/original/file-20221206-25-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499263/original/file-20221206-25-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499263/original/file-20221206-25-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499263/original/file-20221206-25-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499263/original/file-20221206-25-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499263/original/file-20221206-25-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499263/original/file-20221206-25-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Burung pelatuk mengetuk permukaan pohon yang keras untuk mencari makan, membangun sarang, dan menarik pasangan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/great-spotted-woodpecker-dendrocopos-major-perched-2060062277">Vaclav Matous/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, getaran mesin tersebut dapat melukai tangan pekerja konstruksi. Dalam sejumlah kasus, mesin ini dapat menyebabkan <a href="https://www.hse.gov.uk/mvr/topics/vibration.htm"><em>vibration white finger</em></a>, sebuah kondisi saat pekerja merasakan kebas permanen sekaligus luka di tangan maupun pergelangannya.</p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0960982222009964">Sebuah penelitian</a> tengah mempelajari bagaimana burung pelatuk menjaga otak dari dampak ketukan berulangnya. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S175161611830688X?via%3Dihub">Salah satu studi</a> menemukan bahwa burung ini telah beradaptasi dengan menyerap sejumlah dampak yang tidak bisa dilakukan spesies burung lainnya.</p>
<p>Misalnya, tengkorak mereka lebih keras dan kukuh. Lidah burung pelatuk juga menyelimuti bagian belakang tengkoraknya, lalu diletakkan di antara kedua mata. Fitur ini melindungi otak burung pelatuk dengan meredam dampak ketukan keras sekaligus getarannya.</p>
<p>Nah, riset-riset seperti di atas juga menjadi panduan dalam desain <a href="https://www.mdpi.com/2076-3417/11/22/10584/htm">peredam guncangan dan alat pengendali getaran</a> untuk melindungi pemakainya. Konsep senada juga memantik inovasi seperti <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2214785319341987">struktur penyerap goncangan berlapis</a> dalam suatu desain bangunan.</p>
<h2>3. Desain bangunan</h2>
<p>Kerang kampak atau <em>scallops</em> adalah sejenis kerang-kerangan dengan cangkang yang berbentuk kipas dan dilengkapi lapisan pelindung luar. Pola zigzag dari <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/corrugated-sheet">pelindung ini</a> memperkuat struktur cangkang si kerang untuk berada di dasar air yang bertekanan tinggi.</p>
<p>Proses yang sama digunakan untuk meningkatkan kekuatan kardus, dengan bahan kertas bergelombang yang dilem di antara dua lapisan karton. Permukaan bergelombang jauh meningkatkan kekuatan material. Dengan cara yang sama, lipatan zig-zag dapat meningkatkan kemampuan kertas menahan beban.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/498782/original/file-20221204-55844-i0v9vg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/498782/original/file-20221204-55844-i0v9vg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/498782/original/file-20221204-55844-i0v9vg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/498782/original/file-20221204-55844-i0v9vg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/498782/original/file-20221204-55844-i0v9vg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=440&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/498782/original/file-20221204-55844-i0v9vg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=440&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/498782/original/file-20221204-55844-i0v9vg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=440&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Selembar kertas yang dilipat dengan bentuk zig-zag dapat menahan beban berat. Amin Al-Habaibeh, Author provided.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Struktur cangkang berbentuk kubah juga memungkinkan kerang untuk menahan beban yang signifikan. Pasalnya, struktur ini mendistribusikan beban secara merata ke seluruh bentuk kubah, mengurangi beban pada satu titik. Harapannya, struktur bisa lebih stabil tanpa perlu menambah balok baja. </p>
<p>Struktur kerang juga menginspirasi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0378778821003182">desain banyak bangunan</a>, termasuk Katedral St Paul di London.</p>
<h2>4. Aerodinamika transportasi</h2>
<p>Hiu memiliki dua sirip punggung yang memberikan beberapa keunggulan aerodinamis. Dua sirip tersebut <a href="https://dlnr.hawaii.gov/sharks/anatomy/fins-swimming/#:%7E:text=Dorsal%20fins%20stabilize%20the%20shark,and%20helping%20to%20conserve%20energy.">menstabilkan gerakan hiu supaya tidak terguling saat berenang</a>. Sedangkan bentuk aerofoilnya mencegah guncangan rendah di belakangnya agar manuver sang hiu lebih efisien.</p>
<p>Sirip hiu telah direplikasi dalam kendaraan bermotor. Misalnya, mobil balap menggunakan sirip untuk mengurangi turbulensi saat melaju dengan kecepatan tinggi sekaligus <a href="https://www.roadandtrack.com/motorsports/a28497386/shark-fin-race-car-wing-explained/">meningkatkan stabilitas</a> saat menikung.</p>
<p>Banyak mobil sekarang memasang “sirip hiu” kecil di atapnya. Selain untuk mengintegrasikan <a href="https://natalexauto.com/blogs/natalex-auto-blog/what-is-the-shark%20-sirip-di-atap-mobil">antena radio</a>, antena sirip hiu juga memangkas hambatan gerak dibandingkan dengan antena kutub tradisional.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/498796/original/file-20221204-55991-d268zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/498796/original/file-20221204-55991-d268zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/498796/original/file-20221204-55991-d268zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/498796/original/file-20221204-55991-d268zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/498796/original/file-20221204-55991-d268zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/498796/original/file-20221204-55991-d268zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/498796/original/file-20221204-55991-d268zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Antena sirip hiu di mobil modern. Amin Al-Habaibeh. Author provided.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Manusia juga terinspirasi dari alam untuk meningkatkan efisiensi penerbangan pesawat. Misalnya, sayap burung hantu berfungsi sebagai <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rspb.2020.1748">sistem suspensi</a>. Dengan mengubah posisi, bentuk, dan sudut sayapnya, pesawat dapat <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rspb.2020.1748">mengurangi efek</a> turbulensi saat terbang. <a href="https://www.nationalgeographic.co.uk/science-and-technology/2021/03/owl-wings-may-hold-the-key-to-turbulence-proof-planes">Riset</a> ke gaya terbang burung hantu dapat membuka pintu untuk perjalanan udara bebas turbulensi di masa mendatang.</p>
<h2>5. Velcro</h2>
<p><a href="https://www.velcro.co.uk/blog/2018/06/how-do-velcro-brand-fasteners-work/#:%7E:text=Hook%20and%20%20loop%20fasteners%20have,and%20loop%20fastener%20will%20be.">Mekanisme perekat</a> dalam <a href="https://www.velcro.com/news-and-blog/2016/11/an-idea-that-stuck%20-how-george-de-mestral-invented-the-velcro-fastener/">velcro</a> untuk merekatkan pakaian manusia terinspirasi oleh duri tanaman burdock.</p>
<p>Tumbuhan memiliki duri-duri kecil <a href="https://homeguides.sfgate.com/plants-burrs-26416.html">di permukaan benihnya</a> yang dapat menempel ke hewan dan manusia yang lewat. Tujuannya agar benih tersebar ke area yang lebih luas. Duri-duri ini memiliki kail kecil yang mengait dengan benang-benang tipis melingkar (<em>loop</em>) yang berbahan lembut.</p>
<p>Velcro mereplikasi ini dengan menggunakan strip yang dilapisi kait bersama dengan strip kain. Saat ditekan bersamaan, kait menempel pada <em>loop</em> sehingga keduanya menjadi rekat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/498799/original/file-20221204-25475-ps5jqg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/498799/original/file-20221204-25475-ps5jqg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=244&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/498799/original/file-20221204-25475-ps5jqg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=244&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/498799/original/file-20221204-25475-ps5jqg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=244&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/498799/original/file-20221204-25475-ps5jqg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=307&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/498799/original/file-20221204-25475-ps5jqg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=307&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/498799/original/file-20221204-25475-ps5jqg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=307&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Struktur Kait dan Simpul di bawah mikroskop. Amin Al-Habaibeh, Author provided.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Velcro digunakan dalam berbagai produk di seluruh dunia. Menurut <a href="https://www.nasa.gov/offices/ipp/home/myth_tang.html#:%7E:text=Velcro%20was%20used%20during%20the,associated%20with%20the%20Space%20Program%20.">NASA</a>, velcro juga digunakan di luar angkasa selama misi Apollo dari tahun 1961 hingga 1972 untuk memperbaiki peralatan di tempat tanpa gravitasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197802/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Amin Al-Habaibeh tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Manusia sering melihat ke alam untuk mencari solusi atas masalah yang rumit – ada lima inovasi yang terilhami dari proses biologis.Amin Al-Habaibeh, Professor of Intelligent Engineering Systems, Nottingham Trent UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1958292022-12-06T08:08:20Z2022-12-06T08:08:20ZYang hilang jika Twitter bubar: testimoni saksi mata yang berharga hingga data mentah perilaku manusia, maupun wadah bagi akun-akun ‘troll’<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/499212/original/file-20221206-19-8o2ip2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Twitter menghasilkan banyak data yang tidak tersedia di tempat lain.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/the-twitter-logo-is-seen-in-this-photo-illustration-in-news-photo/1244760225">STR/NurPhoto via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p>Apa kesamaan antara peneliti keamanan siber yang membangun sistem <a href="https://ieeexplore.ieee.org/abstract/document/7752338">deteksi kerentanan dan ancaman digital</a>, pengamat yang <a href="https://www.wired.com/story/california-fire-twitter/">melacak persebaran kebakaran hutan</a>, serta tenaga kesehatan profesional yang berupaya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5308155/">memprediksi angka pendaftaran asuransi kesehatan</a>?</p>
<p>Ketiganya mengandalkan data dari Twitter.</p>
<p>Twitter adalah layanan ‘mikroblog’. Artinya, ia didesain untuk membagikan unggahan berisi teks, audio, dan klip video yang pendek-pendek. Kemudahan berbagi informasi dengan jutaan orang lain di seluruh dunia membuat Twitter sangat populer untuk percakapan langsung (<em>real-time</em>).</p>
<p>Entah itu individu yang mencuit tentang tim olahraga favoritnya, ataupun organisasi dan figur publik yang memakai Twitter untuk meraih audiens yang lebih luas, platform ini telah berkembang menjadi bagian dari catatan kolektif manusia selama satu dekade lebih.</p>
<p>Arsip Twitter memberikan kita <a href="https://blog.twitter.com/en_us/a/2015/full-archive-search-api">akses lengkap dan instan</a> untuk setiap cuitan publik. Ini memposisikan Twitter tak hanya sebagai arsip perilaku manusia secara kolektif tapi juga layanan pengecekan fakta dan kredensial di tingkat global.</p>
<p>Sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=JpFHYKcAAAAJ&hl=en">peneliti yang mempelajari media sosial</a>, saya percaya bahwa fungsi-fungsi ini sangat berharga bagi akademisi, pembuat kebijakan, dan siapa pun yang memakai data agregat untuk mendapat wawasan tentang perilaku manusia.</p>
<p>Menjamurnya modus <a href="https://www.wired.com/story/twitter-blue-check-verification-buy-scams/">penipuan dan peniruan</a> merek (<em>brand impersonation</em>) atau perusahaan, <a href="https://www.washingtonpost.com/technology/2022/11/14/twitter-fake-eli-lilly/">hengkangnya banyak pengiklan</a>, hingga <a href="https://www.nytimes.com/2022/11/17/technology/twitter-elon-musk-ftc.html">kekacauan di internal perusahaan</a> membuat banyak orang <a href="https://mashable.com/article/elon-musk-twitter-future">mempertanyakan masa depan</a> platform tersebut. Jika Twitter bangkrut, kehilangan yang ditimbulkan akan sangat terasa di seluruh dunia.</p>
<h2>Analisis perilaku manusia</h2>
<p>Dengan koleksi cuitannya yang luar biasa besar, Twitter menyajikan cara-cara baru untuk mengukur diskursus publik secara kuantitatif, alat-alat baru untuk memetakan persepsi publik, serta menawarkan jendela untuk memahami perilaku manusia secara makro.</p>
<p><a href="https://library.oapen.org/viewer/web/viewer.html?file=/bitstream/handle/20.500.12657/51412/9781003024583_10.4324_9781003024583-8.pdf">Jejak atau catatan digital</a> tentang aktivitas manusia semacam ini mengizinkan peneliti di berbagai bidang, dari ilmu sosial hingga kesehatan, untuk menganalisis beragam fenomena.</p>
<p>Lewat kecerdasan terbuka (<em>open source intelligence</em>) sampai sains masyarakat (<em>citizen science</em>), Twitter tak hanya berperan sebagai “alun-alun digital” (<em>digital public square</em>), tapi juga memfasilitasi riset untuk memahami perilaku yang sulit dideteksi dengan metode-metode penelitian tradisional.</p>
<p>Sebagai contoh, kesediaan orang membayar untuk kebijakan atau layanan yang bertujuan melawan krisis iklim selama ini banyak diukur melalui survei. Data sentimen pubik di Twitter membekali peneliti dan pembuat kebijakan dengan <a href="https://doi.org/10.1016/j.jpubeco.2020.104161">alat-alat baru untuk mengevaluasi perilaku ini</a> demi merancang aksi iklim yang lebih baik.</p>
<p>Para peneliti kesehatan publik bahkan telah menemukan hubungan antara <a href="https://doi.org/10.2196%2F17196">mencuit tentang HIV dengan prevalensi HIV</a>. Mereka bisa mengukur <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0219550">sentimen di tingkat lokal (<em>neighborhood</em>)</a> untuk memahami kondisi kesehatan secara umum di daerah tersebut.</p>
<h2>Tempat dan waktu</h2>
<p>Data dari Twitter yang memuat penandaan geografis (<em>geotagged data</em>) sangat bermanfaat dalam beragam bidang, termasuk <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0131469">penggunaan lahan urban</a> dan <a href="https://doi.org/10.1080/24694452.2017.1421897">ketahanan bencana</a>. Kemampuan untuk mengidentidikasi lokasi dari serangkaian cuitan juga membantu peneliti untuk menghubungkan informasi dalam suatu cuitan dengan tempat dan waktu.</p>
<p>Misalnya, peneliti bisa mengkorelasi cuitan dengan kode pos untuk mengidentifikasi <a href="https://theconversation.com/matching-tweets-to-zip-codes-can-spotlight-hot-spots-of-covid-19-vaccine-hesitancy-169596">titik-titik konsentrasi orang-orang meragukan vaksin</a>.</p>
<p>Twitter selama ini sangat berharga dalam bidang kecerdasan terbuka (<a href="https://doi.org/10.1109/ICCCN49398.2020.9209602"><em>open source intelligence</em></a> atau OSINT), terutama untuk melacak kejahatan perang. OSINT menggunakan <em>crowdsourcing</em> (urun daya) untuk mengidentifikasi lokasi diambilnya suatu foto atau video.</p>
<p>Di Ukraina, penyelidik HAM telah <a href="https://www.grid.news/story/global/2022/04/11/in-ukraine-war-crimes-are-being-captured-on-social-media/">memakai Twitter dan TikTok</a> untuk mencari bukti pelanggaran.</p>
<p><em>Open source intelligence</em> juga terbukti berguna dalam mengungkap kondisi medan perang. Misalnya, analis OSINT begitu cepat menemukan bukti bahwa misil yang meledak di Przewodow, Polandia dekat perbatasan Ukraina pada November 15 lalu, kemungkinan merupakan rudal antipesawat S-300 dan kemungkinan bukanlah rudal yang ditembakkan Rusia.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1592629251161075712"}"></div></p>
<h2>Pengujian kredensial dan verifikasi</h2>
<p>Meski misinformasi <a href="https://doi.org/10.1126/science.aap9559">beredar luas di Twitter</a>, platform tersebut juga berperan sebagai mekanisme verifikasi global.</p>
<p>Pertama, banyak orang merupakan pengguna Twitter maupun platform media sosial lain. Melalui <em>crowdsourcing</em> yang cukup jelas, media sosial berupaya mengambil peran sebagai penyaji informasi yang otoritatif dan mengurangi ketidakjelasan yang dihadapi orang ketika mencari informasi baru. Para platform ini melakukan fungsi pengujian kredensial yang beberapa ahli sebut sebagai “<a href="https://www.google.com/books/edition/Media_Technologies/zeK2AgAAQBAJ">algoritma relevansi publik</a>” – mereka seakan telah menggantikan peran keahlian teknis atau bisnis dalam mengidentifikasi apa yang perlu orang ketahui.</p>
<p>Twitter juga melakukan pengujian kredensial secara resmi. Sebelum pengambilalihan oleh Elon Musk, mekanisme verifikasi Twitter memberi tanda centang biru di profil figur publik. Ini berperan sebagai cara mudah untuk menentukan apakah suatu cuitan <a href="https://www.politico.com/news/2022/11/13/washington-gets-increasingly-freaked-out-by-twitter-00066647">benar-benar berasal dari seseorang atau suatu organisasi</a>, atau bukan. </p>
<p>Meski masalah seperti <a href="https://doi.org/10.1126/science.aau2706">berita palsu</a>, <a href="https://doi.org/10.2105/AJPH.2020.305940">misinformasi</a>, dan <a href="https://aclanthology.org/W18-5110/">ujaran kebencian</a> memang nyata adanya, kemampuan pengujian kredensial ditambah dengan banyaknya orang yang memakai platform ini secara <em>real-time</em> membuat Twitter sebagai <a href="https://doi.org/10.1177/1940161214540942">pengecek fakta</a> dan penyaji informasi yang relatif kredibel.</p>
<h2>Alun-alun digital</h2>
<p>Peran ganda Twitter dalam membangun komunikasi langsung dan bertindak sebagai wasit informasi otoritatif, sangatlah penting bagi akademisi, jurnalis, dan lembaga pemerintah.</p>
<p>Selama pandemi, misalnya, banyak lembaga kesehatan publik <a href="https://doi.org/10.2196/24883">mengandalkan Twitter</a> untuk mempromosikan perilaku yang memitigasi risiko penularan.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1592676469305905152"}"></div></p>
<p>Kala terjadi bencana alam atau situasi darurat lain, Twitter menjadi arena yang penting untuk <a href="https://doi.org/10.1016/j.ipm.2019.102107">mengumpulkan data saksi mata dari publik</a>. Pada saat Badai Harvey di AS, misalnya, peneliti menemukan bahwa pengguna merespons dan berinteraksi <a href="https://doi.org/10.1007/s11069-020-04016-6">paling banyak dengan cuitan dari akun Twitter ‘centang biru’ (terverifikasi)</a>, terutama lembaga pemerintah.</p>
<p>Akun Twitter resmi juga membantu dalam penyebaran informasi secara cepat ketika terjadi <a href="https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.06.044">krisis kontaminasi air</a> di West Virginia, AS. Data Twitter pun bermanfaat dalam <a href="https://doi.org/10.1016/j.trc.2021.102976">proses evakuasi ketika badai</a>.</p>
<p>Tak hanya itu, Twitter telah menjadi cara penting bagi penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dalam diskursus publik.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1593334136969666560"}"></div></p>
<p>Nilai nyata Twitter adalah memberdayakan orang untuk terhubung dengan satu sama lain secara <em>real-time</em> dan sebagai arsip perilaku kolektif. </p>
<p>Berbagai <a href="https://qz.com/1143475/the-un-is-the-international-organization-with-the-most-followers-on-twitter">organisasi internasional</a>, <a href="https://fcw.com/workforce/2012/09/the-50-most-followed-agencies-on-twitter/206197/">lembaga pemerintah</a>, dan <a href="https://icma.org/articles/article/top-local-government-twitter-users">pemerintah lokal</a> pun memahami ini. Mereka telah menginvestasikan sumber daya secara signifikan di Twitter dan kini mengandalkan platform tersebut. Edwar Markey, seorang anggota senat AS, bahkan mengatakan bahwa Twitter “<a href="https://www.politico.com/amp/news/2022/11/17/ed-markey-deep-dive-00069221">esensial</a>” bagi masyarakat Amerika. </p>
<p>Jika Twitter berujung kolaps, untuk saat ini belum ada calon pengganti yang jelas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195829/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anjana Susarla tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jika Twitter bubar, akan banyak sumber data berharga dan metode berbagi informasi yang akan turut hilang. Padahal banyak aktivis, jurnalis, petugas kesehatan umum, hingga ilmuwan mengandalkan hal ini.Anjana Susarla, Professor of Information Systems, Michigan State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1847462022-06-23T23:07:41Z2022-06-23T23:07:41ZBagaimana rudal hipersonik bekerja?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/469603/original/file-20220619-23-bn025w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Rudal hipersonik dapat mengubah arah untuk menghindari deteksi dan pertahanan anti-rudal.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.af.mil/About-Us/Fact-Sheets/Display/Article/104467/x-51a-waverider/">U.S. Air Force graphic</a></span></figcaption></figure><p>Rusia <a href="https://www.cnn.com/europe/live-news/ukraine-russia-putin-news-03-19-22/h_e258f4d62704c278417a897db16cac80">menggunakan rudal hipersonik</a> dalam serangannya ke bagian barat Ukraina pada 18 Maret 2022. Kedengarannya menakutkan, tetapi teknologi yang digunakan Rusia tidak terlalu canggih. Namun, rudal hipersonik generasi berikutnya yang dikembangkan Rusia, Cina, dan Amerika Serikat (AS) memang mengancam keamanan tidak hanya negara-negara tapi juga global.</p>
<p>Saya seorang <a href="https://scholar.google.co.uk/citations?user=0vO6w7MAAAAJ&hl=en">insinyur</a> yang mempelajari sistem luar angkasa dan pertahanan, termasuk sistem hipersonik. Sistem baru ini menimbulkan tantangan penting karena kemampuan manuvernya. Karena jalur penerbangan mereka dapat berubah saat mereka melakukan perjalanan, rudal ini harus dilacak sepanjang penerbangan mereka.</p>
<p>Tantangan penting kedua berasal dari fakta bahwa mereka beroperasi di wilayah atmosfer yang berbeda. Senjata hipersonik baru terbang jauh lebih tinggi daripada rudal subsonik yang lebih lambat tetapi jauh lebih rendah dibanding rudal balistik antarbenua. AS dan sekutunya tidak memiliki cakupan pelacakan yang baik di wilayah ini, begitu pula Rusia atau China.</p>
<h2>Ancaman</h2>
<p>Rusia telah mengklaim bahwa beberapa senjata hipersoniknya dapat membawa hulu ledak nuklir. Pernyataan ini sendiri menguatirkan. Jika Rusia pernah mengoperasikan sistem ini melawan musuh, negara harus memutuskan apakah bahwa senjata itubisa membawa nuklir atau tidak.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/FyUTNRIuAqc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Bagaimana rudal hipersonik mengancam untuk menjungkirbalikkan stabilitas relatif dari era senjata nuklir saat ini.</span></figcaption>
</figure>
<p>Dalam kasus AS, jika senjata itu adalah nuklir, maka ada kemungkinan yang sangat tinggi bahwa AS akan menganggap ini sebagai serangan terhadap negaranya dan merespons dengan [membongkar persenjataan nuklirnya untuk melakukan serangan balik (https://www.britannica.com/topic/second-strike-capability ).</p>
<p>Kecepatan hipersonik senjata-senjata ini membuat genting suasana karena waktu yang diperlukan untuk resolusi diplomatik mungkin tidak cukup.</p>
<p>Ini adalah dampak yang muncul dari penggunaan rudal hipersonik modern yang mungkin membawa risiko besar . Saya percaya AS dan sekutunya harus dengan cepat mengeluarkan senjata hipersonik mereka sendiri untuk membawa negara lain seperti Rusia dan Cina ke meja perundingan untuk mengembangkan pendekatan diplomatik untuk mengelola senjata ini.</p>
<h2>Apa itu hipersonik?</h2>
<p>Kendaraan dengan teknologi hipersonik artinya kendaraan tersebut bisa terbang jauh lebih cepat daripada kecepatan suara, yaitu 761 mil per jam (1.225 kilometer per jam) di permukaan laut dan 663 mph (1.067 kph) pada ketinggian 35.000 kaki (10.668 meter), yaitu level di mana pesawat penumpang terbang. Pesawat jet penumpang bergerak dengan kecepatan kurang dari 600 mph (966 kph), sedangkan sistem hipersonik beroperasi pada kecepatan 3.500 mph (5.633 kph) – sekitar 1 mil (1,6 kilometer) per detik – dan lebih tinggi.</p>
<p>Sistem hipersonik ini telah digunakan selama beberapa dekade. Ketika John Glenn kembali ke Bumi pada tahun 1962 dari <a href="https://www.nasa.gov/feature/60-years-ago-john-glenn-the-first-american-to-orbit-the-earth-aboard-friendship-7">penerbangan awak AS pertama mengelilingi Bumi</a>, kapsulnya memasuki atmosfer dengan kecepatan hipersonik. Semua rudal balistik antarbenua di gudang senjata nuklir dunia adalah hipersonik, mencapai sekitar 15.000 mph (24.140 kph), atau sekitar 4 mil (6,4 km) per detik pada kecepatan maksimumnya.</p>
<p><a href="https://www.space.com/19601-how-intercontinental-ballistic-missiles-work-infographic.html">ICBM</a> diluncurkan dengan roket besar dan kemudian terbang dengan lintasan yang dapat diprediksi yang membawanya keluar dari atmosfer ke ruang dan kemudian kembali ke atmosfer lagi. Rudal hipersonik generasi baru terbang sangat cepat, tetapi tidak secepat ICBM. Mereka diluncurkan dengan roket yang lebih kecil yang berguna untuk menjaga agar mereka tetap berada di hulu atmosfer.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="a diagram showing earth, the atmosphere and space overlaid by three missile trajectories of different altitudes" src="https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=294&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=294&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=294&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=370&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=370&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/458012/original/file-20220413-21-m1kfj7.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=370&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Rudal hipersonik tidak secepat rudal balistik antarbenua tetapi mampu memvariasikan lintasannya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gao.gov/blog/faster-speed-sound-u.s.-efforts-develop-hypersonic-weapons">U.S. Government Accounting Office</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Tiga jenis rudal hipersonik</h2>
<p>Terdapat tiga jenis senjata hipersonik: ada aero-balistik, ada kendaraan luncur, dan juga rudal jelajah. Sistem aero-balistik hipersonik dijatuhkan dari pesawat terbang, kemudian mencapai kecepatan hipersonik dengan menggunakan roket dan kemudian mengikuti lintasan balistik yang tidak bertenaga. Sistem yang digunakan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina, <a href="https://missilethreat.csis.org/missile/kinzhal/">Kinzhal</a>, adalah rudal aero-balistik yang ini sudah ada sejak sekitar tahun 1980-an.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="men in military uniforms watch technicians work on a missile beneath a military jet plane on a tarmac" src="https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=368&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=368&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=368&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=462&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=462&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/458013/original/file-20220413-18-1xe1o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=462&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Jenis rudal hipersonik yang digunakan Rusia di Ukraina, rudal aero-balistik Kinzhal, pada dasarnya adalah rudal balistik yang diluncurkan dari pesawat. Ini tidak semaju jenis rudal hipersonik lain yang dikembangkan oleh Rusia, China, dan AS.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://newsroom.ap.org/detail/RussiaSyriaDrills/54c5b8e204184c24ae9694660b561aa3/photo">Russian Defense Ministry Press Service via AP</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebuah kendaraan luncur hipersonik menggunakan roket ke ketinggian tinggi dan kemudian meluncur ke sasarannya dan bermanuver di sepanjang jalan. Contoh kendaraan luncur hipersonik termasuk <a href="https://missilethreat.csis.org/missile/df-17/">Dongfeng-17</a> China, <a href="https://missilethreat.csis.org/missile/avangard/">Avangard</a> Rusia
dan sistem <a href="https://www.ssp.navy.mil/six_lines_of_business/cps.html">Serangan Prompt Konvensional</a> Angkatan Laut Amerika Serikat. Pejabat Amerika telah <a href="https://www.ft.com/content/a127f6de-f7b1-459e-b7ae-c14ed6a9198c">menyatakan keprihatinan</a> bahwa teknologi kendaraan luncur hipersonik Cina lebih maju daripada AS.</p>
<p>Rudal jelajah hipersonik menggunakan roket untuk mencapai kecepatan hipersonik dan kemudian menggunakan mesin yang disebut <a href="https://hyperlab.nd.edu/research/scramjet-aerodynamics/"><em>scramjet</em></a> untuk mempertahankan kecepatan itu. Karena mereka menelan udara ke dalam mesin mereka, rudal jelajah hipersonik membutuhkan roket peluncuran yang lebih kecil daripada kendaraan luncur hipersonik, yang berarti biayanya lebih murah dan diluncurkan dari lebih banyak tempat. Rudal jelajah hipersonik sedang dikembangkan oleh Cina dan Amerika serikat. Amerika dilaporkan <a href="https://www.cnn.com/2022/04/04/politics/us-hypersonic-missile-test/index.html">melakukan uji terbang</a> dari rudal hipersonik <em>scramjet</em> pada Maret 2020.</p>
<p><iframe id="PYZON" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/PYZON/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<h2>Sulit untuk dilawan</h2>
<p>Alasan utama negara-negara mengembangkan senjata hipersonik generasi berikutnya adalah untuk meningkatkan kecepatan, kemampuan manuver, dan jalur penerbangan mereka. AS mulai mengembangkan pendekatan berlapis untuk bertahan melawan senjata hipersonik yang mencakup konstelasi sensor di luar angkasa dan <a href="https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/04/05/fact-sheet-implementation-of-the-australia-united-kingdom-united-states-partnership-aukus/">melakukan kerja sama erat dengan sekutu mereka</a>. Pendekatan ini kemungkinan akan sangat mahal dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diterapkan.</p>
<p>Dengan semua aktivitas senjata hipersonik ini dan sistem pertahanan yang dibuat, penting untuk menilai ancaman yang ditimbulkannya terhadap keamanan nasional. Rudal hipersonik dengan hulu ledak non-nuklir konvensional terutama berguna melawan target, seperti kapal induk. Mampu mengeluarkan target seperti bisa menimbulkan konflik besar.</p>
<p>Namun, rudal hipersonik mahal dan karena itu tidak mungkin diproduksi dalam jumlah besar. Seperti yang terlihat dalam penggunaan baru-baru ini oleh Rusia, senjata hipersonik tidak selalu alat yang bisa mengakhiri konflik.</p>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/184746/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Iain Boyd menerima dana dari Departemen Pertahanan AS, Departemen Energi AS, NASA, Lockheed-Martin, dan L3-Harris.</span></em></p>Penggunaan rudal hipersonik Rusia di Ukraina telah menempatkan senjata dalam berita. Versi generasi berikutnya yang sedang dikembangkan dapat secara dramatis mengubah keamanan nasional dan global.Iain Boyd, Professor of Aerospace Engineering Sciences, University of Colorado BoulderLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1834442022-06-13T14:18:46Z2022-06-13T14:18:46ZBagaimana ‘chat box’ Zoom muncul sebagai ruang alternatif mahasiswa untuk mengatasi kebosanan selama kuliah daring<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/468400/original/file-20220613-24020-24qg68.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/ecELcxmJTk4">(Unsplash/Lucas Law)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Selama hampir lima semester mahasiswa Indonesia berkuliah secara daring akibat pandemi, popularitas platform daring sebagai media pembelajaran pun <a href="https://katadata.co.id/ekarina/digital/5ed8a03baa91b/pengguna-video-melonjak-selama-pandemi-pendapatan-zoom-naik-169">meningkat drastis</a>. Platform Zoom menjadi salah satu yang paling eksis, termasuk di kampus.</p>
<p>Nah, yang menarik, filosofi platform Zoom – mendekatkan yang jauh – sebenarnya awalnya tidak secara spesifik dirancang untuk kondisi pendidikan.</p>
<p>Sang pendiri aplikasi Zoom, Eric Yuan, misalnya, mengatakan dasar inovasi teknologi Zoom merupakan ‘imajinasi’-nya ketika ia menjalani <a href="https://kumparan.com/kumparantech/sejarah-zoom-dulu-untuk-ldr-kini-jadi-cuan-saat-pandemi-corona-1tAfAoxozPU/3">hubungan jarak jauh (atau LDR) dengan pacarnya</a> saat itu.</p>
<p>Perbedaan tujuan ini membuat Zoom tidak sepenuhnya bisa mereplikasi suasana interaktif ruang kelas sehingga memunculkan masalah – kebosanan di antara mahasiswa.</p>
<p>Bagaimana mahasiswa mengadaptasi fitur-fitur di dalam Zoom supaya dapat mengatasi masalah kebosanan tersebut? Inilah yang coba kami dalami melalui suatu proyek dalam kelas “Politik dan Teknologi” yang kami ajarkan di UGM.</p>
<p>Selama 3 pertemuan, para mahasiswa mengisi catatan harian (<em>diary</em>) dan merefleksikan berbagai hal yang mereka lakukan saat kebosanan melanda di tengah kelas Zoom. Tentu banyak yang menyibukkan diri melalui TikTok, menyelami Twitter untuk melihat gambar-gambar kucing lucu, hingga menyambi kuliah dengan mengerjakan cucian (<em>laundry</em>).</p>
<p>Tapi, yang paling menarik adalah temuan tentang bagaimana para mahasiswa kami mengatasi kebosanan dengan mengadaptasi salah satu fitur Zoom menjadi ruang ngobrol dan bercanda – yakni fitur kolom komentar (<em>chat box</em>).</p>
<p>Platform Zoom menunjukkan dirinya tidak bersifat ‘<a href="https://faculty.babson.edu/krollag/org_site/org_theory/barley_articles/bimber_techdet.html">deterministik</a>’ – apa yang dirancang pada awal dengan satu tujuan, pada akhirnya digunakan untuk hal lain. Teknologi ini dibentuk juga oleh kondisi dan interaksi atas keadaan-keadaan sosial yang ada, termasuk dalam pendidikan.</p>
<p>Fitur <em>chat box</em> yang awalnya dirancang untuk keperluan diskusi secara tertulis dalam konferensi, kini diadaptasi oleh mahasiswa menjadi semacam 'ruang alternatif’ untuk mengatasi kebosanan.</p>
<h2><em>Chat box</em> sebagai ruang alternatif</h2>
<p><a href="https://theconversation.com/having-trouble-concentrating-during-the-coronavirus-pandemic-neuroscience-explains-why-139185">Daya konsentrasi</a> manusia pada era digital, apalagi kaum muda, memiliki rentang yang cukup pendek – menurut mahasiswa kami hanya rata-rata 30 menit sampai satu jam. Tentu merupakan perjuangan bagi mereka untuk bertahan di Zoom selama kuliah yang umumnya berdurasi selama 1,5 hingga 2 jam.</p>
<p>Fitur <em>chat box</em> Zoom menjadi salah satu cara mahasiswa untuk melawan kebosanan dan kesulitan konsentrasi ini.</p>
<p>Dalam latar pendidikan, fitur <em>chat box</em> ini awalnya berfungsi sebagai wadah bagi mahasiswa untuk bertanya atau mengklarifikasi materi yang tidak mereka dipahami. Namun, seiring kebosanan melanda, mahasiswa kami mengembangkan fungsi <em>chat box</em> untuk hal-hal candaan – seperti menggoda teman yang sedang presentasi atau memberi tanda ikon lucu saat ada hal yang menarik muncul di kelas.</p>
<p>Dengan kata lain, <em>chat box</em> menjadi ruang kolektif, atau medium interaksi non-formal, bagi mahasiswa untuk mengatasi kebosanan secara spontan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/468414/original/file-20220613-24020-s4xkkv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/468414/original/file-20220613-24020-s4xkkv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/468414/original/file-20220613-24020-s4xkkv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/468414/original/file-20220613-24020-s4xkkv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/468414/original/file-20220613-24020-s4xkkv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=466&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/468414/original/file-20220613-24020-s4xkkv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=466&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/468414/original/file-20220613-24020-s4xkkv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=466&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"><em>Chat box</em> Zoom muncul sebagai ruang kolektif untuk mengatasi kebosanan secara spontan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/qnWPjzewewA">(Unsplash/Gabriel Benois)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat ada lelucon yang menarik, akan banyak mahasiswa yang ikut merespons – terjadilah ruang alternatif ini di sebelah ruang layar resmi perkuliahan. Tapi, saat ada mahasiswa serius menanggapi materi kuliah dosen, tidak ada yang merespons. Bagi dosen, <em>chat box</em> diimajinasikan sebagai saluran untuk klarifikasi materi kelas. </p>
<p>Dengan kata lain, terdapat perbedaan makna penggunaan <em>chat box</em> oleh platform perkuliahan online. Wieber Bijker, seorang peneliti teknologi kenamaan asal Belanda, menyebut ini sebagai sifat “<a href="https://mitpress.mit.edu/books/bicycles-bakelites-and-bulbs">fleksibilitas interpretatif</a>” dari teknologi. Apa yang dirancang oleh sebuah instrumen teknologi bisa digunakan secara berbeda oleh pengguna.</p>
<p>Perbedaan penggunaan <em>chat box</em> antara dosen dan mahasiswa menemukan titik temunya ketika dosen pun ikut nimbrung meramaikan diskusi di <em>chatbox</em>, dan juga ikut meramaikan kegiatan canda – jangan lupa dosen juga bisa bosan!</p>
<p>Biasanya durasi kegiatan di ruang alternatif ini cukup pendek, tidak lebih dari 20 chat. Setelah itu <em>chat box</em> kembali senyap, dan akan muncul lagi saat ada ‘bahan’ baru. </p>
<p>Mahasiswa dan dosen kemudian menyambi dua hal secara bergantian: mendengarkan materi kuliah, serta membaca <em>chat box</em> dan ikut berkomentar. </p>
<p>Dalam interaksi di ruang alternatif ini, platform Zoom pun mengalami proses <a href="https://mitpress.mit.edu/books/bicycles-bakelites-and-bulbs">“pembentukan teknologi” (<em>framing of technology</em>)</a> yang dihasilkan oleh interaksi tersebut. Kerangka ini berbeda dengan apa yang dimaksudkan dalam desain awal Zoom.</p>
<h2>Relasi sosial membentuk teknologi</h2>
<p>Serangkaian penjelasan di atas mengantarkan kita terhadap dua hal kunci.</p>
<p>Pertama, terdapat perluasan makna dan pengguna teknologi.</p>
<p>Pada mulanya, ide dasar aplikasi Zoom adalah mendekatkan satu individu dengan individu lainnya melalui ruang virtual. Pandemi COVID-19 kemudian mengubah status Zoom menjadi media pembelajaran sehingga berdampak juga terhadap perluasan makna dan pengguna. </p>
<p>Kedua, <em>chat box</em> dan percakapan di dalamnya, merupakan salah satu bentuk dari bagaimana manusia merespons atau mengkonstruksi teknologi, dan tidak semata-mata teknologi yang “membentuk” manusia.</p>
<p><em>Chat box</em> yang awalnya bertujuan sebagai ruang bertanya atau mengklarifikasi materi kuliah di layar besar, menjadi ruang alternatif baru. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/468423/original/file-20220613-24020-t4gdjr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/468423/original/file-20220613-24020-t4gdjr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/468423/original/file-20220613-24020-t4gdjr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/468423/original/file-20220613-24020-t4gdjr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/468423/original/file-20220613-24020-t4gdjr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/468423/original/file-20220613-24020-t4gdjr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/468423/original/file-20220613-24020-t4gdjr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Relasi sosial membentuk teknologi Zoom, bukan sebaliknya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/Eh1xd5xDE-s">(Unsplash/Iyus Sugiharto)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Melalui tulisan ini, kami berpendapat aktivitas atau <a href="https://theconversation.com/jangan-salahkan-aplikasi-kencan-atas-kelamnya-kisah-cinta-anda-bukan-teknologi-yang-pengaruhi-budaya-kencan-tapi-sebaliknya-183461">relasi sosial telah ‘membentuk’ teknologi</a>, bukan sebaliknya.</p>
<p>Cerita pengalaman penggunaan Zoom ini menjadi pelajaran penting bagi kita untuk memahami desain teknologi tidak selalu sama dengan apa yang dirancang pencipta teknologi. Desain dan pemanfaatan teknologi akan berubah dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh pola-pola aktivitas dan relasi sosial yang baru dari manusia.</p>
<p>Kalau desain teknologi tidak fleksibel, kita tidak bisa membayangkan bagaimana mahasiswa dapat bersiasat mengatasi kebosanan mereka. Dengan “fleksibilitas interpretatif” pula aplikasi seperti Zoom akan terus relevan keberadaannya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183444/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Fitur chat box Zoom yang awalnya dirancang untuk keperluan diskusi secara tertulis dalam konferensi, kini diadaptasi oleh mahasiswa menjadi semacam ‘ruang alternatif’ untuk mengatasi kebosanan.Amalinda Savirani, Lecturer, Department of Politics and Government, Universitas Gadjah Mada Arga Pribadi Imawan, Researcher, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1805792022-04-05T09:30:58Z2022-04-05T09:30:58ZWaspada romance scam: penipuan yang ‘memainkan’ aspek psikologis korban menggunakan platform teknologi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/456323/original/file-20220405-20-ce37jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=25%2C25%2C5526%2C3675&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Foto oleh Kelly Sikkema (Unsplash)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Sebuah dokumenter produksi Netflix <a href="https://www.pramborsfm.com/entertainment/netlifx-akan-hadirkan-film-dokumenter-seorang-pria-asal-israel-yang-menipu-lewat-tinder"><em>Tinder Swindler</em></a> yang bercerita tentang penipuan yang dilakukan oleh laki-laki bernama Simon Leviev melalui aplikasi kencan <em>Tinder</em> sempat viral beberapa waktu lalu. Diprediksi, kerugian dari penipuan yang dilakukan sosok Simon Leviev ini mencapai <a href="https://www.suara.com/news/2022/02/07/133334/4-fakta-film-the-tinder-swindler-crazy-rich-palsu-yang-beraksi-di-aplikasi-kencan-raup-keuntungan-capai-rp-143-miliar?page=2">10 juta dolar AS</a>.</p>
<p>Kasus serupa juga terjadi di Indonesia. Julukan <em>Tinder Swindler</em> Indonesia+ diberikan kepada <a href="https://finance.detik.com/moneter/d-5987338/heboh-tinder-swindler-indonesia-ngaku-sultan-padahal-tipu-jutaan-rupiah">James Daniel Sinaga</a> yang diduga menipu hingga puluhan juta rupiah. </p>
<p>Dua kasus ini sebenarnya potret fenomena kasus yang <a href="https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Kom/article/download/1442/1312">berawal dari hubungan melalui dunia maya</a> yang ternyata berujung pada penipuan. </p>
<h2>Mengapa <em>romance scam</em>?</h2>
<p>Tujuan penipuan <em>romance scam</em> tak jauh dari materi kepunyaan korban: uang, barang, bahkan identitas pribadi. </p>
<p>Para penipu akan berpura-pura menjadi pasangan prospektif di media sosial atau aplikasi kencan lalu <a href="https://www.scamwatch.gov.au/types-of-scams/dating-romance">memainkan emosi korban</a> guna memanipulasi pikiran dan membuatnya mendapatkan apapun yang mereka minta.</p>
<p>Praktik penipu memanfaatkan celah psikologis korban. Literatur menunjukkan bahwa para korban <em>romance scam</em> ini memiliki ciri karakter serupa, yaitu <a href="https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Kom/article/download/1442/1312">perasaan kesepian</a>. Sementara, pelaku berusaha masuk untuk memenuhi perasaan sepi dengan cinta dan perhatian yang pamrih karena mereka meminta imbalan berupa materi biasanya.</p>
<p>Monica T. Whitty, peneliti sekaligus profesor dalam bidang <em>cybersecurity</em> di University of New South Wales, Canberra, Australia, menyebutkan karakter lain yang teridentifikasi pada korban <em>romance scam</em>, yaitu pribadi yang cenderung <a href="https://www.researchgate.net/publication/317987761_Do_You_Love_Me_Psychological_Characteristics_of_Romance_Scam_Victims">impulsif </a>. Korban dengan impulsivitas tinggi lebih mudah untuk segera memenuhi permintaan para penipu. Aspek impulsivitas mencakup dua hal yang menjelaskan mengapa seseorang menjadi korban <em>romance scam</em> adalah karakter yang suka mencari perhatian dan pecandu.</p>
<p>Para pelaku <em>romance scam</em> seringnya menggunakan cerita yang heboh, rumit, dan fantastis. Metode ini ternyata berhasil pada orang dengan karakter yang mencari perhatian. </p>
<p>Karakter pecandu menjelaskan mengapa para korban cenderung sulit meninggalkan para pelaku <em>romance scam</em>, bahkan ketika sudah diberi tahu oleh penegak hukum. </p>
<p>Pada <a href="https://www.researchgate.net/publication/317987761_Do_You_Love_Me_Psychological_Characteristics_of_Romance_Scam_Victims">studi yang sama</a>, jika melihat dari sisi identitas korban, pola yang terlihat adalah para korban biasanya berusia paruh baya. Alasan yang dapat menjelaskan adalah para korban pada usia ini memiliki lebih banyak pendapatan, selain itu mereka juga cenderung mencari pasangan melalui situs kencan. </p>
<p>Dalam konteks Indonesia, kasus ini pernah terjadi pada 2017 silam dan membidik <a href="https://www.liputan6.com/tekno/read/2986426/banyak-emak-emak-jadi-korban-penipuan-internet-berkedok-cinta"><em>emak-emak</em> berusia 35 tahun</a> ke atas.</p>
<p>Jangan terburu menghakimi korban. Para penipu ini dapat berkomitmen dalam jangka panjang. Kasus <a href="https://theconversation.com/bagaimana-para-penipu-asmara-membuat-anda-jatuh-cinta-dan-cara-menghindarinya-130297">Exposto, seorang nenek dari Australia korban kasus <em>romance scammer</em></a>, menunjukkan bahwa pelaku adalah sosok yang tidak segan ‘berinvestasi’ pada waktu demi mendapatkan kepercayaan korbannya. Hal ini memberi ilusi bahwa korban sungguh-sungguh berelasi dengan sosok nyata dan dapat dipercaya.</p>
<h2>Proses <em>romance scam</em></h2>
<p><a href="https://www.researchgate.net/publication/275189007_Anatomy_of_the_online_dating_romance_scam">Proses penipuan berbasis hubungan romantis</a> melalui beberapa fase: (1) pelaku membuat profil yang menarik perhatian korban; (2) pelaku meyakinkan korban supaya korban tidak merasa keberatan jika harus mengirimkan uang; (3) pelaku mulai meminta dana dari korban (dengan empat kemungkinan lintasan); (4) beberapa pelaku melakukan pelecehan seksual, dan; (5) pengungkapan jati diri bahwa pelaku adalah seorang penipu.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=353&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=353&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=353&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=444&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=444&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/456101/original/file-20220404-17-up8zao.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=444&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tangkapan Layar Lintasan Penipuan Romansa (Romance Scam Trajectories) (Sumber: Whitty, 2013)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita juga perlu waspada bahwa penipuan berbasis hubungan romantis ini tidak terjadi melalui aplikasi kencan saja. </p>
<p>Berbagai media sosial dapat menjadi sarana yang potensial bagi penipu. Mereka akan membuat profil dan mencari korbannya tersebar dari media sosial seperti Facebook, Instagram, bahkan yang dianggap sebagai media sosial profesional seperti LinkedIn. </p>
<p>Pelaku juga tidak segan <a href="https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/698-romance-scam-dan-teori-fraud-triangle">menggunakan foto orang lain</a> yang dinilai berpotensi menarik perhatian calon korban.</p>
<p>Konten yang disampaikan oleh penipu atau pelaku <em>romance scam</em> ini juga perlu menjadi perhatian. </p>
<p>Pesan-pesan mereka kepada korban dalam <em>romance scam</em> ini cenderung memiliki kekuatan atau kendali besar, yang sifatnya memanipulasi pikiran korban tentang siapa diri mereka. </p>
<p>Selain itu, para pelaku <em>scammer</em> tidak akan malu untuk terus bersikap pamer . Ditambah, para penerima pesan atau para korban biasanya memiliki karakteristik orang yang kesepian sehingga mereka <a href="https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jppki/article/download/592/374">lebih mudah termakan pesan-pesan dari para <em>romance scammers</em></a>.</p>
<h2>Bagaimana hukum di Indonesia mengatur ini</h2>
<p>Berkaitan dengan penegakan hukum, kasus <em>romance scam</em> masuk dalam kategori bentuk Kekerasan Seksual. Dosen Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Sri Wiyanti Edyyono, menyebutkan bahwa <em>love scam</em> bukan fenomena baru dan banyak terjadi. <a href="https://www.ugm.ac.id/id/berita/20847-penegakan-hukum-terhadap-love-scam-di-indonesia-belum-konsisten">Sayangnya, jarang yang melaporkan kasus ini</a>.</p>
<p>Wiyanti melanjutkan bahwa alasan jarangnya laporan kasus ini adalah ketakutan (dari sisi korban) akan dijadikan bahan bercanda, kekhawatiran disalahkan, dan adanya perasaan malu. Ketakutan ini juga muncul ketika kasus ini tidak dianggap serius saat dilaporkan ke penegak hukum kecuali kasus ini berhasil mendapatkan sorotan publik.</p>
<p>Jika melihat data pemerintah pun, jenis kasus penipuan yang terdata didominasi oleh penipuan berbasis <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20211015085350-185-708099/kominfo-catat-kasus-penipuan-online-terbanyak-jualan-online">transaksi <em>online</em></a>. Lalu diikuti oleh kasus penipuan terkait narkotika dan obat terlarang, pemerasan, pencucian uang dan korupsi, investasi <em>online</em> fiktif, prostitusi <em>online</em>, terorisme dan radikalisme, dan kejahatan lainnya. Padahal, kasus penipuan berbasis hubungan romantis ini mudah sekali kita temukan di internet.</p>
<p><a href="https://www.ugm.ac.id/id/berita/20847-penegakan-hukum-terhadap-love-scam-di-indonesia-belum-konsisten">Dukungan hukum</a> untuk menangani masalah <em>romance scam</em> juga dianggap belum konsisten, pengawasan terhadap kasus yang tidak berkelanjutan, serta permasalahan mengenai keamanan data. Akibatnya, penanganan terhadap masalah ini menjadi tidak bisa menyeluruh dan menembus akar permasalahan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/180579/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dhalia Ndaru Herlusiatri Rahayu tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Para pelaku penipuan berbasis romansa terbilang cerdik dalam memanfaatkan celah psikologis. Mereka yang menjadi korban tak jarang adalah individu dengan perasaan kesepian.Dhalia Ndaru Herlusiatri Rahayu, Research Associate, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1759332022-01-31T09:24:30Z2022-01-31T09:24:30ZBlockchain, NFT, dan Metaverse: euforia berlebihan atau budaya digital baru?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/443399/original/file-20220131-116247-1hnss9m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/1TXttGeEdFWkEyiYodjXWG?utm_source=generator" width="100%" height="232" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture"></iframe>
<p>Memasuki tahun 2022, masyarakat Indonesia diterpa beragam istilah teknologi anyar, dari “<a href="https://theconversation.com/nfts-are-much-bigger-than-an-art-fad-heres-how-they-could-change-the-world-159563"><em>Non-Fungible Token</em></a>” (NFT) hingga “<a href="https://theconversation.com/what-is-the-metaverse-2-media-and-information-experts-explain-165731">Metaverse</a>”.</p>
<p>Beberapa pekan lalu, misalnya, seorang mahasiswa untung total <a href="https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/61e65455aada9/raup-rp1-7-miliar-begini-cara-hitung-untung-ghozali-everyday-jual-nft">lebih dari Rp 1 miliar</a> berkat koleksi selfie (swafoto) yang ia jual di pasar produk NFT terbesar, yakni OpenSea.</p>
<p>NFT adalah <a href="https://www.theverge.com/22310188/nft-explainer-what-is-blockchain-crypto-art-faq">token kepemilikan digital</a> berbasis teknologi <em>blockchain</em> (sistem pencatatan data yang menjadi fondasi mata uang kripto) yang bersifat unik dan tiada duanya sehingga ideal untuk memperjualbelikan karya seni digital.</p>
<p>Di lain kesempatan, Presiden Joko Widodo juga sempat menyatakan di acara Nahdlatul Ulama (NU) bahwa suatu saat <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211222112941-20-737201/terinspirasi-zuckerberg-jokowi-sebut-warga-nu-bisa-ngaji-di-metaverse">para santri dapat mengaji di Metaverse</a> – suatu dunia virtual serupa dengan yang digambarkan di film <a href="https://www.imdb.com/title/tt1677720/"><em>Ready Player One</em></a> (2018) arahan Steven Spielberg.</p>
<p>Tapi apakah berbagai perkembangan teknologi tersebut hanya sebatas euforia berlebihan dari masyarakat, atau justru akan menjadi budaya digital baru masa depan?</p>
<p>Untuk membongkarnya, pada <a href="https://open.spotify.com/episode/1TXttGeEdFWkEyiYodjXWG?si=ed84780fa1384f58">episode podcast SuarAkademia kali ini</a>, kami berbincang dengan Wisnu Uriawan, peneliti teknologi <em>blockchain</em> di Universite de Lyon, Prancis.</p>
<p>Wisnu membedah dan mengilustrasikan apa sebenarnya yang dimaksud dengan NFT, blockchain, higga metaverse. Ia juga menceritakan beragam potensi aplikasinya di masa depan, namun juga berbagai hambatan atas adopsinya oleh masyarakat luas.</p>
<p>Dengarkan lengkapnya hanya di <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=eb5e51aa08a046d4">SuarAkademia</a> – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/175933/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode kali ini, kami ngobtol dengan Wisnu Uriawan, peneliti teknologi blockchain di Universite de Lyon, Prancis tentang hiruk-pikuk beragam istilah teknologi anyar, dari NFT hingga Metaverse.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1679832022-01-04T08:03:53Z2022-01-04T08:03:53ZBagaimana membuat kuliah tidak membosankan: jawabannya bukan teknologi, tapi memahami cara mengajar yang baik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/421256/original/file-20210915-15-1hn8knb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C4299%2C2866&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/bored-male-student-listens-lecture-university-1077839498">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Dengan kembalinya pembelajaran tatap muka di beberapa universitas Australia tahun ini, Wakil Rektor Australian National University (ANU), Brian Schmidt <a href="https://campusmorningmail.com.au/news/lets-it-hear-for-live-and-in-person%20-lecturing/">memperkirakan</a> bahwa jumlah perkuliahan akan berkurang dan tidak sekadar menjadi solusi memperbaiki pengajaran <em>online</em> yang kurang optimal selama pandemi. </p>
<p>Sejak saat itu pula, banyak pihak telah <a href="https://www.aare.edu.au/blog/?p=8996">mendiskusikan bagaimana perkuliahan yang ideal</a>, termasuk wakil rektor University of Technology Sydney dan direktur National Center for Student Equity in Higher Education di Australia Barat, dengan berbagai gagasan – mulai dari <a href="https://www.aare.edu.au/blog/?p=8377">kembali mengadopsi sistem kuliah seperti biasa hingga menghapuskan kuliah sepenuhnya</a>.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1361073268451463171"}"></div></p>
<p>Selama ini memang ada <a href="http://www.theguardian.com/higher-education-network/blog/2014/may/15/ten-reasons-we-should-ditch-university-lectures">banyak kritikan</a> terhadap sistem perkuliahan. Namun, ketergantungan pada teknologi yang mendadak muncul karena COVID ini telah menguatkan seruan untuk mengakhiri tradisi perkuliahan. Dari berbagai wacana yang beredar, kuliah akan digantikan dengan <a href="https://theconversation.com/covid-killed-the-on-campus-lecture-but-will-unis-raise-it-from-the-dead-152971">berbagai sistem teknologi yang canggih</a>.</p>
<p>Berbagai aspirasi ini didasari oleh dua asumsi: bahwa kuliah adalah sarana pengajaran yang buruk, dan penggunaan teknologi akan memperbaiki pembelajaran.</p>
<p>Tetapi, apakah asumsi-asumsi ini tepat? Ketimbang mentah-mentah menolak kuliah dan mengadopsi teknologi, ada baiknya kita melihat kedua aspek ini, beserta keterkaitan antar keduanya, dengan lebih dekat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/cara-menciptakan-kelas-online-yang-interaktif-di-tengah-pandemi-covid-19-pelajaran-dari-singapura-140738">Cara menciptakan kelas _online_ yang interaktif di tengah pandemi COVID-19: pelajaran dari Singapura</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Suka-duka kita terkait sistem perkuliahan</h2>
<p>Wacana tentang penghapusan sistem kuliah biasanya memiliki beberapa pola.</p>
<p>Keluhan paling umum menyebutkan bahwa kuliah adalah sistem yang didaktik (seperti “menceramahi”) dengan <a href="https://www.sciencemag.org/news/2014/05/lectures-arent-just-boring-theyre-ineffective-too-study-%20menemukan">pembelajaran yang pasif dan membosankan</a>. Kritik ini sering disertai dengan argumen bahwa rentang perhatian siswa di kelas hanya sebatas <a href="https://resilienteducator.com/classroom-resources/short-attention-span-class-structure/">10-18 menit</a> saja.</p>
<p>Meskipun <a href="https://journals.physiology.org/doi/full/10.1152/advan.00109.2016">klaim ini tidak terbukti</a>, kita semua pernah merasakan betapa susahnya fokus dan tetap terjaga saat diceramahi oleh dosen di depan kelas. Tapi, sebaliknya, kita juga pernah merasakan beberapa sesi perkuliahan yang sangat menarik dan mengasyikkan.</p>
<p>Siapa pun yang pernah menghadiri TED Talk, atau setidaknya menontonnya di YouTube, tahu bagaimana rasanya terpikat oleh presentasi seseorang selama <a href="https://www.ted.com/participate/organize-a-local-tedx-%20acara/tedx-organizer-guide/speakers-program/event-program">3-18 menit</a> tersebut.</p>
<p>Tapi bisakah kuliah tetap menarik perhatian orang-orang jika melebihi 18 menit?</p>
<p>Mendiang Profesor Randy Pausch terkenal karena kuliahnya yang berkualitas dan menggugah, terlebih pada kelas terakhirnya, “<a href="https://www.cmu.edu/randyslecture/"><em>Randy Pausch’s Last Lecture</em></a>”, yang disampaikannya setelah menerima diagnosis kanker pankreas yang mematikan. Ceramah itu disampaikan dalam waktu kurang lebih satu jam 15 menit, dan banyak yang menganggapnya sebagai suatu mahakarya <a href="https://www.nytimes.com/2008/04/08/health/08well.html">pengajaran dan komunikasi</a>.</p>
<p>Kuliah yang berdurasi panjang memang dapat berdampak besar bagi seseorang. Tapi, untuk benar-benar memberikan dampak positif itu, seseorang perlu memahami faktor yang membuat suatu kuliah menjadi berkualitas lalu berkomitmen untuk terus memperbaikinya.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/ji5_MqicxSo?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Sesi kuliah terakhir Randy Pausch.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Terus bereksperimen dan berefleksi</h2>
<p>Pausch menantang stereotip tentang apa itu perkuliahan. Dia menggunakan <a href="https://www.talkingaccounting.com/2019/01/07/using-props-in-the-classroom/">alat peraga fisik, multimedia, dan sumber daya lainnya</a> untuk mendorong batas-batas perkuliahan yang selama ini membosankan dan cenderung satu arah. Hasilnya adalah suatu sesi kuliah yang dinamis dan senantiasa melibatkan audiens sehingga mampu memikat dan mempertahankan atensi mereka.</p>
<p>Memberikan kuliah dengan kualitas seperti itu memerlukan lebih dari sekadar pengalaman. Kita harus <a href="https://poorvucenter.yale.edu/ReflectiveTeaching">mengevaluasi praktik mengajar kita</a>, merefleksikan kembali kualitas dan tujuan pemaparan kita di kelas, kemudian berkomitmen untuk mengembangkan kuliah tersebut maupun kemampuan komunikasi diri kita sendiri.</p>
<p>Profesor Eric Mazur menjelaskan bagaimana ia, saat mengajar fisika di Harvard pada tahun 1990-an, menyadari bahwa <a href="https://harvardmagazine.com/2012/03/twilight-of-the-lecture">kuliahnya gagal</a> membuat murid-muridnya tetap tertarik atau pun memenuhi tujuan pembelajaran mata kuliah tersebut. Kesadaran ini akhirnya ia digunakan sebagai batu loncatan untuk meningkatkan kuliahnya dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengajarannya.</p>
<p>Sejak saat itu, Mazur kerap dianggap sebagai ahli dalam meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam kuliah. Dia telah menciptakan berbagai solusi bagi para akademisi untuk membuat siswa tetap aktif dalam perkuliahan, bahkan melampaui batas 18 menit. Teknik yang dianjurkan oleh <a href="https://mazur.harvard.edu/presentations/keynote-twilight-lecture-peer-instruction-active-learning">Mazur</a> mencangkup berbagai hal; mulai dari <a href="https://youtu.be/Z9orbxoRofI">mengintegrasikan instruksi antar mahasiswa ke dalam kuliah</a> hingga <a href="https://youtu.be/iisnPrQLcNU">menggunakan platform kolaboratif yang canggih</a> untuk memastikan persiapan mahasiswa sebelum kuliah.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/universitas-bisa-gandeng-platform-kelas-online-untuk-wujudkan-visi-kampusmerdeka-nadiem-147924">Universitas bisa gandeng platform kelas online untuk wujudkan visi #KampusMerdeka Nadiem</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Hilangkan asumsi, bukan perkuliahan</h2>
<p>Lalu bagaimana dengan klaim bahwa munculnya teknologi dapat menggantikan tradisi perkuliahan? Hal ini tampaknya perlu kita ragukan karena beberapa alasan.</p>
<p>Metode Pausch dan Mazur dapat ditransfer ke ruang <em>online</em>, sekalipun kita tidak menyebutnya lagi sebagai “perkuliahan”. Wujudnya dapat kita lihat di platform pembelajaran <em>online</em> terkemuka seperti <a href="https://www.khanacademy.org">Khan Academy</a> atau <a href="https://www.linkedin.com/learning/">LinkedIn Learning</a> (sebelumnya <a href="https://www.lynda.com">Lynda</a>). Beragam bentuk pengajaran ini membuat kami sadar bahwa teknologi dapat benar-benar membantu kuliah alih-alih sekadar menggantikannya.</p>
<p>Nah, sekarang mari kita balik pertanyaannya: apakah penggunaan teknologi dapat menjamin dan bahkan memperbaiki sistem pengajaran?</p>
<p>Teknologi dapat mempermudah berbagai praktik, seperti penggunaan <a href="https://elearning.uq.edu.au/guides/virtual-classroom/using-zoom-tips">fitur <em>polling</em> (jejak pendapat), <em>break-out room</em> (ruang diskusi privat layaknya di Zoom), serta <em>timer</em> (penerapan batas waktu)</a>. Teknologi bahkan dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6798020/">membuka ruang untuk berbagai kemungkinan dan paradigma baru</a> dalam pengajaran. Namun tentu tidak ada jaminan pasti.</p>
<p>Jumlah <a href="http://hackeducation.com/2019/12/31/what-a-shitshow">teknologi pendidikan yang berujung gagal</a> sangatlah banyak. Saat membedah apa yang salah, kami menemukan beberapa <a href="https://www.insidehighered.com/blogs/higher-ed-gamma/why-most-ed-tech-fails">kesalahpahaman yang umum terjadi</a>.</p>
<p>Salah satunya adalah kesalahpahaman bahwa menggunakan teknologi otomatis sama dengan meningkatkan kualitas pengajaran. Teknologi tidak membawa nilai pedagogis. Mengganti podium presentasi menjadi iPad tidak kemudian mengubah pembelajaran yang biasanya membosankan dan satu arah, tiba-tiba menjadi interaktif dan hidup.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Siswa yang kesulitan untuk memperhatikan kuliah online" src="https://images.theconversation.com/files/401465/original/file-20210519-3808-mr67wn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/401465/original/file-20210519-3808-mr67wn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/401465/original/file-20210519-3808-mr67wn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/401465/original/file-20210519-3808-mr67wn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/401465/original/file-20210519-3808-mr67wn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/401465/original/file-20210519-3808-mr67wn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/401465/original/file-20210519-3808-mr67wn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kuliah yang bersifat satu arah dan membosankan adalah pengajaran yang buruk, baik jika itu disampaikan secara <em>online</em> maupun <em>offilne</em>.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/bored-unhappy-woman-watching-lon-online-1873189777">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sama seperti kuliah, penggunaan teknologi harus berangkat dari komitmen kuat untuk membenahi pengajaran maupun pengajar itu sendiri.</p>
<h2>Jadilah kritis, reflektif, dan terus memperbaiki diri</h2>
<p>Teknologi tidak pernah bisa menggantikan nilai pedagogis dari praktik belajar dan mengajar. Meski teknologi dapat mendorong transformasi besar, ia tidak semestinya jadi syarat mutlak untuk memperbaiki cara mengajar.</p>
<p>Entah seseorang merupakan pengajar berteknologi tinggi atau pun rendah, ia tetap dapat memberikan kuliah yang baik atau menemukan alternatif lain yang efektif jika memprioritaskan teknik mengajar di atas teknologi.</p>
<p>Kita perlu menolak anggapan bahwa sistem perkuliahan adalah malapetaka bagi mahasiswa, dan juru selamatnya adalah teknologi. Alih-alih, mari kita menggali lebih dalam dan mengkritisi bagaimana cara meningkatkan praktik pengajaran, serta menerapkan metode mengajar yang baik untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan berdampak besar bagi mahasiswa.</p>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/167983/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Beberapa mahasiswa mempertanyakan kenapa harus kembali kuliah tatap muka. Yang lain kesulitan belajar online. Dosen yang baik berfokus pada teknik mengajar, entah media apa pun yang mereka gunakan.Christopher Charles Deneen, Associate Professor & Enterprise Research Fellow in Education Futures, University of South AustraliaMichael Cowling, Associate Professor – Information & Communication Technology (ICT), CQUniversity AustraliaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.