tag:theconversation.com,2011:/us/topics/unfccc-77963/articles
UNFCCC – The Conversation
2021-10-29T11:30:34Z
tag:theconversation.com,2011:article/170883
2021-10-29T11:30:34Z
2021-10-29T11:30:34Z
“Neraka pada 2050”: krisis iklim isu hidup mati bagi generasi muda
<iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/2jLamnDWDLZ8WbV5KYKCtz" width="100%" height="232" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture"></iframe>
<p>Pada akhir Oktober ini, dunia akan bertemu dalam <a href="https://www.pbs.org/newshour/science/how-global-climate-negotiations-work-and-what-to-expect-from-the-cop26-summit-in-glasgow">Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (disebut COP) yang ke-26</a> di Glasgow, Skotlandia untuk membahas komitmen terbaru setiap negara untuk mengatasi krisis iklim.</p>
<p>Jika dunia terus menghasilkan emisi gas rumah kaca dan membiarkan perubahan iklim, suhu bumi <a href="https://www.theguardian.com/environment/ng-interactive/2021/oct/14/climate-change-happening-now-stats-graphs-maps-cop26">bisa melebihi 2°C</a> (dihitung sejak revolusi industri) antara tahun 2030-2050 – dengan <a href="https://theconversation.com/this-is-the-most-sobering-report-card-yet-on-climate-change-and-earths-future-heres-what-you-need-to-know-165395">konsekuensi yang luar biasa</a> bagi umat manusia.</p>
<p>Namun, pada tahun 2050, salah satu pihak yang akan paling merasakan dampak dari krisis iklim adalah generasi muda yang hidup saat ini.</p>
<p>Pada tahun tersebut, generasi muda berpotensi merasakan apa yang disebut Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai “<a href="https://twitter.com/antonioguterres/status/1443704909300371457?s=20">masa depan layaknya neraka</a>” – kekurangan pangan, berbagai kota tenggelam, hingga kebakaran hutan yang terjadi terus menerus.</p>
<p>Untuk membedah hal ini dengan lebih dalam, pada episode podcast SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan <a href="https://researchers.anu.edu.au/researchers/astuti-rx">Rini Astuti</a>, peneliti iklim di Australian National University (ANU).</p>
<p>Rini menceritakan <a href="https://theconversation.com/this-is-the-most-sobering-report-card-yet-on-climate-change-and-earths-future-heres-what-you-need-to-know-165395">kondisi terkini</a> parahnya krisis iklim di dunia, konsekuensinya pada generasi muda di beberapa dekade ke depan, <a href="https://theconversation.com/young-climate-activists-have-far-more-power-than-they-realise-170537">aktivisme anak muda</a> yang bermunculan di seluruh dunia, hingga langkah yang bisa diambil untuk menjamin terlibatnya suara anak muda dalam pembautan kebijakan terkait iklim.</p>
<p>Simak lengkapnya di SuarAkademia – ngobrol isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/170883/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode kali ini, kami ngobrol dengan Rini Astuti, peneliti iklim di Australian National University tentang bagaimana generasi muda akan merasakan dampak terparah krisis iklim pada tahun 2050.
Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education Editor
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/159739
2021-05-17T08:09:15Z
2021-05-17T08:09:15Z
Ilmuwan iklim : konsep “net zero” adalah perangkap berbahaya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/399378/original/file-20210507-15-1twpdvc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1284%2C3271%2C2805&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/A_AQxGz9z5I">Thijs Stoop/Unsplash</a>, <a class="license" href="http://artlibre.org/licence/lal/en">FAL</a></span></figcaption></figure><p>Terkadang kesadaran datang tiba-tiba. Hal yang kabur mendadak jadi masuk akal. </p>
<p>Di balik kesadaran ini, biasanya ada proses yang sangat lambat. </p>
<p>Keraguan pun tumbuh di pikiran. </p>
<p>Kebingungan akan segala hal yang tidak bisa pas satu sama lain meningkat, hingga ada yang berubah. </p>
<p>Ketiga penulis artikel ini, secara kolektif, telah menghabiskan lebih dari 80 tahun untuk meneliti perubahan iklim.</p>
<p>Mengapa butuh waktu lama bagi kami untuk berbicara tentang bahaya dari konsep <em>net zero</em> (nol bersih)? </p>
<p>Argumen pembelaan kami adalah bagi kami awalnya dasar pemikiran nol bersih terlihat seperti sederhana. Dan, kami pun tertipu. </p>
<p>Ancaman perubahan iklim merupakan akibat langsung dari terlalu banyak karbon dioksida di atmosfer.</p>
<p>Oleh karena itu, kita harus berhenti mengeluarkan lebih banyak dan bahkan menghilangkan sebagian.</p>
<p>Ide ini adalah inti dari rencana dunia saat ini untuk menghindari bencana.</p>
<p>Ada banyak saran untuk melakukan ini, mulai dari penanaman pohon massal hingga teknologi tinggi <a href="https://www.bbc.com/future/article/20210310-the-trillion-dollar-plan-to-capture-co2">penangkapan udara secara langsung</a>, suatu perangkat yang menyedot karbon dioksida dari udara.</p>
<iframe id="noa-web-audio-player" style="border: none" src="https://embed-player.newsoveraudio.com/v4?key=x84olp&id=https://theconversation.com/climate-scientists-concept-of-net-zero-is-a-dangerous-trap-157368&bgColor=F5F5F5&color=D8352A&playColor=D8352A" width="100%" height="110px"></iframe>
<p>Konsensus saat ini adalah bahwa jika kita menerapkan ini dan teknik “penghilangan karbon dioksida” pada saat yang sama mengurangi pembakaran bahan bakar fosil, kita dapat lebih cepat menghentikan pemanasan global.</p>
<p>Harapannya, kita akan mencapai “nol bersih” pada pertengahan abad ini. </p>
<p>Nol bersih adalah titik di mana sisa emisi gas rumah kaca diseimbangkan oleh teknologi yang menghilangkannya dari atmosfer.</p>
<p>Pada prinsipnya, ini adalah ide yang bagus. </p>
<p>Sayangnya, dalam praktiknya, ini menumbuhkan keyakinan atas <a href="https://www.carbonbrief.org/guest-post-a-brief-history-of-climate-t%20Target-and-technological-promises">keselamatan melalui teknologi</a> dan <a href="https://www.ft.com/content/2d96502f-c34d-4150-aa36-9dc16ffdcad2">menurunkan</a> kedaruratan untuk memangkas emisi saat ini. </p>
<p>Kami telah sampai pada kesadaran yang menyakitkan bahwa gagasan nol bersih telah menghasilkan pendekatan sembrono, “bakar sekarang, bayar nanti”, dengan melihat emisi karbon terus melonjak.</p>
<p>Ini juga mempercepat kerusakan alam dengan <a href="https://www.theguardian.com/world/2021/jan/14/carbon-neutrality-is-a-fairy-tale-how-the-%20race-for-renewables-is-burning-europes-forest">kenaikan deforestasi</a> dan sangat meningkatkan risiko kehancuran lebih lanjut di masa depan.</p>
<p>Untuk memahami bagaimana ini terjadi, bagaimana manusia mempertaruhkan peradaban hanya dengan janji-janji solusi di masa depan, kita harus kembali ke akhir 1980-an, ketika perubahan iklim masuk ke panggung internasional.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Langkah menuju nol bersih</h2>
<p>Tanggal 22 Juni 1988, James Hansen adalah administrator di Goddard Institute for Space Studies, NASA, - jabatan bergengsi tetapi tidak banyak dikenal di luar akademisi.</p>
<p>Pada tanggal 23 sore, James Hansen akan menjadi ilmuwan iklim terkenal di dunia.</p>
<p>Ini adalah dampak dari <a href="https://www.sealevel.info/1988_Hansen_Senate_Testimony.html">kesaksiannya kepada kongres AS</a>, ketika ia mempresentasikan, secara forensik, bukti iklim Bumi menghangat karena manusia : “Efek rumah kaca telah terdeteksi dan sedang mengubah iklim kita.”</p>
<p>Jika kita bertindak berdasarkan kesaksian James Hansen saat itu, kita akan dapat dekarbonisasi sekitar 2% per tahun untuk memberi kita sekitar dua-dari-tiga kesempatan untuk membatasi pemanasan tidak lebih dari 1,5°C.</p>
<p>Hal tersebut akan menjadi tantangan besar, tetapi tugas utama saat itu adalah hanya memperlambat penggunaan bahan bakar fosil sambil berbagi jatah emisi di masa depan secara adil.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Alt text" src="https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Grafik yang menunjukkan seberapa cepat mitigasi harus terjadi untuk mempertahankan 1,5°C.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://folk.universitetetioslo.no/roberan/img/GCB2018/PNG/s00_2018_Mitigation_Curves_1.5C.png">© Robbie Andrew</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Empat tahun kemudian, ada secercah harapan bahwa ini akan mungkin terjadi.</p>
<p>Selama <a href="https://www.un.org/en/conferences/environment/rio1992">KTT Bumi di Rio</a> tahun 1992 , semua negara setuju untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca untuk memastikan bahwa mereka tidak menimbulkan gangguan berbahaya pada iklim.</p>
<p>KTT Kyoto tahun 1997 berusaha untuk mempraktikkan tujuan tersebut. Namun, seiring berlalunya waktu, tugas awal untuk menjaga manusia tetap aman menjadi semakin sulit mengingat penggunaan bahan bakar fosil yang terus meningkat.</p>
<p>Saat itu, modeling komputer pertama menghubungkan emisi gas rumah kaca dengan dampak pada berbagai sektor ekonomi mulai dikembangkan.</p>
<p>Model ekonomi-iklim hibrid ini dikenal sebagai <a href="https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780199363445/obo-9780199363445-0043.xml">Model Penilaian Terpadu</a>.</p>
<p>Model ini menghubungkan aktivitas ekonomi dengan iklim dengan, misalnya, mengeksplorasi bagaimana perubahan dalam investasi dan teknologi dapat menyebabkan perubahan emisi gas rumah kaca.</p>
<p>Ini seperti keajaiban: Anda memasukkan suatu kebijakan di layar komputer sebelum menerapkannya, menyelamatkan manusia dari eksperimen yang mahal.</p>
<p>Model ini secara cepat berkembang sebagai pedoman utama kebijakan iklim. Keutamaan yang masih dipertahankan hingga hari ini.</p>
<p>Sayangnya, mereka juga menghilangkan kebutuhan akan pemikiran kritis yang mendalam.</p>
<p>Model tersebut mewakili masyarakat sebagai jaringan yang diidealkan, <a href="https://www.carbonbrief.org/qa-how-integrated-assessment-models-are-used-to-study-climate-change">pembeli dan penjual tanpa emosi</a> dan akhirnya mengabaikan realitas sosial dan politik yang kompleks, atau bahkan dampak perubahan iklim itu sendiri.</p>
<p>Janji yang tersirat adalah pendekatan berbasis pasar akan selalu berhasil. Artinya, diskusi tentang kebijakan terbatas pada posisi yang paling nyaman bagi politisi: perubahan bertahap pada undang-undang dan pajak.</p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Artikel ini merupakan kolaborasi antara para editor Conversation Insights dan Apple News</em></strong>
<br><em>Tim Insights menghasilkan <a href="https://theconversation.com/uk/topics/insights-series-71218">jurnalisme mendalam</a> dan bekerja dengan akademisi dari berbagai latar belakang yang telah terlibat dalam proyek untuk mengatasi tantangan sosial dan ilmiah.</em> </p>
<hr>
<p>Saat pertama kali model ini dikembangkan, banyak upaya sedang dilakukan untuk <a href="https://web.archive.org/web/20121031094826/http://www.tyndall.ac.uk/content/%20iklim-rezim-hague-marrakech-save-or-sinking-kyoto-protocol">mengamankan tindakan AS terhadap iklim</a> dengan menghitung penyerap karbon dari hutan negara.</p>
<p>AS berargumen bahwa jika mengelola hutan dengan baik, akan menyimpan karbon dalam jumlah besar di pohon dan tanah, sehingga harus dikurangi dari kewajiban untuk membatasi pembakaran batu bara, minyak dan gas.</p>
<p>Pada akhirnya, AS berhasil dengan alasan ini.</p>
<p>Ironisnya, semua konsesi tersebut sia-sia karena senat AS tidak pernah <a href="https://www.epw.senate.gov/public/index.cfm/2016/4/failures-of-kyoto-will-%20ulangi-dengan-the-paris-iklim-kesepakatan">meratifikasi perjanjian</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pemandangan udara dari dedaunan musim gugur." src="https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=316&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=316&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=316&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=398&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=398&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=398&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Hutan seperti ini di Maine, AS, tiba-tiba dihitung dalam anggaran karbon sebagai insentif bagi AS untuk bergabung dengan Perjanjian Kyoto.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/autumn-foliage-maine-forest-brilliant-red-694925377">Inbound Horizons/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mendalilkan masa depan dengan lebih banyak pohon dapat mengimbangi pembakaran batu bara, minyak dan gas sekarang.</p>
<p>Modeling dapat dengan mudah menghasilkan angka karbon dioksida di atmosfer turun serendah yang diinginkan, skenario yang lebih canggih yang mengurangi persepsi urgensi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.</p>
<p>Dengan memasukkan penyerap karbon dalam model ekonomi-iklim, kotak Pandora telah dibuka.</p>
<p>Di sinilah kita menemukan asal mula kebijakan “nol bersih” saat ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun demikian, sebagian besar perhatian pada pertengahan 1990-an difokuskan pada peningkatan efisiensi energi dan peralihan energi (seperti Inggris yang berpindah dari <a href="https://www.ft.com/content/a05d1dd4-dddd-11e9-%209743-db5a370481bc">batu bara ke gas</a>) dan potensi energi nuklir untuk menghasilkan listrik bebas-karbon dalam jumlah besar.</p>
<p>Harapannya, inovasi semacam itu dapat dengan cepat membalikkan peningkatan emisi bahan bakar fosil.</p>
<p>Namun, menjelang pergantian milenium baru, sangat jelas bahwa harapan seperti itu tidak berdasar.</p>
<p>Mengingat asumsi utama tentang perubahan bertahap, semakin sulit bagi model ekonomi-iklim untuk menemukan jalur untuk menghindari perubahan iklim.</p>
<p>Model tersebut pun mulai menyertakan lebih banyak contoh <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-carbon-capture-and-storage-16052">penangkapan dan penyimpanan karbon</a>, sebuah teknologi yang dapat menghapus karbon dioksida dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan kemudian menyimpan karbon yang ditangkap jauh di bawah tanah.</p>
<p>Ini <a href="http://www.zeroco2.no/projects/val-verde-natural-gas-plants">telah dibuktikan</a> memungkinkan secara prinsip: karbon dioksida terkompresi telah dipisahkan dari gas fosil dan disuntikkan ke bawah tanah dalam sejumlah proyek sejak tahun 1970-an.</p>
<p><a href="https://www.iea.org/commentaries/can-co2-eor-really-provide-carbon-negative-oil">Skema <em>Enhanced Oil Recovery</em></a> ini dirancang untuk memaksa gas masuk ke dalam sumur minyak untuk mendorong minyak ke arah rig pengeboran dan memungkinkan lebih banyak untuk dipulihkan, minyak yang nantinya akan dibakar, melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer.</p>
<p>Penangkapan dan penyimpanan karbon menawarkan perubahan bahwa alih-alih menggunakan karbon dioksida untuk mengekstraksi lebih banyak minyak, gas dapat ditinggalkan di bawah tanah dan dihilangkan dari atmosfer.</p>
<p>Teknologi ini memungkinkan <a href="https://oneill.indiana.edu/doc/research/coal_barnes.pdf">batubara ramah iklim</a> dan karenanya penggunaan bahan bakar fosil ini terus berlanjut.</p>
<p>Tetapi, jauh sebelum dunia menyaksikan skema seperti itu, proses hipotetis telah dimasukkan dalam model ekonomi-iklim.</p>
<p>Pada akhirnya, prospek penangkapan dan penyimpanan karbon memberi para pembuat kebijakan jalan keluar untuk melakukan penurunan emisi gas rumah kaca yang sangat dibutuhkan.</p>
<h2>Kemunculan nol bersih</h2>
<p>Ketika komunitas internasional berkumpul di <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/copenhagen-climate-change-conference-december-2009/copenhagen-climate-%20change-conference-december-2009">Kopenhagen pada tahun 2009</a>, jelas bahwa penangkapan dan penyimpanan karbon tidak akan cukup karena dua alasan.</p>
<p>Pertama, teknologi belum ada.</p>
<p><a href="https://www.newscientist.com/article/dn20761-uks-carbon-capture-failure-is-part-of-a-global-trend/">Tidak ada fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon</a> yang beroperasi di pembangkit listrik tenaga batu bara dan tidak ada prospek bahwa teknologi itu akan berdampak pada peningkatan emisi dari penggunaan batu bara di masa mendatang.</p>
<p>Hambatan terbesar untuk implementasi pada dasarnya adalah biaya.</p>
<p>Motivasi untuk membakar batubara dalam jumlah besar adalah untuk menghasilkan listrik yang relatif murah.</p>
<p>Retrofit <em>carbon scrubber</em> (alat untuk menyerap karbon dioksida) pada pembangkit listrik yang ada, membangun infrastruktur untuk menyalurkan karbon yang ditangkap, dan mengembangkan lokasi penyimpanan geologis yang sesuai, membutuhkan uang dalam jumlah besar.</p>
<p>Akibatnya, satu-satunya aplikasi penangkapan karbon yang bekerja saat itu - dan sekarang - adalah menggunakan gas yang terperangkap dalam skema <em>Enhanced Oil Recovery</em>. </p>
<p>Di luar dari <a href="https://www.power-technology.com/projects/sask-power-boundary/">satu proyek percontohan</a>, tidak pernah ada penangkapan karbon dioksida dari cerobong pembangkit listrik tenaga batu bara dengan karbon yang disimpan di bawah tanah.</p>
<p>Pada tahun 2009, menjadi semakin jelas bahwa pengurangan bertahap tidak akan mungkin dilakukan seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.</p>
<p>Itu terjadi bahkan jika penangkapan dan penyimpanan karbon aktif dan berjalan. Jumlah karbon dioksida yang dipompa ke udara setiap tahun membuat manusia kehabisan waktu dengan cepat.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1206090200725606400"}"></div></p>
<p>Berharap solusi untuk krisis iklim memudar lagi, perlu solusi ajaib lainnya.</p>
<p>Sebuah teknologi dibutuhkan tidak hanya untuk memperlambat peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, tetapi juga membalikkannya.</p>
<p>Komunitas pemodelan ekonomi-iklim - yang sudah dapat memasukkan penyerap karbon nabati dan penyimpanan karbon geologis dalam model mereka - semakin mengadopsi “solusi” untuk menggabungkan keduanya.</p>
<p>Jadi, Penangkapan dan Penyimpanan Karbon berbasis Bioenergi, atau <a href="https://www.carbonbrief.org/beccs-the-story-of-climate-changes-saviour-technology">BECCS</a>, dengan cepat muncul sebagai teknologi penyelamat baru.</p>
<p>Dengan membakar biomassa yang “dapat diganti” seperti kayu, tanaman, dan limbah pertanian, bukannya batu bara, di pembangkit listrik, dan menangkap karbon dioksida dari cerobong pembangkit listrik dan menyimpannya di bawah tanah, BECCS dapat menghasilkan listrik sekaligus menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.</p>
<p>Ini karena biomassa, seperti pohon bertumbuh, mereka menyedot karbon dioksida dari atmosfer.</p>
<p>Dengan menanam pohon dan tanaman bioenergi lainnya dan menyimpan karbon dioksida yang dilepaskan saat dibakar, lebih banyak karbon dapat dihilangkan dari atmosfer.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/24ESlXSa1sU?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Dengan solusi baru ini, komunitas internasional berkumpul kembali dari kegagalan berulang kali untuk melakukan upaya lain untuk mengekang gangguan iklim.</p>
<p>Adegan penting tersebut itu ditetapkan saat konferensi iklim tahun 2015, di Paris.</p>
<h2>Fajar palsu di Paris</h2>
<p>Saat Sekretaris Jendral mengakhiri konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-21 tentang perubahan iklim, suara gemuruh terdengar dari kerumunan.</p>
<p>Orang-orang melompat, saling berpelukan, air mata berlinang dari mata kemerahan akibat kurang tidur.</p>
<p>Emosi pada 13 Desember 2015 bukan hanya untuk kamera.</p>
<p>Setelah berminggu-minggu, negosiasi tingkat tinggi yang melelahkan di Paris, <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">mencapai</a> sebuah terobosan.</p>
<p>Setelah kesalahan awal dan kegagalan selama puluhan tahun, komunitas internasional akhirnya setuju untuk melakukan apa yang diperlukan untuk membatasi pemanasan global jauh di bawah 2°C, lebih baik lagi hingga 1,5°C, dibandingkan dengan tingkat pra-industri.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/_jA8k4YDzlo?wmode=transparent&start=286" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Perjanjian Paris adalah kemenangan yang menakjubkan bagi mereka yang paling berisiko terhadap dampak perubahan iklim.</p>
<p>Negara-negara industri kaya akan semakin terpengaruh dengan kenaikan suhu global.</p>
<p>Tetapi, negara-negara pulau dataran rendah, seperti Maladewa dan Kepulauan Marshall, berada pada risiko tinggi. </p>
<p>Seperti yang dijelaskan oleh <a href="https://www.ipcc.ch/sr15/">laporan khusus</a> PBB, jika Perjanjian Paris tidak dapat membatasi pemanasan global hingga 1,5°C, jumlah nyawa yang hilang akibat badai yang lebih hebat, kebakaran, gelombang panas, kelaparan dan banjir akan meningkat secara signifikan.</p>
<p>Tetapi, Anda bisa menemukan emosi lain yang bersembunyi pada delegasi pada 13 Desember. Keraguan.</p>
<p>Kami kesulitan menemukan ilmuwan iklim mana yang pada saat itu menganggap Perjanjian Paris bisa dilakukan.</p>
<p>Kami telah diberitahu oleh beberapa ilmuwan bahwa Perjanjian Paris “tentu saja penting untuk keadilan iklim, tetapi tidak dapat dijalankan” dan “sangat mengejutkan, tidak ada yang berpikir bahwa pembatasan hingga 1,5°C mungkin dilakukan”.</p>
<p>Alih-alih dapat membatasi pemanasan hingga 1,5°C, seorang akademisi senior yang terlibat dalam IPCC menyimpulkan bahwa kita telah melampaui <a href="https://theconversation.com/climate-change-weve-created-a-civilisation-hell-bent-on-destroying-itself-im-terrified-writes-earth-scientist-113055">3°C pada akhir abad ini</a>.</p>
<p>Alih-alih menghadapi keraguan kami, para ilmuwan memutuskan untuk membangun dunia fantasi yang lebih rumit di mana kami akan aman.</p>
<p>Harga yang harus dibayar untuk kepengecutan kita: harus tutup mulut tentang absurditas yang terus meningkat dari penghapusan karbon dioksida skala planet yang diperlukan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Yang menjadi pusat perhatian adalah BECCS, karena ini adalah satu-satunya cara model ekonomi-iklim dapat menemukan skenario yang akan konsisten dengan Perjanjian Paris.</p>
<p>Bukannya menstabilkan, emisi karbon dioksida global telah meningkat sekitar 60% sejak 1992.</p>
<p>BECCS, seperti semua solusi sebelumnya, terlalu indah untuk menjadi kenyataan.</p>
<p>Dari seluruh skenario yang dihasilkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dengan peluang 66% atau lebih baik untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C, BECCS perlu menghilangkan 12 miliar ton karbon dioksida setiap tahun.</p>
<p>BECCS pada skala ini akan membutuhkan skema penanaman besar-besaran untuk pohon dan tanaman bioenergi.</p>
<p>Bumi pasti membutuhkan lebih banyak pohon. Manusia telah menebang sekitar <a href="https://theconversation.com/three-trillion-trees-live-on-earth-but-there-would-be-twice-as-many-without-humans-46914">tiga triliun</a>, sejak pertama kali mulai bertani sekitar 13.000 tahun yang lalu.</p>
<p>Tetapi, alih-alih membiarkan ekosistem pulih dari dampak manusia dan hutan untuk tumbuh kembali, BECCS umumnya mengacu pada perkebunan skala industri yang dipanen secara teratur untuk bioenergi daripada karbon yang disimpan di batang hutan, akar dan tanah.</p>
<p>Saat ini, dua biofuel yang paling <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7320919/">efisien</a> adalah tebu untuk bioetanol dan minyak sawit untuk biodiesel - keduanya ditanam di daerah tropis.</p>
<p>Barisan tak berujung pohon monokultur yang tumbuh cepat atau tanaman bioenergi lainnya yang dipanen secara berkala <a href="https://www.politico.com/news/magazine/2021/03/26/biomass-carbon-climate-politics-477620">merusak keanekaragaman hayati</a>.</p>
<p>Diperkirakan BECCS akan memerlukan antara <a href="https://www.imperial.ac.uk/media/imperial-college/grantham-institute/public/publications/briefing-papers/BECCS%20-deployment%20---%20a-reality-check.pdf">0,4 dan 1,2 miliar hektare lahan</a>.</p>
<p>Ini artinya sekitar 25% hingga 80% dari semua tanah yang saat ini digarap.</p>
<p>Bagaimana bisa mencapai itu dan saat yang sama memberi makan 8-10 miliar orang pertengahan abad ini atau tanpa menghancurkan vegetasi asli dan keanekaragaman hayati?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/carbon-capture-on-power-stations-burning-woodchips-is-not-the-green-gamechanger-many-think-it-is-110475">Carbon capture on power stations burning woodchips is not the green gamechanger many think it is</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Menanam miliaran pohon akan menghabiskan <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-021-21640-3">jumlah air yang sangat besar</a> - di beberapa tempat di mana <a href="https://theconversation.com/planting-trees-must-be-done-with-care-it-can-create-more-problems-than-it-addresses-128259">orang sudah kekurangan air</a>.</p>
<p>Meningkatnya tutupan hutan di lintang yang lebih tinggi dapat memiliki <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdfdirect/10.1002/2016GL071459">efek pemanasan secara keseluruhan</a> karena mengganti padang rumput atau ladang dengan hutan berarti permukaan tanah menjadi lebih gelap.</p>
<p>Tanah yang lebih gelap ini menyerap lebih banyak energi dari matahari sehingga suhu meningkat.</p>
<p>Berfokus pada pengembangan perkebunan yang luas di negara tropis yang lebih miskin disertai risiko orang-orang diusir <a href="https://www.researchgate.net/publication/307509892_Stakeholder_and_tropical_reforestation_challenges_tradeoffs_and_strategies_in_dynamic_environments">dari tanah mereka</a>.</p>
<p>Dan, sering dilupakan bahwa pepohonan dan tanah pada umumnya telah menyerap dan menyimpan <a href="https://www.globalcarbonproject.org/carbonbudget/20/publications.htm">karbon dalam jumlah besar</a> melalui apa yang disebut penyerap karbon terestrial alami.</p>
<p>Gangguan terhadap penyerap karbon ini akan mengacaukan penyerapan dan menyebabkan <a href="https://theconversation.com/is-the-eu-cheating-on-its-net-zero-emissions-plan-heres-what-the-%20sains-mengatakan-147047">penghitungan ganda</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena dampak ini semakin dipahami, rasa optimisme di sekitar BECCS <a href="https://www.carbonbrief.org/in-depth-experts-assess-the-feasibility-of-negative-emissions">telah berkurang</a>.</p>
<h2>Mimpi belaka</h2>
<p>Karena kesadaran betapa sulitnya Paris mengingat emisi yang terus meningkat dan potensi BECCS yang terbatas, kata kunci baru muncul di lingkaran kebijakan: “<a href="https://www.nature.com/articles/%20s41598-017-14503-9">skenario melampaui batas</a>”.</p>
<p>Suhu akan dibiarkan melampaui 1,5°C dalam waktu dekat, tetapi kemudian diturunkan dengan berbagai penghilangan karbon dioksida pada akhir abad ini.</p>
<p>Artinya, nol bersih sebenarnya berarti <a href="https://www.iea.org/commentaries/going-carbon-negative-what-are-the-technology-options">karbon negatif</a>.</p>
<p>Dalam beberapa dekade, kita perlu mengubah peradaban manusia dari yang saat ini mengeluarkan 40 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer setiap tahun menjadi peradaban yang menghasilkan pembuangan bersih puluhan miliar.</p>
<p><a href="https://www.nytimes.com/2020/02/12/opinion/trump-climate-change-trees.html">Penanaman pohon massal</a>, untuk bioenergi atau sebagai upaya penggantian (<em>offset</em>), telah menjadi upaya terbaru untuk menunda penghentian penggunaan bahan bakar fosil.</p>
<p>Tetapi, kebutuhan yang terus meningkat untuk menghilangkan karbon menuntut lebih banyak.</p>
<p>Inilah mengapa ide berkembang tentang penangkapan udara langsung, sekarang sedang <a href="https://www.wri.org/blog/2020/03/to-unlock-the-potential-of-direct-air-capture-%20we-must-invest-now">dipuji oleh beberapa orang</a>, sebagai teknologi paling menjanjikan di luar sana.</p>
<p>Ini umumnya lebih ramah bagi ekosistem karena membutuhkan <a href="https://hoffmanncentre.chathamhouse.org/article/betting-on-beccs-exploring-land-based-negative-emissions-technologies/">lahan yang jauh lebih sedikit</a> untuk beroperasi daripada BECCS, termasuk lahan yang dibutuhkan untuk memberi tenaga menggunakan angin atau panel surya.</p>
<p>Sayangnya, penangkapan udara langsung, karena <a href="https://www.wri.org/blog/2021/01/direct-air-capture-definition-cost-considerations">biaya dan kebutuhan energi yang tinggi</a>, jika layak untuk diterapkan dalam skala besar, tidak akan dapat <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0885-y">bersaing dengan BECCS</a> yang menyedot lahan pertanian. </p>
<p>Sekarang seharusnya sudah jelas ke mana arahnya. </p>
<p>Saat fatamorgana dari setiap solusi teknis yang ajaib menghilang, alternatif lain, yang juga tidak bisa dijalankan, muncul untuk menggantikannya.</p>
<p>Yang berikutnya, sudah di depan mata dan bahkan lebih mengerikan.</p>
<p>Setelah kami menyadari nol bersih tidak akan terjadi pada waktunya atau bahkan sama sekali, <a href="https://theconversation.com/why-you-need-to-get-involved-in-the-geoengineering-debate-now-85619"><em>geoengineering</em></a> - intervensi skala besar dalam sistem iklim Bumi - mungkin akan digunakan sebagai solusi untuk membatasi peningkatan suhu.</p>
<p>Salah satu ide <em>geoengineering</em> yang paling banyak diteliti adalah <a href="https://theconversation.com/blocking-out-the-sun-wont-fix-climate-change-but-it-could-buy-us-time-%2050818">manajemen radiasi matahari</a>, injeksi jutaan ton asam sulfat <a href="https://www.nature.com/articles/s41559-017-0431-0">ke stratosfer</a> yang akan memantulkan sebagian energi matahari dari Bumi .</p>
<p>Ini adalah ide yang liar, tetapi beberapa akademisi dan politikus sangat serius, meski ada <a href="https://www.nae.edu/19579/19582/21020/228883/228936/Benefits-and-Risks-of-Stratospheric%20-Solar-Radiasi-Manajemen-untuk-Iklim-Intervensi-Geoengineering">risiko</a> yang signifikan.</p>
<p>Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS, misalnya, telah merekomendasikan <a href="https://www.nationalacademies.org/news/2021/03/new-report-says-us-should-cautiously-pursue%20-solar-geoengineering-research-to-better-memahami-options-for-respond-to-climate-change-risk">mengalokasikan hingga US$200 juta</a> selama lima tahun ke depan untuk mengeksplorasi bagaimana <em>geoengineering</em> dapat diterapkan dan diatur.</p>
<p>Pendanaan dan penelitian di bidang ini pasti akan meningkat secara signifikan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kejujuran yang sulit</h2>
<p>Pada prinsipnya, tidak ada yang salah atau berbahaya tentang proposal penghapusan karbon dioksida.</p>
<p>Faktanya, mengembangkan cara-cara untuk mengurangi konsentrasi karbon dioksida bisa terasa sangat menggairahkan.</p>
<p>Anda menggunakan sains dan teknik untuk menyelamatkan umat manusia dari bencana. Apa yang Anda lakukan itu penting.</p>
<p>Ada juga realisasi bahwa penghilangan karbon akan dibutuhkan untuk mengurangi sebagian emisi dari sektor-sektor, seperti penerbangan dan produksi semen.</p>
<p>Jadi, akan ada peran kecil untuk sejumlah pendekatan penghilangan karbon dioksida yang berbeda.</p>
<p>Masalah muncul ketika diasumsikan bahwa ini dapat diterapkan dalam skala besar.</p>
<p>Ini secara efektif berfungsi sebagai cek kosong untuk melanjutkan pembakaran bahan bakar fosil dan percepatan perusakan habitat.</p>
<p>Teknologi pengurangan karbon dan <em>geoengineering</em> harus dilihat sebagai semacam kursi pelontar yang dapat mendorong umat manusia menjauh dari perubahan lingkungan yang cepat dan dahsyat.</p>
<p>Sama seperti kursi pelontar di pesawat jet, ini hanya boleh digunakan sebagai pilihan terakhir.</p>
<p>Namun, pembuat kebijakan dan bisnis tampaknya sepenuhnya serius untuk menerapkan teknologi yang sangat spekulatif sebagai cara untuk membawa peradaban kita ke tujuan yang berkelanjutan.</p>
<p>Padahal, ini tidak lebih dari dongeng.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Kerumunan anak muda memegang plakat." src="https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">‘There is no Planet B’: anak-anak di Birmingham, Inggris, memprotes krisis iklim.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/wwb1TJMd1BQ">Callum Shaw/Unsplash</a>, <a class="license" href="http://artlibre.org/licence/lal/en">FAL</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Satu-satunya cara untuk menjaga keselamatan umat manusia adalah dengan pengurangan radikal dan berkelanjutan terhadap emisi gas rumah kaca dengan <a href="https://yaleclimateconnections.org/2020/07/what-is-climate-justice/">cara yang adil secara sosial</a>.</p>
<p>Para akademisi biasanya melihat diri mereka sebagai pelayan masyarakat. Memang banyak yang dipekerjakan sebagai pegawai publik.</p>
<p>Mereka yang bekerja di bidang ilmu iklim dan kebijakan mati-matian bergumul dengan masalah yang semakin sulit.</p>
<p>Demikian pula, mereka yang memperjuangkan nol bersih sebagai cara menerobos penghalang yang menahan tindakan efektif terhadap iklim juga bekerja dengan niat terbaik.</p>
<p>Tragisnya adalah upaya kolektif mereka tidak pernah mampu memberikan tantangan yang efektif terhadap proses kebijakan iklim yang hanya akan memungkinkan eksplorasi skenario yang sempit. </p>
<p>Kebanyakan akademisi merasa sangat tidak nyaman melewati garis yang memisahkan pekerjaan harian mereka dari masalah sosial dan politik yang lebih luas.</p>
<p>Ada ketakutan yang nyata bahwa dilihat sebagai pendukung atau penentang isu tertentu dapat mengancam independensi mereka. Ilmuwan adalah salah satu profesi terpercaya. Kepercayaan sulit dibangun dan mudah dihancurkan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tetapi, ada garis lain yang tidak terlihat, yang menjaga integritas akademik dan sensor diri.</p>
<p>Sebagai ilmuwan, kami diajarkan untuk bersikap skeptis, untuk mengarahkan hipotesis ke tes dan interogasi yang ketat.</p>
<p>Tetapi, ketika sampai pada tantangan terbesar yang mungkin dihadapi umat manusia, kami sering menunjukkan kurangnya analisis kritis.</p>
<p>Secara pribadi, para ilmuwan menyatakan skeptisisme yang signifikan tentang Perjanjian Paris, BECCS, <a href="https://www.ft.com/content/2d96502f-c34d-4150-aa36-9dc16ffdcad2"><em>offsetting</em></a>, <em>geoengineering</em>, dan <em>net zero</em>.</p>
<p>Terlepas dari <a href="https://www.nature.com/news/polopoly_fs/1.19074!/menu/main/topColumns/topLeftColumn/pdf/528437a.pdf">beberapa pengecualian penting</a>, di depan umum, kami melakukan pekerjaan kami, mendaftar untuk pendanaan, menerbitkan makalah, dan mengajar.</p>
<p>Jalan menuju bencana perubahan iklim telah dilapisi dengan studi kelayakan dan penilaian dampak.</p>
<p>Alih-alih mengakui keseriusan situasi, kami malah terus berpartisipasi dalam fantasi <em>net zero</em>.</p>
<p>Apa yang akan kita lakukan saat kenyataan pahit menerpa? Apa yang akan kita katakan kepada teman dan orang yang kita cintai tentang kegagalan untuk berbicara sekarang?</p>
<p>Waktunya telah tiba untuk menyuarakan ketakutan kita dan jujur kepada masyarakat yang lebih luas. </p>
<p>Kebijakan nol bersih saat ini tidak akan mampu mempertahankan kenaikan suhu di bawh 1,5°C karena memang tidak dimaksudkan untuk itu.</p>
<p>Kebijakan ini dari dulu dan hingga kini masih didorong oleh kebutuhan untuk melindungi bisnis seperti biasa, bukan iklim.</p>
<p>Jika kita ingin menjaga keselamatan manusia, maka pengurangan emisi karbon dalam jumlah besar dan berkelanjutan perlu dilakukan sekarang.</p>
<p>Ini adalah ujian yang sangat sederhana yang harus diterapkan pada semua kebijakan iklim. Masa untuk berangan-angan telah berakhir.</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=112&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=112&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=112&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=140&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=140&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=140&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure><img src="https://counter.theconversation.com/content/159739/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Para akademisi terkemuka, termasuk mantan ketua IPCC, mendukung pemerintah di seluruh dunia menggunakan konsep emisi nol bersih sebagai “greenwash” atas lemahnya komitmen mengatasi pemanasan global.
James Dyke, Senior Lecturer in Global Systems, University of Exeter
Robert Watson, Emeritus Professor in Environmental Sciences, University of East Anglia
Wolfgang Knorr, Senior Research Scientist, Physical Geography and Ecosystem Science, Lund University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/159728
2021-05-07T10:26:40Z
2021-05-07T10:26:40Z
Pidato iklim Jokowi : percaya diri tetapi tidak ambisius untuk hadapi krisis iklim
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/399363/original/file-20210507-19-1ncalw7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=3%2C6%2C2041%2C1302&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tanpa ada penurunan emisi yang ambisius, dampak krisis iklim berpotensi meningkat di masa depan. </span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Fouri Gesang Sholeh/hp/07</span></span></figcaption></figure><p>Bertepatan dengan Hari Bumi tanggal 22 April, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memulai <a href="https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2021/03/26/president-biden-invites-40-world-leaders-to-leaders-summit-on-climate/">pertemuan virtual dengan 40 kepala negara</a> untuk menegaskan komitmen penurunan emisi demi mencegah dampak krisis iklim. </p>
<p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo menjadi salah satu kepala negara yang hadir secara virtual dalam <em>Leaders Summit on Climate 2021</em> tersebut. </p>
<p>Sayangnya, Presiden Jokowi tidak menyentuh sama sekali target penurunan emisi yang lebih ambisius, yang menjadi dasar pertemuan tingkat tinggi tersebut. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/i2wVGkS3NB8?wmode=transparent&start=2" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<h2>Belum ambisius</h2>
<p>Secara nasional, Indonesia sudah memiliki <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">target penurunan emisi 29% dan 41% dengan bantuan internasional</a> dibandingkan dengan level emisi bisnis-seperti-biasa, di tahun 2030. </p>
<p>Namun, baik aktivis lingkungan dan peneliti iklim, mengatakan bahwa target tersebut belum membantu kontribusi penurunan angka emisi global secara signifikan. </p>
<p>Padahal, Indonesia masuk ke dalam <a href="https://www.wri.org/insights/interactive-chart-shows-changes-worlds-top-10-emitters">Top 10 pengemiter di dunia</a> karena perubahan tata guna lahan dan hutan serta konsumsi energi. </p>
<p>Linda Yanti Sulistiawati, dosen Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada dan Senior Research Fellow di Asia Pacific Centre for Environmental Law, NUS Singapura, mengatakan apabila negara-negara, apalagi pengemisi besar, tidak ambisius dalam menaikkan target emisi, maka suhu Bumi akan melebihi <a href="https://www.ipcc.ch/sr15">2 derajat Celsius</a> pada tahun 2050.</p>
<p>“Di dalam negeri jelas sama juga. Kalau pemerintah [Indonesia] tidak ambisius, apalagi <em>stakeholders</em> yang lain. Mereka bisa kurang bersemangat dan tidak tertarik kepada kegiatan penurunan emisi karbon,” jelas Linda yang pernah menjadi salah satu anggota delegasi Indonesia untuk perundingan iklim, di Paris, tahun 2015. </p>
<p>Tanpa ada target penurunan yang ambisius, maka negara-negara akan bertubi-tubi menghadapi <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/03/163000023/apa-itu-bencana-hidrometeorologi-yang-harus-diwaspadai-di-musim-hujan-?page=all">bencana hidrometeorologi</a>, seperti kekeringan, banjir, longsor, dan puting beliung, hingga penyakit akibat iklim, seperti DBD dan malaria. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/siklon-tropis-seroja-mungkin-akan-hantam-indonesia-tiap-tahun-tapi-belum-dimasukkan-kluster-bencana-158619">Siklon tropis Seroja mungkin akan hantam Indonesia tiap tahun, tapi belum dimasukkan kluster bencana</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>“Indonesia memulai tahun 2021 ini dengan deretan bencana […] seperti banjir di Kalimantan Selatan, Jakarta, Semarang, dan siklon tropis Seroja baru-baru ini di Nusa Tenggara Timur,” tandas Adila Isfandiari, peneliti iklim dan energi Greenpeace Indonesia.</p>
<p>Adila menegaskan bahwa Presiden Jokowi belum sadar terhadap urgensi adanya krisis iklim saat ini.</p>
<p>“Padahal, Indonesia sebagai salah satu negara yang masuk dalam daftar 10 besar penghasil emisi karbon terbesar di dunia, sekaligus yang rentan terhadap berbagai dampak krisis iklim,” tandasnya. </p>
<p>“Seharusnya [Indonesia] dapat menggunakan kesempatan dalam KTT [konferensi tingkat tinggi] ini untuk menjadi pemimpin dari <em>Global South</em> [negara berkembang] dalam memerangi krisis iklim.”</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Lima orang aktivis lingkungan membawa spanduk berwarna-warni berdiri di trotoar." src="https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Protes para aktivis lingkungan hidup saat Hari Bumi 2021 mendesak pemerintah Indonesia untuk serius menanggulangi dampak krisis iklim, sebelum terlambat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Berpotensi menaikkan target emisi</h2>
<p>Secara politis, kehadiran negara-negara pengemisi karbon terbesar di dunia, seperti AS, Cina, India, Jepang, Rusia, bahkan Indonesia dalam <em>Biden Summit</em> menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan isu yang penting dan genting. </p>
<p>Tidak ada pilihan lain bagi para pemimpin dunia, selain memastikan bahwa target pemanasan suhu Bumi berada di bawah 1,5 derajat bisa tercapai. </p>
<p>Linda mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya bisa meningkatkan target penurunan emisi, lebih dari 29% dan 41% (dengan dana internasional). </p>
<p>“Indonesia bisa mencapai target NDC lebih tinggi, apabila dilakukan usaha-usaha di luar dari bisnis-seperti-biasa. Hanya saja, itu belum tercermin dalam pidato maupun NDC kita,” katanya.</p>
<p>Komitmen NDC, atau <em><a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/nationally-determined-contributions-ndcs/nationally-determined-contributions-ndcs#:%7E:text=Nationally%20determined%20contributions%20(NDCs)%20are,the%20impacts%20of%20climate%20change.">Nationally Determined Contributions</a></em>, adalah komitmen penurunan emisi secara suka rela dari negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perubahan Iklim (<a href="https://unfccc.int/">UNFCCC</a>) pada tahun 2030. </p>
<p>Dengan umur ekonomis PLTU batubara di Indonesia yang maksimal hanya sampai dengan 2060 (<a href="https://www.mongabay.co.id/2020/03/15/kala-pltu-batubara-picu-perubahan-iklim-dan-ancam-kesehatan-masyarakat/">1 PLTU sekitar 20-30tahun</a>), ia memprediksikan bahwa setidaknya Indonesia bisa mencapai <em>net zero emission</em> pada tahun tersebut.</p>
<p><em><a href="https://www.wri.org/insights/what-does-net-zero-emissions-mean-6-common-questions-answered">Net Zero Emissions</a></em> merupakan suatu kondisi di mana manusia harus menghilangkan sisa emisi dan tidak bisa lagi mengeluarkan emisi karbon ke atmosfer, yang idealnya harus tercapai <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-021-22294-x">pada tahun 2050</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/47cUhKOslWI?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Target ini untuk menjaga <a href="https://www.mongabay.co.id/2015/12/13/moment-bersejarah-paris-agreement-akhirnya-disepakati-dalam-konferensi-perubahan-iklim-cop-21-paris/">suhu Bumi berada di bawah 1,5 derajat Celsius</a>, yang menjadi kesepakatan global di bawah <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">Perjanjian Paris</a>. </p>
<p>“Bahkan [bisa] sebelumnya [mencapai <em>net zero emissions</em>], [yaitu] tahun 2050 atau 2040, apabila kita bisa membalik kegiatan konvensional menjadi kegiatan yang menghasilkan energi terbarukan, tidak polutif. Ini tergantung niat dan usaha juga,” jelas Linda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/narasi-elektrifikasi-rezim-jokowi-menutupi-dugaan-pelanggaran-ham-di-sektor-batu-bara-116670">Narasi elektrifikasi rezim Jokowi 'menutupi' dugaan pelanggaran HAM di sektor batu bara</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sementara itu, Mahawan Karuniasa, ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia sekaligus dosen Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, mengatakan Indonesia berpeluang melampaui target NDC tahun 2030, yaitu 29% dan 41%, apabila terus meningkatkan kemampuan pengendalian kebakaran. </p>
<p>Lebih lanjut, ia memberikan ilustrasi bahwa berdasarkan rata-rata pertumbuhan emisi tahun 2000 sampai dengan 2018, maka reduksi emisi pada 2030 dapat mencapai setidaknya 36%-45% dengan perhitungan jika emisi sektor kehutanan dan gambut berada pada 250.000-500.000 ton.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tiga-kerugian-indonesia-bila-tidak-meningkatkan-target-penurunan-emisi-153097">Tiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sementara itu, Adila mengatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi dan kemampuan untuk mencapai komitmen emisi yang lebih tinggi dan cepat, yaitu <a href="https://en.antaranews.com/news/172934/bappenas-prepares-scenarios-for-achieving-net-zero-emissions-target">target net zero emission tahun 2050, bahkan 2045</a> jika ada kemauan politik yang kuat dari Jokowi. </p>
<p>“Kunci dari hal ini juga adalah desakan publik secara luas, termasuk generasi muda, pemangku kepentingan seperti sektor swasta, ekonom, ilmuwan dan para elite politik, termasuk kepala daerah, kepada Presiden Jokowi,” tegasnya. </p>
<h2>Terlalu percaya diri</h2>
<p>Indonesia cukup percaya diri dalam memaparkan pencapaian nasional dan menuntut komitmen penurunan emisi dari negara-negara maju dalam pertemuan viral tersebut. </p>
<p>Dalam <a href="https://setkab.go.id/konferensi-tingkat-tinggi-ktt-perubahan-iklim-leaders-summit-on-climate-22-april-2021-dari-istana-kepresidenan-bogor-provinsi-jawa-barat/">pidato singkatnya</a>, Presiden Jokowi menyampaikan akan membangun proyek percontohan kawasan industri tanpa emisi karbon (<em>net zero emission</em>) di Kalimantan Utara, rehabilitasi 620 ribu hektare hutan mangrove hingga tahun 2024, dan terbuka bagi investasi untuk transisi energi, bahan bakar nabati (<em>biofuel</em>), industri baterai litium, dan kendaraan listrik. </p>
<p>“Namun, kelemahan posisi Indonesia dalam pernyataan tersebut adalah pada aspek substansi, khususnya terkait komitmen NDC [tahun] 2030 dan <em>Net Zero Emission Global</em>,” jelas Mahawan. </p>
<p>Lebih lanjut, Mahawan mengatakan bahwa Indonesia tidak meningkatkan target mitigasi dan hanya memperkuat isu adaptasi, serta persoalan <em>Net Zero Emission</em> yang belum tuntas di kalangan internal. </p>
<p>“Hal ini berimplikasi pada pernyataan Presiden yang menjadi kurang lugas dibandingkan negara lain,” tambahnya. </p>
<hr>
<p><em>Adila Isfandiari, peneliti iklim dan energi Greenpeace Indonesia, telah diwawancarai via email untuk kelengkapan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/159728/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pidato iklim Jokowi pada Biden Summit belum menunjukkan target yang ambisius cegah dampak krisis iklim lebih parah di Indonesia.
Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan Hidup
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/154186
2021-02-08T05:22:43Z
2021-02-08T05:22:43Z
Tanya-jawab : Pengaruh Amerika Serikat kembali masuk ke dalam Perjanjian Paris bagi Indonesia dan upaya pengendalian krisis iklim
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/381874/original/file-20210202-19-1yc53xy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=49%2C0%2C5466%2C3640&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bc/Joe_Biden_%2848651032061%29.jpg">Gage Skidmore/Wikimedia commons</a></span></figcaption></figure><p>Beberapa jam setelah dilantik, Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden, langsung membatalkan beberapa keputusan presiden sebelumnya, Donald Trump, dengan mengeluarkan <a href="https://www.whitehouse.gov/briefing-room/presidential-actions/2021/01/27/executive-order-on-tackling-the-climate-crisis-at-home-and-abroad/">perintah eksekutif (<em>executive order</em>)</a>. </p>
<p>Salah satu perintah yang diambil memasukkan kembali AS ke dalam <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">Perjanjian Paris</a>, sebuah perjanjian internasional yang disepakati pada tahun 2015 untuk mencegah kenaikan suhu Bumi. </p>
<p>Trump menarik AS keluar dari perjanjian tersebut pada tahun 2017, meskipun negara tersebut adalah <a href="https://www.usatoday.com/story/money/2019/07/14/china-us-countries-that-produce-the-most-co-2-emissions/39548763/">salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia</a>. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1352072818847068163"}"></div></p>
<p>Banyak yang menyatakan bahwa kembali bergabungnya AS akan memberikan dukungan positif kepada upaya seluruh negara untuk bisa mencegah pemanasan global dan menghindari dampak krisis iklim di masa depan. </p>
<p>Kami bertanya kepada Mahawan Karuniasa, pakar perubahan iklim dari Universitas Indonesia dan salah satu anggota delegasi Indonesia untuk negosiasi iklim di <a href="https://unfccc.int">UNFCCC</a> (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perubahan Iklim), terkait dengan masuknya AS ke dalam Perjanjian Paris dan apa saja dampaknya bagi Indonesia : </p>
<p><strong>Apa pendapatnya tentang AS bergabung kembali ke dalam Perjanjian Paris di bawah pemerintahan Joe Biden?</strong> </p>
<p>Banyak pihak mengetahui bahwa <a href="https://www.climatechangenews.com/2021/01/04/majority-countries-miss-paris-agreement-deadline-increase-climate-ambition/">Kesepakatan Paris belum menjamin tercapainya upaya untuk mengendalikan pemanasan global</a>. </p>
<p>Berdasarkan Laporan Gap Emisi (<em><a href="https://www.unenvironment.org/emissions-gap-report-2020">Emissions Gap Report</a></em>) dari <a href="https://www.unep.org">Badan PBB untuk Lingkungan Hidup</a> (UNEP) tahun 2020, untuk mencapai tujuan global di bawah 1,5 derajat Celsius pada tahun 2030, emisi global yang dilepaskan perlu dibatasi tidak lebih dari 25 GtCO2e (Gigaton karbon dioksida ekuivalen), atau <a href="https://www.unenvironment.org/emissions-gap-report-2020">setara 66% emisi CO2 dari penggunaan energi fosil dunia sesaat sebelum COVID-19</a>. </p>
<p>Sedangkan, jika semua negara memenuhi komitmen mereka dalam mereduksi emisi sesuai Kesepakatan Paris, maka emisi global masih berada pada <a href="https://www.unenvironment.org/emissions-gap-report-2020">angka 53-56 GtCO2e pada tahun 2030</a>. </p>
<p>Artinya, jika Perjanjian Paris saja tidak cukup untuk mengendalikan pemanasan global.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/WiGD0OgK2ug?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Sepanjang dekade terakhir, terdapat 4 negara penghasil emisi terbesar, yaitu Cina, AS, Uni Eropa (termasuk Inggris), dan India. Keempat wilayah ini berkontribusi <a href="https://www.wri.org/blog/2020/02/greenhouse-gas-emissions-by-country-sector">sekitar hampir 55% emisi global</a>. </p>
<p>AS sendiri berada pada posisi kedua, setelah Cina, dengan menghasilkan emisi lebih dari <a href="https://www.unenvironment.org/emissions-gap-report-2020">6 GtCO2e pada tahun 2019</a>.</p>
<p>Kembalinya AS pada Perjanjian Paris tentunya akan memperkuat upaya untuk menahan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celsius.</p>
<p><strong>Apa dampaknya, baik langsung dan tidak langsung, bagi Indonesia?</strong></p>
<p>Dampak langsung kembalinya AS mengambil peran dalam aksi iklim global adalah mengurangi tekanan jatah reduksi emisi kepada negara lain, termasuk Indonesia dalam mencapai target emisi global. </p>
<p>Dampak lainnya, meningkatnya peluang pendanaan hijau dan pengembangan investasi serta kerja sama teknologi hijau dari AS di Indonesia.</p>
<p>Sedangkan, untuk dampak tidak langsung, antara lain akan menghambat laju <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/25/172800423/puncak-musim-hujan-indonesia-ini-wilayah-waspada-risiko-bencana?page=all">bencana hidrometeorologis di Indonesia</a> karena berkurangnya emisi global akan berpengaruh pada cuaca ekstrem yang terjadi di berbagai belahan Bumi di dunia, termasuk Indonesia.</p>
<p><strong>Apa yang bisa Indonesia dapatkan dari momentum ini?</strong></p>
<p>Angin perubahan dari AS ini diperkirakan akan berpengaruh terhadap pendanaan dari Bank Dunia, IMF (Dana Moneter Internasional), dan entitas finansial global lainnya yang saat ini sedang giat mendorong transisi pembangunan dunia menuju <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/BF01867238">pembangunan global yang berkelanjutan </a>. </p>
<p>Dalam praktiknya, bisa ada potensi pengucuran dana dari AS untuk memasukkan program-program ekonomi berkelanjutan. </p>
<p>Sebelumnya, di bawah pemerintahan Barack Obama, ada kebijakan AS untuk berkomitmen menyediakan <a href="https://www.greenclimate.fund/news/green-climate-fund-board-approves-usd-1-billion-climate-action-sets-out-strategic-vision"><em>Green Climate Fund</em> (GCF)</a>, suatu platform global untuk pendanaan aksi-aksi mitigasi dan adaptassi perubahan iklim, sebesar US$ 3 juta (Rp42 miliar). </p>
<p>Dari dana ini, sudah didistribusikan sebesar US$1 juta (Rp14 miliar) di tahun 2017 kepada <a href="https://www.enviro.or.id/#indonesia-environment-talks-5">GCF</a>. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/lh-fund-terobosan-pendanaan-iklim-dari-indonesia-128121">_LH FUND_ : terobosan pendanaan iklim dari Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ini akan berdampak pada dukungan terhadap badan-badan PBB terkait penanganan perubahan iklim maupun kepada negara berkembang, termasuk Indonesia.</p>
<p>Berbagai <a href="https://joebiden.com/climate-plan/">pernyataan Biden tentang isu perubahan iklim</a>, juga menegaskan komitmen AS. </p>
<p>Pemerintahan Joko “Jokowi” Widodo perlu memanfaatkan momentum Biden ini dengan
memperkuat berbagai bentuk kemitraan bilateral dengan AS maupun kemitraan internasional lainnya. </p>
<p>Indonesia juga perlu memanfaatkan momentum untuk merestorasi alam dan manusia Indonesia, mengambil peluang membangun peradaban baru, menjadi negara maju yang harmonis dengan lingkungan.</p>
<p><strong>Di mana posisi Indonesia dalam perundingan iklim ini?</strong></p>
<p>Indonesia adalah bagian dari kelompok <a href="https://seasia.co/2018/12/01/meet-the-only-southeast-asia-representative-country-in-g20-group-of-twenty">G20 sejak tahun 2008</a>, sebuah forum internasional berisikan pemerintah dan lembaga finansial dunia dari 20 negara yang didirikan untuk mencapai stabilisasi keuangan global. </p>
<p>Hingga tahun 2020, <a href="https://www.unenvironment.org/interactive/emissions-gap-report/2019/">UNEP mencatat negara-negara anggota G20 menyumbang 78% emisi global</a>. </p>
<p>Secara kolektif, menurut UNEP, <a href="https://www.unenvironment.org/news-and-stories/press-release/lagging-climate-action-g20-nations-have-huge-opportunities-increase">anggota G20 diperkirakan tidak dapat memenuhi target penurunan emisi mereka</a> dalam dokumen <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/nationally-determined-contributions-ndcs/nationally-determined-contributions-ndcs"><em>Nationally Determined Contribution</em></a> (NDC). Dokumen tersebut berisi komitmen setiap negara untuk menurunkan emisi mereka masing-masing hingga batas tertentu. </p>
<p>Bahkan, beberapa negara, seperti Australia, Brasil, Kanada, Korea Selatan, dan Amerika, tidak memenuhi target yang mereka tentukan sendiri. </p>
<p>Namun, Indonesia berpotensi dapat mencapai target NDC pada tahun 2030, dengan catatan Indonesia bisa mengendalikan <a href="https://www.siej.or.id/karhutla-penentu-capaian-target-ndc-indonesia/">pengendalian kebakaran hutan dan lahan, khususnya lahan gambut</a>.</p>
<p><strong>Apa yang bisa kita nantikan dalam perundingan iklim di Glasgow, Inggris, pada bulan November 2021 mendatang, dengan perkembangan terbaru ini?</strong></p>
<p>Perundingan iklim di Glasgow, Inggris, merupakan pertemuan antar negara (<em>Conference of Parties</em>) yang ke-26 atau COP26, di bawah Badan PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC). </p>
<p>Sempat tertunda pada tahun 2020 akibat pandemi, pertemuan ini akan melanjutkan kembali negosiasi terkait penerapan komitmen penurunan emisi global di bawah Perjanjian Paris. </p>
<p>Berdasarkan Perjanjian Paris yang disepakati pada tahun 2015, negara-negara di dunia berusaha mencegah peningkatan suhu global mencapai 2 derajat Celsius, dan lebih baik lagi berada di bawah 1,5 derajat Celsius. </p>
<p>Situasi pandemi saat ini, selain berimplikasi pada teknis pelaksanaan perundingan iklim (COP), namun juga pada agenda penting dalam perundingan iklim berikutnya. </p>
<p>Agenda penting pertama adalah memperkuat solidaritas global dengan menumbuhkan semangat bersama antarbangsa untuk menghadapi krisis iklim. </p>
<p>Kedua, menetapkan target yang lebih besar bagi Cina, AS, Uni Eropa (termasuk Inggris), dan India untuk menurunkan emisi mereka.</p>
<p>Ketiga, mengintegrasikan tujuan pengendalian krisis lingkungan dengan agenda COVID-19 sehingga proses pemulihan ekonomi tetap bisa berlangsung.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/154186/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Bergabungnya AS kembali ke Perjanjian Paris memberikan harapan adanya perubahan bagi penurunan emisi global dan upaya mengatasi dampak krisis iklim, termasuk Indonesia.
Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan Hidup
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/153097
2021-02-04T03:18:09Z
2021-02-04T03:18:09Z
Tiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/380610/original/file-20210126-23-ck4h0w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=17%2C0%2C1920%2C1279&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/climate-change-thermometer-3836835/">pixabay</a></span></figcaption></figure><p>Indonesia, sebagai salah satu negara yang <a href="https://www.mongabay.co.id/2016/10/19/indonesia-ratifikasi-perjanjian-paris-apa-langkah-selanjutnya/">sudah meratifikasi Perjanjian Paris</a>, absen dalam pertemuan virtual tingkat tinggi, <em><a href="https://www.climateambitionsummit2020.org">Climate Ambition Summit 2020</a></em>, pada Desember lalu.</p>
<p>Perjanjian Paris adalah perjanjian yang mengikat secara hukum yang telah disepakati oleh negara-negara anggota UNFCCC (Badan PBB untuk Perubahan Iklim) pada tahun 2015. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyampaikan pidato pembuka dalam pertemuan virtual _Climate Ambition Summit_ 2020" src="https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyampaikan pidato pembuka dalam pertemuan virtual <em>Climate Ambition Summit</em> 2020.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.climateambitionsummit2020.org</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pertemuan ini mengumpulkan negara-negara di dunia untuk meningkatkan target penurunan emisi mereka karena adanya kekhawatiran pandemi memperlambat upaya mengatasi dampak krisis iklim yang sedang terjadi. </p>
<p>Awal Januari ini, Indonesia menyatakan <a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">tidak akan meningkatkan target emisi</a>, yaitu 29% dan 41% dengan bantuan internasional hingga tahun 2030, dan hanya akan memaparkan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada pertemuan iklim berikutnya </p>
<p><a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">Alasan dari pemerintah</a> adalah Indonesia bisa meyakinkan dunia dengan dokumen Kontribusi Iklim Nasional (<em>Nationally Determined Contribution</em>) terbaru, meski tidak menaikkan target penurunan emisi. </p>
<p>Dokumen tersebut sudah menjelaskan bagaimana Indonesia secara ambisius bisa mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan langkah-langkah yang realistis dan logis.</p>
<p>Sampai tulisan ini diterbitkan, Pemerintah Indonesia belum mengirimkan dokumen tersebut kepada UNFCCC.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-tertundanya-pertemuan-iklim-cop26-mengganggu-upaya-untuk-mengurangi-emisi-karbon-ini-penjelasannya-148094">Apakah tertundanya pertemuan iklim COP26 mengganggu upaya untuk mengurangi emisi karbon? Ini penjelasannya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hal ini tentu saja cukup disayangkan karena Indonesia merupakan salah satu <a href="https://www.wri.org/blog/2020/12/interactive-chart-top-emitters">negara penghasil emisi terbesar</a> di dunia, terutama dari <a href="https://www.bps.go.id/publication/2020/11/27/5a798b6b8a86079696540452/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2020.html">sektor kehutanan</a>. </p>
<p>Berdasarkan data <a href="https://www.bps.go.id/publication/2020/11/27/5a798b6b8a86079696540452/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2020.html">Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2020</a>, emisi dari sektor tersebut mencapai 723.510 ribu ton C02e (karbon dioksida ekuivalen) pada tahun 2018 dan total luas wilayah <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran">hutan dan lahan yang terbakar</a> mencapai 529.266,64 hektare atau hampir setara dengan luas wilayah pulau Bali.</p>
<p>Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lain.</p>
<p>Dengan angka yang begitu mengkhawatirkan, tantangan Indonesia akan semakin besar untuk memenuhi target emisi, tapi ahli menyatakan bahwa jika Indonesia tidak menaikkan target emisinya maka Indonesia bisa mengalami beberapa kerugian.</p>
<h2>1) Meningkatkan risiko</h2>
<p>Dalam <a href="https://unfccc.int/files/meetings/paris_nov_2015/application/pdf/cop21cmp11_leaders_event_indonesia.pdf">pidatonya</a> di pertemuan tingkat tinggi negara-negara anggota UNFCCC ke 21, atau <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/paris-climate-change-conference-november-2015/cop-21">COP21</a> (<em>Conference of Parties 21</em>), di Paris, Prancis, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyampaikan kerentanan Indonesia terhadap perubahan iklim dengan statusnya sebagai negara dengan banyak pulau kecil dan 60% penduduk tinggal di wilayah pesisir. </p>
<p>Indonesia menjadi salah satu negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, mulai dari kekeringan, kenaikan air muka laut, gelombang panas, hingga cuaca ekstrem yang semakin sering dan parah. </p>
<p>Jika Indonesia tidak ikut meningkatkan target pengurangan emisi menjadi lebih ambisius maka Indonesia akan mengalami kerugiannya dalam jangka panjang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Banjir akibat cuaca ekstrem semakin intens di seluruh daerah di Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2) Melukai reputasi internasional</h2>
<p>Indonesia sudah memiliki rekam jejak yang baik dalam perundingan iklim. </p>
<p>Salah satunya adalah menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan pertemuan tingkat tinggi PBB untuk Perubahan Iklim ke-13 atau <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/bali-climate-change-conference-december-2007/cop-13">COP13 di Bali</a> pada tahun 2007 dan menghasilkan <a href="https://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdf"><em>Bali Action Plan</em></a>.</p>
<p>Apabila tidak memiliki target iklim yang ambisius, citra dan reputasi Indonesia di dunia internasional yang sudah terbangun sejak COP13 bisa memburuk.</p>
<p>Indonesia akan mendapatkan <a href="https://scholar.harvard.edu/dtingley/publications/effects-naming-and-shaming-public-support-compliancewith-international">kritik dan tekanan</a> dari komunitas internasional dalam kerangka Perjanjian Paris.</p>
<p><a href="https://www.brookings.edu/blog/planetpolicy/2018/06/01/one-year-since-trumps-withdrawal-from-the-paris-climate-agreement/">Keluarnya Amerika Serikat</a> dari Perjanjian Paris adalah contoh nyata bagaimana keputusan tersebut mendapat kecaman dari dunia internasional dan publik domestik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Aktivis Greenpeace Indonesia memprotes kebijakan Presiden Donald Trump yang menyatakan Amerika Serikat mundur dari Perjanjian Paris.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf/ama/17</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selanjutnya, Indonesia akan kalah bersaing dengan negara berkembang yang berkomitmen memperbaharui target pengurangan emisi menjadi lebih ambisius seperti negara tetangga, <a href="https://www.khmertimeskh.com/50793654/the-time-is-now-to-step-up-climate-action/">Kamboja</a>, <a href="https://la.ambafrance.org/The-time-is-now-to-step-up-climate-action-editorial-commun-Royaume-Uni-France">Laos</a>, dan <a href="https://www.moi.gov.mm/moi:eng/news/2218">Myanmar</a> yang hadir dalam <em>Climate Ambition Summit 2020</em>. </p>
<h2>3) Peluang untuk akses dana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim jadi terbatas</h2>
<p>Upaya pengurangan emisi nasional membutuhkan biaya yang tidak sedikit. </p>
<p>Kementerian Keuangan mengatakan Indonesia membutuhkan dana sekitar <a href="https://www.merdeka.com/uang/indonesia-butuh-rp-3586-t-hingga-2030-atasi-perubahan-iklim-dunia.html#:%7E:text=Merdeka.com%20%2D%20Indonesia%20membutuhkan%20dana,NDC">Rp3.586 triliun</a> untuk pendanaan program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim hingga tahun 2030. </p>
<p>Apabila Indonesia tidak ikut meningkatkan ambisi target emisi, maka memiliki peluang sedikit untuk mengakses pendanaan internasional untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.</p>
<p>Misalnya, melalui <a href="https://www.greenclimate.fund/"><em>Green Climate Fund</em></a>,<a href="https://unfccc.int/topics/climate-finance/funds-entities-bodies/global-environment-facility"><em>Global Environment Facility</em></a>, <a href="https://www.adaptation-fund.org/"><em>Adaptation Fund</em></a> serta skema bantuan bilateral. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dana-desa-bisa-digunakan-untuk-proyek-perubahan-iklim-ini-caranya-128464">Dana Desa bisa digunakan untuk proyek perubahan iklim. Ini caranya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><em>Green Climate Fund</em> dan <em>Adaptation Fund</em> merupakan lembaga pendanaan internasional yang dibentuk oleh UNFCCC dan memiliki peran khusus mendukung pencapaian Perjanjian Paris. </p>
<p><em>Green Climate Fund</em> mendanai aksi mitigasi dan adaptasi, sedangkan <em>Adaptation Fund</em> fokus mendanai proyek dan program adaptasi perubahan iklim.</p>
<p>Sementara, <em>Global Environment Facility</em> (GEF) adalah lembaga pendanaan internasional yang dibentuk sejak <a href="https://www.un.org/en/conferences/environment/rio1992">KTT Bumi tahun 1992</a> yang juga mendukung isu-isu lainnya, seperti <a href="https://www.cbd.int">keanekaragaman hayati</a>, <a href="http://www.pops.int">pencemaran</a>, hingga <a href="https://www.unccd.int">degradasi lahan</a>, tidak hanya isu perubahan iklim. </p>
<p>Total dana dari ketiga lembaga tersebut mencapai US$12,2 miliar atau Rp173 triliun.</p>
<p>Untuk Indonesia, dana-dana internasional ini bisa disalurkan ke beberapa lembaga, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan, Badan PBB untuk Program Pembangunan (UNDP), Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO), Kemitraan, dan <a href="https://ptsmi.co.id">PT Sarana Multi Infrastruktur</a>.</p>
<h2>Belum terlambat</h2>
<p>Edvin Aldrian, perwakilan Indonesia di <a href="https://www.ipcc.ch">IPCC</a> (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Panel Ilmuwan Iklim) menyampaikan dalam wawancaranya dengan saya bahwa target iklim yang baru dan ambisius bisa meyakinkan dunia internasional tentang keseriusan Indonesia terhadap isu perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon, khususnya dari sektor kehutanan.</p>
<p>Lebih lanjut, hal tersebut juga bisa meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam negosiasi internasional, seperti <em><a href="https://ec.europa.eu/trade/policy/countries-and-regions/countries/indonesia/index_en.htm">Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement</a></em>, sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Uni Eropa, terkait dengan perdagangan jasa, investasi, hingga pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Perjanjian ini <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2018/11/12/ri-europe-deal-what-are-next-steps.html">menyaratkan</a> agar para pihak memenuhi standar lingkungan sesuai dengan perjanjian internasional, termasuk Perjanjian Paris. </p>
<p>Selain itu, peningkatan target emisi bisa berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. </p>
<p>Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden sudah menyatakan upaya pengurangan emisi melalui energi bersih dan terbarukan dapat <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5324378/begini-rencana-joe-biden-tekan-jumlah-pengangguran-as">menciptakan 10 juta lapangan pekerjaan baru di negara tersebut</a>.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1283199601001009159"}"></div></p>
<p>Baru-baru ini, Presiden Jokowi menjajaki peluang investasi <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2020/12/14/072200815/jokowi-undang-tesla-untuk-berinvestasi-di-indonesia">Tesla</a> di Indonesia di sektor industri mobil listrik dan baterai kendaraan listrik.</p>
<p>Ini bisa menjadi peluang penciptaan lapangan kerja dan investasi di sektor energi dan transportasi yang bisa didapatkan Indonesia sambil meningkatkan ambisi penurunan emisi.</p>
<p>Saat ini, perhatian negara-negara masih tertuju kepada penanganan penyebaran pandemi dan pemberian vaksin. </p>
<p>Meskipun demikian, negara-negara tidak bisa mengesampingkan upaya penanganan dampak perubahan iklim yang merupakan agenda global jangka panjang. </p>
<p>Mencegah pemanasan global adalah tugas yang sangat sulit, namun bukan suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.</p>
<p>Apabila seluruh negara, termasuk Indonesia, tidak meningkatkan ambisi penurunan emisi, maka kita tidak bisa mencegah kenaikan suhu Bumi sampai batas <a href="https://www.theguardian.com/environment/2020/dec/12/world-is-in-danger-of-missing-paris-climate-target-summit-is-warned">1,5 derajat Celsius</a>. </p>
<p>Masih belum terlambat bagi Indonesia untuk meningkatkan target pengurangan emisi nasional demi menghindari kerugian yang lebih besar lagi, baik dari segi kerusakan lingkungan dan ekonomi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/153097/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stanislaus Risadi Apresian tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Indonesia akan alami banyak kerugian apabila tidak tingkatkan ambisi penurunan emisi nasional.
Stanislaus Risadi Apresian, Lecturer in International Relations, Universitas Katolik Parahyangan
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/148094
2020-10-16T04:41:08Z
2020-10-16T04:41:08Z
Apakah tertundanya pertemuan iklim COP26 mengganggu upaya untuk mengurangi emisi karbon? Ini penjelasannya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/363387/original/file-20201014-17-1ozugwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=22%2C34%2C3748%2C2491&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock,Valentina Petrov </span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Apakah tertundanya negosisasi iklim PBB, COP26, berdampak pada aksi internasional untuk dekarbonisasi? Akankah pertemuan susulan membantu? Apakah pertemuan tersebut bisa gagal karena negara-negara berhenti melakukan aksi?</p>
</blockquote>
<p>Pertemuan tingkat tinggi PBB tentang perubahan iklim ke-26 (<a href="https://www.ukcop26.org">C0P26</a>) dijadwalkan diadakan di Glasgow, UK, pada minggu pertama dan kedua November 2020.</p>
<p>Namun, pandemi COVID-19 sejak April memaksa <a href="https://www.ukcop26.org/cop26-postponement/">penundaan</a> acara dan <a href="https://www.ukcop26.org/new-dates-agreed-for-cop26-united-nations-climate-change-conference/">berubah</a> menjadi November 2021.</p>
<p>Ini berarti 12 bulan penundaan bagi perwakilan-perwakilan dari 200 negara, salah satunya <a href="https://www.mfat.govt.nz/en/environment/climate-change/">Selandia Baru</a>, yang mendapatkan tugas pengawasaan dan pelaksanaan <em>United Nations Framework Convention on Climate Change</em> (<a href="https://unfccc.int">UNFCCC</a>). </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-does-building-and-expanding-motorways-really-reduce-congestion-and-emissions-147024">Climate explained: does building and expanding motorways really reduce congestion and emissions?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sangat penting untuk membuat kemajuan atas target-target yang sudah ditetapkan dalam <a href="https://theconversation.com/the-paris-climate-agreement-at-a-glance-50465">Perjanjian Paris 2015</a>, yaitu membatasi rata-rata pemanasan global pada 1,5-2°C di abad ini, relatif terhadap tahun 1890-an (periode pra-industri). </p>
<h2>Mencegah ‘Bumi Rumah Kaca’ (<em>Hothouse Earth</em>)</h2>
<p>Target suhu yang disetujui di Paris dipilih dengan penuh pertimbangan. </p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/115/33/8252" title="Trajectories of the Earth System in the Anthropocene">Banyak studi</a> menunjukkan peningkatan di atas 2°C akan berdampak kepada sistem iklim (seperti melemahnya penyerapan karbon di laut dan darat). </p>
<p>Ini membuat planet kita menjadi “<a href="https://www.bbc.com/news/science-environment-45084144">Bumi Rumah Kaca</a>” yang akan bertahan ribuan tahun, terlepas dari kondisi emisi di masa depan. </p>
<p>Untuk menghindari skenario ini, perjanjian PBB yang mengikat secara hukum tersebut mendorong semua negara yang berpartisipasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secepat mungkin. </p>
<p>Sebagai bagian dari Perjanjian Paris, negara-negara maju setuju untuk menyediakan 100 miliar dolar dari tahun 2020 bagi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. </p>
<p>Sayangnya, laju emisi global saat ini mengarah pada peningkatan rata-rata suhu global sebesar <a href="https://climateactiontracker.org">lebih dari 2°C dan mungkin sebesar 4°C</a>, melebihi batas target yang ditetapkan di Paris.<br>
Satu <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-020-15453-z" title="Self-preservation strategy for approaching global warming targets in the post-Paris Agreement era">penelitian</a> baru-baru ini menunjukkan kerugian ekonomi jika gagal memenuhi target Perjanjian Paris berpotensi mencapai 600 triliun dolar pada 2100. </p>
<p>Ini <a href="https://science.sciencemag.org/content/356/6345/1362">membuat planet dalam keadaan resesi permanen</a>.</p>
<p>Perwakilan negara diharapkan hadir di Glasgow tahun depan dengan rencana yang lebih matang untuk mengurangi emisi dan memenuhi komitmen mereka untuk membantu negara-negara berkembang.</p>
<h2>Pandemi dan emisi</h2>
<p>Pertemuan 30.000 delegasi di Glasgow akan diwarnai ketidakpastian terkait COVID-19 dan hantaman besar bagi ekonomi global sejak Depresi Besar pada 1930-an. </p>
<p>Pandemi ini sangat berpengaruh tapi belum jelas dampaknya bagi pengurangan emisi. </p>
<p>Sebagian besar orang sudah membatalkan perjalanan dan bekerja dari rumah, dan melalui daring, akibat pandemi. </p>
<p>Data Google dan Apple menunjukkan bahwa setengah dari populasi dunia <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0883-0" title="Current and future global climate impacts resulting from COVID-19">mengurangi perjalanan hingga setengahnya di bulan April</a>.</p>
<p>Sayangnya, emisi gas rumah kaca masih tetap tinggi. </p>
<p>Emisi karbon dioksida global per hari <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0797-x" title="Temporary reduction in daily global CO2 emissions during the COVID-19 forced confinement">turun sebanyak 17% pada awal April</a>. </p>
<p>Begitu ekonomi dunia mulai pulih, emisi naik, <a href="https://library.wmo.int/doc_num.php?explnum_id=10361">menurut PBB</a>, penurunan karbon dioksida hanya mencapai 4-7% tahun 2020, relatif dibandingkan dengan 2019. </p>
<p>Untuk mencapai target Paris dan membatasi pemanasan pada suhu 1,5°C, dunia perlu <a href="https://unfccc.int/news/cut-global-emissions-by-76-percent-every-year-for-next-decade-to-meet-15degc-paris-target-un-report">menurunkan 7,6% dari tahun-ke-tahun pada dekade berikutnya</a>, dan mencapai nol emisi pada 2050. </p>
<h2>Banyak yang harus dikerjakan</h2>
<p>Kenyataannya, negara-negara perlu melakukan lebih banyak aksi untuk dekarbonisasi ekonomi mereka. </p>
<p>Namun, bagi banyak pemerintah negara, pertanyaan yang lebih sulit adalah bagaimana mencapai target emisi yang lebih ambisius dan membangun kembali ekonomi yang tenggelam karena COVID-19 secara bersamaan. </p>
<p>Meski PBB memiliki <a href="https://www.un.org/press/en/2020/db200402.doc.htm">penurunan keuangan yang besar</a> sebanyak 711 juta dolar (pada akhir 2019) karena beberapa negara tidak membayar kewajiban tahunan, seperti <a href="https://www.un.org/en/ga/contributions/honourroll.shtml">AS, Brazil, dan Arab Saudi</a> sebagai <a href="https://www.un.org/en/ga/contributions/honourroll.shtml">pelanggar terbesar</a>, tidak ada alasan
membatalkan pertemuan COP26 di tahun depan.</p>
<p><a href="https://www.climatechangenews.com/2020/08/26/extra-un-climate-talks-mooted-2021-help-negotiators-catch/">Pertemuan susulan memang sudah dibicarakan</a>, tapi belum ada pengumuman lebih lanjut. </p>
<p>Ini bukan berarti tidak ada negosiasi dan komitmen intensif menjelang COP26 di Glasgow nanti. Dan, ada beberapa kemajuan positif. </p>
<h2>Pemulihan pandemi</h2>
<p>Saat dunia mulai memulihkan ekonomi setelah pandemi, beberapa negara maju mengarah kepada stimulus hijau dan komitmen publik untuk mengurangi investasi bahan bakar fosil.</p>
<p>Sebagai contoh, Cina sebagai <a href="https://ourworldindata.org/co2/country/china?country=%7ECHN">penghasil karbon dioksida terbesar di dunia</a> mengumumkan puncak target emisi karbon pada 2030 dan mencapai <a href="https://www.bbc.com/news/science-environment-54256826">karbon netral pada 2060</a>, saat Majelis Umum PBB ke 75. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/china-just-stunned-the-world-with-its-step-up-on-climate-action-and-the-implications-for-australia-may-be-huge-147268">China just stunned the world with its step-up on climate action – and the implications for Australia may be huge</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Komitmen yang lebih ambisius adalah <a href="https://www.theguardian.com/world/2020/mar/09/what-is-the-european-green-deal-and-will-it-really-cost-1tn"><em>European Green Deal</em></a> yang diumumkan pada akhir 2019. </p>
<p>Tujuannya mengurangi emisi gas rumah kaca hingga setengah pada dekade berikutnya dan membuat Eropa menjadi benua karbon netral pertama di dunia. </p>
<p>Untuk mencapai ini, <a href="https://www.bcg.com/en-au/publications/2020/how-an-eu-carbon-border-tax-could-jolt-world-trade">pajak karbon</a> diusulkan pada barang-barang impor ke Uni Eropa. </p>
<p>Ini berdampak luas bagi mitra dagang Eropa, seperti Selandia Baru dan Australia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-are-we-doomed-if-we-dont-manage-to-curb-emissions-by-2030-143526">Climate explained: are we doomed if we don't manage to curb emissions by 2030?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain pengumuman dari negara, industri juga <a href="https://www.economist.com/technology-quarterly/2018/11/29/how-to-get-the-carbon-out-of-industry">berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi</a>. </p>
<p>Sektor keuangan dengan multitriliun dolar memberikan tekanan dengan <a href="https://www.theguardian.com/business/2020/jan/14/blackrock-says-climate-crisis-will-now-guide-its-investments">fokus pada perusahaan rentan terhadap perubahan iklim</a> dan mengidentifikasi “<a href="https://www.lse.ac.uk/granthaminstitute/explainers/what-are-stranded-assets/">aset terdampar</a>”.</p>
<p>Semua komitmen akan mendorong negosiasi penurunan emisi lebih besar, seiring dari persiapan para delegasi di COP26 tahun depan. </p>
<p>Ini hanya akan mendorong semua negara untuk lebih ambisius.</p>
<p>Perhatian akan tetap fokus kepada penghasil emisi terbesar di dunia dalam sejarah, AS, <a href="https://www.theguardian.com/us-news/2020/jul/27/us-paris-climate-accord-exit-what-it-means">yang keluar secara resmi</a> dari Persetujuan Paris pada 4 November nanti, sehari setelah pemilihan presiden di sana. </p>
<p>Jadi, pertemuan COP26 tidak akan gagal, tapi penundaan mungkin memberikan waktu untuk mencapai ambisi Persetujuan Paris dan menghindari kemungkinan terburuk dari perubahan iklim.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148094/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chris Turney adalah penasihat ilmiah dan memilki saham di perusahaan cleatnech, CarbonScape (<a href="http://www.carbonscape.com">www.carbonscape.com</a>) dan menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p>
Pandemi COVID-19 mengakibatkan pertemuan konferensi iklim tahunan ditunda selama 1 tahun, tapi juga menurunkan emisi karbon. Apakah itu cukup dan apakah kondisi ini akan terus berlangsung?
Christian Turney, Professor of Earth Science and Climate Change, Director of Chronos 14Carbon-Cycle Facility, Director of PANGEA Research Centre, and UNSW Node Director of ARC Centre for Excellence in Australian Biodiversity and Heritage, UNSW Sydney
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/128711
2019-12-13T05:49:53Z
2019-12-13T05:49:53Z
Perjuangan krisis iklim dan yang bisa kita lakukan
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/306447/original/file-20191211-95111-1041w2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C368%2C243&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Komunitas Tsaatan di Mongolia bagian utara yang beternak rusa. </span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Manusia tengah menghadapi krisis lingkungan global. Keterdesakan semakin nyata dengan banyaknya kisah terkait bencana iklim dan ekologis serta rekor-rekor iklim yang terpecahkan dari berbagai belahan dunia. </p>
<p>Saat ini, perwakilan negara-negara dunia berkumpul di Madrid untuk menghadiri Konferensi Para Pihak Perubahan Iklim ke 25 (<a href="https://unfccc.int/cop25">COP 25</a>) di bawah PBB untuk perubahan iklim (<em>United Nations Framework Convention on Climate Change</em>) dan membicarakan solusi atas krisis iklim.</p>
<p>Beberapa minggu sebelum COP 25 terselenggara, beberapa <a href="https://350.org/the-science-is-screaming-how-dare-you-ignore-it/">laporan</a> terbaru menunjukkan efek berbahaya akibat terus meningkatnya emisi gas rumah kaca.</p>
<p>Bulan September, aktivis lingkungan Greta Thunberg dan penulis George Monbiot, memproduksi sebuah video <a href="https://www.youtube.com/watch?v=P0B6AxeVNY8%22"><em>#NatureNow</em></a> untuk mempromosikan <a href="https://www.iucn.org/commissions/commission-ecosystem-management/our-work/nature-based-solutions">solusi alami</a> “dalam memperbaiki iklim kita yang rusak”. </p>
<p>Mereka menyarankan solusi tersebut berdasarkan proses dan fungsi alami dari lingkungan dan termasuk kegiatan seperti reforestasi dan restorasi hutan, lahan basah dan kawasan mangrove.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/-Q0xUXo2zEY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Aktivis lingkungan Greta Thunberg dan George Monbiot membantu memproduksi film pendek yang menekankan kepada pentingnya perlindungan, restorasi, dan alam dalam menghadapi krisis iklim.</span></figcaption>
</figure>
<p>Dalam video tersebut, Greta dan George menyatakan bahwa dunia masih mengeluarkan <a href="https://www.theguardian.com/environment/2015/may/18/fossil-fuel-companies-getting-10m-a-minute-in-subsidies-says-imf">uang 1000 kali lebih banyak untuk subsidi bahan bakar fosil</a> ketimbang mendukung solusi-solusi perubahan iklim yang berdasarkan kemampuan alam. Mereka mengingatkan bahwa kita perlu ‘melindungi, merestorasi, dan mendanai lingkungan’.</p>
<p>Terlepas dari perlunya aksi-aksi cepat dan nyata, kita harus mampu mengenali adanya kepentingan lain dalam “solusi-solusi” yang ditawarkan dan untuk kepentingan siapa aksi tersebut akan dinikmati. </p>
<p>Solusi-solusi yang ditawarkan pada COP 25 seharusnya mampu merefleksikan tuntutan dari masyarakat. Namun, ini masih belum terlihat. Contohnya, konferensi COP 25 seharusnya digelar di Santiago, Cile, namun harus dipindahkan ke Madrid, demi menghindari demonstrasi terkait kesenjangan ekonomi antara miskin dan kaya yang sedang berjalan di negara tersebut. </p>
<p>Sementara, kebijakan ekonomi seperti itulah yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap kerusakan ekologis. Kini, pertaruhan sangat besar dan kita bisa gagal karena waktu semakin sempit untuk menghubungkan kedua isu tersebut. </p>
<h2>Sebuah pertarungan kepentingan</h2>
<p>Sebagai kelompok peneliti dan praktisi yang memiliki komitmen nyata untuk mengimplementasikan solusi-solusi alami di lapangan sebagai bagian penyelesaian masalah krisis iklim, kami merasa perlu pula untuk membicarakan isu lain yang belum mampu diungkapkan dalam video <em>#NatureNow</em>. </p>
<p>Kami ingin menekankan bahwa intervensi kami bertujuan untuk lebih memberikan dukungan kepada energi dan upaya keduanya, namun kami merasa penting membahas pertanyaan yang selalu gagal diutarakan.</p>
<p>Ketimbang meneruskan retorika “kita berada pada kapal yang sama”, kita perlu membahas soal isu politik yang lebih mendalam, yaitu siapa yang menang, siapa yang kalah, dan alam siapa yang kita bicarakan saat kita mengajukan solusi berbasis alam tersebut. </p>
<p>Korporasi global seperti Coca-Cola, Shell, Bayer, dan BP, semakin tergantung kepada citra ‘hijau’ mereka untuk bisa bertahan.</p>
<p>Beberapa LSM diduga menerima donasi dari perusahaan besar dan memberikan pandangan bahwa industri ekstraktif peduli terhadap lingkungan. Mereka seharusnya bisa memiliki tanggung jawab lebih besar atas aksi tersebut. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/more-than-carbon-taxes-we-need-wholescale-energy-transitions-105612">More than carbon taxes, we need wholescale energy transitions</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Perubahan transformatif yang kita butuhkan seharusnya dilandasi oleh prinsip keadilan lingkungan, yang memberikan penekanan kepada adanya konservasi alam serta keadilan migran, pendekatan konservasi alam yang partisipatif, dan pengakuan terhadap hak lahan masyarakat. </p>
<p>Isra Hirsi, remaja 16 tahun dan salah satu pelopor gerakan demonstrasi lingkungan di Amerika Serikat, mengingatkan bahwa <a href="https://www.vice.com/en_us/article/a357wp/isra-hirsi-ilhan-omar-daughter-climate-strike-profile">advokasi iklim</a> tidak sama dengan cinta ‘aktivitas luar ruangan’. Tapi, sebuah perjuangan yang mendukung komunitas yang kehilangan udara dan air akibat polusi. </p>
<p>Agar perubahan yang berarti bisa terwujud, kita tidak bisa membiarkan bisnis-seperti-biasa dengan wajah ramah lingkungan mengalahkan suara-suara perubahan yang tumbuh dari jalan. </p>
<h2>Melindungi siapa dan untuk siapa?</h2>
<p>Baik Greta Thunberg maupun George Monboit sama-sama setuju bahwa solusi krisis iklim berbasis pendekatan alami hanya mungkin apabila kita bisa meninggalkan bahan bakar fosil. Pendapat mereka benar.</p>
<p>Tapi, apakah yang akan terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah tempat solusi alami itu akan dilakukan?</p>
<p>Bagi banyak orang, alam memiliki nilai yang lebih dari sekadar alat atau sekumpulan pohon yang menyerap karbon dioksida dari udara.</p>
<p>Bagi orang-orang tersebut, hidup mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari alam, sama seperti serangga dan ranting pohon menjadi bagian tak terpisahkan dari hutan. </p>
<p>Kita perlu lepas dari pemahaman bahwa alam sebagai alam murni karena lingkungan terbentuk dari manusia melalui gaya hidup mereka. </p>
<p>Untuk mencapai keuntungan semaksimal mungkin, alam kemudian menjadi sumber pendapatan bagi industri. Investasi pada keanekaragaman hayati dan konservasi alam menjadi bisnis besar yang terbentuk sebagai bentuk <a href="https://www.ft.com/content/7cfe2c70-ff41-30c9-bb32-512dbe216f48">pencitraan</a> belaka bahwa mereka sudah berkontribusi aktif dalam penyelesaian krisis iklim.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/greta-thunbergs-radical-climate-change-fairy-tale-is-exactly-the-story-we-need-124252">Greta Thunberg's radical climate change fairy tale is exactly the story we need</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ini sama halnya dengan <a href="https://www.theguardian.com/environment/2012/aug/10/nature-economic-value-campaign">pemberian nilai moneter terhadap alam</a> sebagai pembenaran akan risiko perlindungan ala barat, sementara mengalienasi hubungan manusia dengan alam dan mereduksi menjadi <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2012/aug/06/price-rivers-rain-greatest-privatisation">transaksi yang berorientasi profit</a>. </p>
<p>Lebih lanjut, fokus hanya kepada karbon saat berbicara perlindungan hutan dan restorasi berisiko mengabaikan makna dan nilai relasi yang diberikan oleh hutan bagi manusia. </p>
<h2>Divestasi, dekolonisasi dan melawan</h2>
<p>Kita harus sadar akan bahaya pertumbuhan hijau yang sebenarnya hanya mengacu kepada pertumbuhan ekonomi dan menjalankan bisnis seperti biasa (<em>business as usual</em>). </p>
<p>Belum ada definisi jelas yang dapat menjelaskan arti bisnis hijau, namun model ini mengarah pada penurunan emisi karbon melalui peningkatan teknologi serta penilaian alam dan lingkungan berdasar mekanisme pasar. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/305688/original/file-20191206-90580-1ckjlja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/305688/original/file-20191206-90580-1ckjlja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/305688/original/file-20191206-90580-1ckjlja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/305688/original/file-20191206-90580-1ckjlja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/305688/original/file-20191206-90580-1ckjlja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/305688/original/file-20191206-90580-1ckjlja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/305688/original/file-20191206-90580-1ckjlja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Desa yang terletak di pegunungan di kawasan lindung Nam Ha, di Luang Namtha, Laos.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pertumbuhan hijau tidak sama dengan merespon krisis iklim. </p>
<p>Kita perlu memastikan bahwa dana perlindungan alam bukanlah upaya sektor swasta belaka untuk memuluskan kepentingan dalam pengembangan pasar karbon.</p>
<p>Dana itu harus disalurkan ke bentuk-bentuk <a href="https://www.theguardian.com/environment/2015/jun/23/a-beginners-guide-to-fossil-fuel-divestment">alternatif divestasi</a> yang berfokus untuk menghentikan perkembangan industri bahan bakar fosil, <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2019/may/09/seas-stop-eating-fish-fishing-industry-government">penangkapan ikan berlebihan</a>, dan <a href="http://www.etcgroup.org/sites/www.etcgroup.org/files/files/too_big_to_feed_short_report_etc_ipes_web_final.pdf">ekspansi bisnis agraria</a>.</p>
<p>Kita perlu melakukan restorasi, tapi kita bisa berbuat lebih!</p>
<p>Kita perlu mengenal penjaga asli lahan dan air dan belajar dari mereka.</p>
<p>Alam bukanlah lanskap yang indah dan pasif untuk kita eksploitasi. Banyak gambar alam yang luput memasukkan manusia di sekitarnya (<em>greenwashed</em>) yang mengalami tekanan dan opresi, membuat kita lupa bahwa mereka adalah orang-orang yang benar-benar menyebut alam sebagai rumah.</p>
<p>Kita juga perlu meninggalkan paham yang selama ini kita pegang, bahwa alam berada jauh “di luar sana” dan bukan ada di sekitar kita. </p>
<p>Selain itu, kita juga harus membongkar gagasan tentang alam hanya sebagai kebaikan global yang menghasilkan konsep, kebutuhan dan permintaan lokal atas tanah dari para penghuninya. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indigenous-hunters-are-protecting-animals-land-and-waterways-118652">Indigenous hunters are protecting animals, land and waterways</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kita juga harus memulai perlawanan untuk mendukung perjuangan jutaan orang yang terpinggirkan di seluruh dunia, yang kehilangan tanah, hutan, air, serta cara hidup
mereka. </p>
<p>Perlawanan ini tidak sekadar demonstrasi dengan spanduk soal gerakan lingkungan. Peduli terhadap lingkungan juga berarti melawan objektifikasi alam sebagai komoditas dan ketidakadilan lingkungan.</p>
<p>Selain itu, kita bisa pula mencari tahu informasi terkait perjuangan serta aspirasi pembela lingkungan dan penghuni hutan. Siapa yang mereka lawan dan bagaimana kita bisa membantu perjuangan mereka.</p>
<p>Mobilisasi serta pergerakan yang terorganisir merupakan hal yang penting dalam perjuangan panjang ini.</p>
<p>Demonstrasi kaum muda di penjuru dunia yang dipelopori <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2019/sep/23/world-leaders-generation-climate-breakdown-greta-thunberg">suara Greta Thunberg</a> menjadi tonggak awal yang menandai kesadaran politik global akan krisis iklim. Terlepas dari berbagai tantangan yang akan datang, perjuangan ini harus terus kita lanjutkan.</p>
<p><em>Stefanus Agustino Sitor menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/128711/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Siapa yang menang, siapa yang kalah, dan alam siapa yang kita bicarakan saat berbicara soal solusi berbasis alam?
Diana Vela Almeida, Postdoctoral researcher, Geography, Norwegian University of Science and Technology
Catherine Windey, PhD Researcher, Development Studies, University of Antwerp
Gert Van Hecken, Assistant Professor, Institute of Development Policy (IOB), University of Antwerp
Melissa Moreano, Professor, Department of Environment and Sustainability, Universidad Andina Simón Bolívar
Nicolas Kosoy, Associate Professor, Faculty of Agricultural and Environmental Sciences, McGill University
Vijay Kolinjivadi, Postdoctoral researcher, Institute of Development Policy (IOB), University of Antwerp
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/125390
2019-10-30T02:36:30Z
2019-10-30T02:36:30Z
Mencairnya lapisan es dan pengaruhnya bagi laut Indonesia. Ini kata panel ilmuwan PBB
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/298896/original/file-20191028-113948-1v5sx2h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=8%2C0%2C985%2C611&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/gsfc/20769799409">NASA/Goddard/Maria-José Viñas</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/">CC BY-NC</a></span></figcaption></figure><p>Ilmuwan, negarawan dan masyarakat Islandia baru-baru ini memasang <a href="https://www.bbc.com/news/world-europe-49345912">plakat peringatan di gletser Okjökull</a> yang kehilangan lapisan es dan statusnya sebagai gletser akibat pemanasan global oleh aktivitas manusia. Dalam monumen tersebut tertulis peringatan bahwa dalam 200 tahun mendatang, umat manusia akan menyaksikan gletser-gletser lainnya mengikuti jejak Okjökull.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/298193/original/file-20191022-55674-1jflpog.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/298193/original/file-20191022-55674-1jflpog.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/298193/original/file-20191022-55674-1jflpog.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/298193/original/file-20191022-55674-1jflpog.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/298193/original/file-20191022-55674-1jflpog.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/298193/original/file-20191022-55674-1jflpog.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/298193/original/file-20191022-55674-1jflpog.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah plakat diletakkan sebagai peringatan atas hilangnya gletser Okjökull glacier karena perubahan iklim.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://cpb-us-e1.wpmucdn.com/news-network.rice.edu/dist/c/2/files/2019/07/image1.jpg">Rice University</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Indonesia juga memiliki gletser seperti Islandia, yaitu di Pegunungan Jayawijaya. Tidak kurang dari 84,9% dari massa es di Pegunungan Jayawijaya telah mencair sejak tahun 1988, sehingga <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11629-017-4539-0">warisan alam ini pun diprediksi akan hilang dalam dekade mendatang</a>.</p>
<p>Yang lebih mengkhawatirkan lagi, dampak perubahan iklim oleh emisi gas rumah kaca tidak hanya menyentuh gletser yang hanya ada satu-satunya di Indonesia ini, tetapi juga laut yang luasnya meliputi 70% dari wilayah Indonesia dan kedalamannya melebihi ketinggian Puncak Jaya. </p>
<p>Baru-baru ini panel ilmuwan PBB untuk isu perubahan iklim atau <a href="https://www.ipcc.ch/">IPCC (<em>Intergovernmental Panel on Climate Change</em>)</a> merilis <a href="https://report.ipcc.ch/srocc/pdf/SROCC_FinalDraft_FullReport.pdf"><em>Special Report on Ocean and Cryosphere in a Changing_Climate</em></a> (SROCC), kajian terkait dengan kondisi laut dan kriosfer (gletser, lapisan es, dsb) di dunia. </p>
<p>Saat ini saya terlibat dalam penulisan <a href="https://www.ipcc.ch/assessment-report/ar6/">laporan iklim PBB mendatang atau <em>Sixth Asessment Report</em></a> untuk aspek kelautan, kriosfer dan kenaikan permukaan laut. Berikut penjelasan saya terkait hasil-hasil kajian SROCC yang perlu menjadi perhatian masyarakat Indonesia.</p>
<h2>Laut semakin panas, semakin asam, dan semakin berkurang kadar oksigennya</h2>
<p>Sejumlah <a href="https://www.ipcc.ch/site/assets/uploads/2019/09/SROCC-factsheet.pdf">104 pakar iklim dari 36 negara</a> mengkaji status dan proyeksi dampak perubahan iklim terhadap laut dan kriosfer serta implikasinya bagi ekosistem dan manusia berdasarkan 6.981 publikasi ilmiah. </p>
<p>Hasil penelitian para ahli iklim mengungkap bahwa mencairnya lapisan es yang bermuara pada naiknya permukaan laut secara global merupakan satu dari beberapa efek domino dari perubahan iklim.</p>
<p>Laporan IPCC menunjukkan, secara persisten, perubahan iklim menyebabkan laut semakin panas, semakin asam dan kekurangan kadar oksigen. Kenaikan permukaan laut yang berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil tidak hanya terus terjadi, namun lajunya juga semakin cepat. </p>
<p>Fenomena iklim esktrem seperti <a href="https://www.japantimes.co.jp/news/2019/03/05/world/science-health-world/marine-heat-waves-threatening-fish-corals-study/#.Xa85XZMzaqA">gelombang panas laut</a> (<em>marine heatwave</em>) akan semakin sering terjadi dengan intensitas dan durasi yang meningkat terutama di daerah tropis. </p>
<p>Begitu pula dengan fenomena ekstrem <a href="https://kompas.id//baca/utama/2019/10/08/mulai-tahun-depan-musim-kemarau-diprediksi-lebih-panas-dan-kering/">El Niño-Osilasi Selatan</a> yang membawa bencana kekeringan dan banjir di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesia-perlu-lebih-banyak-penelitian-dampak-sampah-plastik-di-laut-125432">Indonesia perlu lebih banyak penelitian dampak sampah plastik di laut</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Dampak bagi Indonesia: Sumber daya laut yang tergeser, tertekan dan berkurang</h2>
<p>Laporan SROCC mengisyaratkan beberapa catatan penting terkait dampak perubahan iklim bagi Indonesia sebagai negara kepulauan di kawasan tropis. </p>
<p>Pertama, keanekaragaman hayati laut menjadi taruhan. Perubahan iklim turut mengubah ritme musiman dan distribusi spesies laut.</p>
<p>Sejak tahun 1950an, secara global, spesies laut yang biasa hidup di kedalaman kurang dari 200 meter berpindah menjauhi kawasan tropis sejauh kurang lebih 52 kilometer per dekade. Hal serupa juga terjadi pada spesies-spesies laut dalam. Mengingat beragamnya spesies laut di Indonesia, maka perlu ada penelitian lebih lanjut tentang ritme musiman dan distribusi tersebut.</p>
<p>Kedua, laporan SROCC menekankan bahwa terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling sensitif dibandingkan dengan ekosistem lainnya seperti padang lamun dan mangrove.</p>
<p>Kondisi ini berpengaruh bagi <a href="http://www.oseanografi.lipi.go.id/shownews/163">Indonesia yang memiliki padang lamun terluas di Asia Tenggara</a> dan <a href="http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/561">23% mangrove di dunia</a>. Menurunnya jasa ekosistem lamun dan mangrove dapat mengurangi peran ekosistem laut pesisir dalam menyerap emisi karbon. </p>
<p>Ketiga, pemanasan laut dapat menambah beban sektor perikanan dalam menghadapi isu <em>overfishing</em> dengan menekan potensi tangkapan ikan maksimal hingga sekitar 30% di perairan Indonesia apabila emisi gas rumah kaca dibiarkan meningkat sepanjang abad 21. Kombinasi antara pemanasan dan pengasaman laut juga berdampak negatif pada stok
ikan dan binatang bercangkang, seperti kerang mutiara dan lobster. </p>
<h2>Tidak semua salah perubahan pada iklim</h2>
<p>Untuk dapat mengambil langkah adaptasi yang efektif, kita perlu memahami berbagai penyebab degradasi lingkungan laut yang tidak selalu disebabkan oleh perubahan iklim.</p>
<p>Salah satu contoh klasik adalah <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-44636934">kenaikan permukaan laut di Jakarta</a> yang lebih banyak disebabkan oleh penurunan permukaan tanah karena penyedotan air tanah.</p>
<p>Contoh lainnya, SROCC membedakan fenomena pengasaman atau penurunan pH air laut antara pengasaman laut (<em>ocean acidification</em>) dan pengasaman pesisir (<em>coastal acidification</em>). </p>
<p>Pengasaman laut merujuk kepada penurunan tingkat keasaman air laut akibat reaksi antara gas rumah kaca CO2 dan air laut. Namun, di kawasan perairan Indonesia juga terjadi pengasaman pesisir oleh aktivitas lokal manusia seperti pembuangan limbah, sehingga laju pengasaman air laut lebih tinggi dari tren global. </p>
<p>Solusi-solusi lokal seperti penanggulangan limbah yang efektif dan restorasi ekosistem lamun yang mempengaruhi pH air laut secara lokal dapat mengurangi dampak dari pengasaman air laut bagi masyarakat sekitar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kisah-para-pahlawan-pesisir-indonesia-dari-merusak-menjadi-melindungi-124316">Kisah para pahlawan pesisir Indonesia: dari merusak menjadi melindungi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>SROCC dan negosiasi iklim</h2>
<p>SROCC menjadi masukan ilmiah penting bagi negosiasi iklim dalam UN Framework Convention on Climate Change Conference (COP25) di Chile pada bulan Desember 2019 yang akan mengangkat tema kelautan atau ‘Blue COP’. </p>
<p>Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki peran penting dalam mengambil langkah yang konkret dan realistis terhadap isu perubahan iklim. </p>
<p>Dalam laporan SROCC dipaparkan juga keuntungan yang diraih dari strategi adaptasi perubahan iklim yang ambisius dan efektif, seperti perlindungan terhadap masyarakat pesisir terutama daerah padat populasi atas dampak naiknya permukaan laut, yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Berbeda dengan <a href="https://www.ipcc.ch/2019/08/08/land-is-a-critical-resource_srccl/">daratan yang menjadi penyebab dan korban dari perubahan iklim</a>, SROCC memaparkan bahwa laut adalah korban dari perubahan iklim. </p>
<p>Kondisi laut yang semakin panas, asam dan kekurangan kadar oksigen memiliki implikasi bagi komitmen Indonesia dalam perlindungan keanekaragaman hayati maupun pemenuhan target <a href="https://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-development-goals/">Sustainable Development Goals</a>.</p>
<p>Hal ini karena menurunnya kemampuan menjaga biodiversitas laut dari berbagai tekanan lingkungan, potensi mitigasi gas rumah kaca dari sektor kelautan, dan pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan. </p>
<p>Kajian ilmiah yang tertuang dalam SROCC, Blue COP serta <a href="https://www.oceandecade.org/">UN Decade of Ocean Science (2021-2030)</a> adalah momentum untuk melakukan langkah-langkah non <em>business-as-usual</em> dan inklusif yang akan diapresiasi oleh generasi mendatang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/125390/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Intan Suci Nurhati also serves as lead and contributing author Sixth Assessment Report IPCC.
</span></em></p>
Secara persisten, perubahan iklim menyebabkan laut semakin panas, semakin asam dan kekurangan kadar oksigen.
Intan Suci Nurhati, Ph.D., Peneliti Iklim & Laut, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.