Cakupan vaksinasi COVID-19 tidak terlepas dari kesiapan daerah dengan menyediakan lokasi vaksinasi yang dekat dengan tempat tinggal dan program vaksinasi massal.
Academic rigor, journalistic flair
Articles on vaksinasi COVID-19
Displaying all articles
Perempuan dan responden dengan status sosial ekonomi rendah lebih responsif terhadap duta vaksin dari kader kesehatan dibandingkan dengan duta vaksin dari kelompok orang awam.
Faktor cakupan vaksinasi berkontribusi besar dalam mengurangi kesakitan dan kematian.
Dengan adanya vaksin universal yang dibuat dengan teknik vaksin mosaik, vaksin antisipatori dapat dibuat sebelum pandemi terjadi.
Walaupun pemerintah telah membolehkan tidak pakai masker, lebih baik Anda tetap pakai masker di luar ruangan untuk memproteksi diri dari risiko penularan COVID.
Kebijakan yang efektif adalah yang memberikan manfaat maksimal atau mencapai tujuan yang diinginkan.
Tahun ketiga pandemi COVID-19: mengapa sistem kesehatan kita perlu perubahan besar.
Teguh menjelaskan dinamika kebijakan selama pandemi antara kesehatan dan ekonomi, implementasi sains dalam kebijakan, dan pentingnya Indonesia bisa segera memproduksi vaksin sendiri.
Sebuah riset terhadap 45 laki-laki menunjukkan bahwa vaksin mRNA Pfizer dan Moderna tampaknya aman untuk sistem reproduksi laki-laki.
Hanya DKI Jakarta yang telah berhasil melakukan vaksinasi pada lansia lebih dari setengah populasi yakni 79,41%.
Setinggi apa pun targetnya, kecepatan vaksinasi akhirnya akan berpulang kepada ketersediaan pasokan vaksin secara konsisten.
Perlu riset lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana coronavirus varian B.1.1.7 menginfeksi anak-anak dan remaja serta berapa besar peran anak-anak dan remaja dalam penularan varian baru ini.
Perdebatan perlu tidaknya vaksin mandiri tidak akan mengemuka jika program vaksinasi berjalan dengan kecepatan yang diharapkan untuk mencapai herd immunity dalam jangka waktu yang ditargetkan.
Korban pseudosains merupakan pihak yang rentan percaya karena ketidakmampuan menyangkal klaim berdasarkan sumber sahih, padahal memang klaim semu seperti itu tidak perlu dibuktikan kepalsuannya.
Kami berbincang dengan Soegianto Ali, Kepala Program Studi Magister Biomedik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta tentang tantangan vaksinasi COVID-19.
Dari lima riset itu, cukup jelas bahwa bukti-bukti ilmiah lebih dari cukup untuk menyusun kebijakan yang efektif mengendalikan pandemi dan mengurangi dampaknya.
Tanpa ada kerja sama antarprovinsi, virus corona akan berputar-putar di antara provinsi yang vaksinasinya tidak merata.
Sebuah prediksi dengan data awal Februari lalu dari Bloomberg menyatakan Indonesia butuh waktu 10 tahun untuk vaksinasi penduduk sebanyak itu jika penyuntikan vaksin hanya 60 ribu dosis per hari.
Vaksinasi mandiri bagi pengusaha hanya akan menjangkau kurang dari 4 juta pekerja dan jika dijual ke umum hanya akan menguntungkan kalangan menengah ke atas.
Individu mesti didorong untuk mengutamakan kesejahteraan bersama di atas kepentingan sendiri dengan cara mengorbankan kebebasannya untuk memilih tindakan pencegahan agar program vaksinasi berhasil.
Semua calon vaksin itu menunggu pembuktian keamanan dan efikasinya. Kita perlu waktu yang lebih panjang untuk mendapatkan vaksin yang terbukti aman, nyaman, dan efektif.
Top contributors
-
PhD Candidate in Public Policy, Australian National University
-
Associate Professor, Hospital Management Department Public Health Faculty,, Universitas Hasanuddin
-
Peneliti The Cochrane Collaboration; Associate Professor, School of Medicine dan Institute of Research, Development, and Innovations, International Medical University (IMU) Malaysia
-
Dosen di Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Universitas Gadjah Mada
-
Researcher in disease surveillance and biostatistics, Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU)
-
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Kepala Program Studi Magister Biomedik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
-
PhD Researcher in Epidemiology, Heidelberg Institute of Global Health, Germany, University of Heidelberg
-
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
-
Direktur, Center of Economic and Law Studies (CELIOS)
-
Researcher, Atma Jaya Neuroscience Research (ANR), Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
-
Associate Professor of Urology, University of Miami
-
PhD, University of Adelaide
-
Graduate Student, Department of Immunology, Harvard University
-
PhD Candidate - Asia Institute, The University of Melbourne
-
Peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK KMK, Universitas Gadjah Mada
