Menu Close
Sebagian besar orang muak dan lelah karena begitu terpecah belah. Lightspring/Shutterstock.com

4 strategi berdasarkan sains untuk debat politik yang lebih beradab dan mendorong toleransi

“Perubahan iklim itu hoaks,” kata sepupu saya di sebuah acara keluarga. “Saya baca di Twitter itu hanya cara untuk supaya orang membeli mobil listrik mahal.”

Saya menghela nafas sambil berpikir, “Bagaimana dia bisa mendapat informasi yang salah?” Saya ingin sekali berkata “Astaga, yang kamu baca itu kebohongan di media sosial semua.”

Tidak diragukan lagi, sepupu saya memikirkan hal yang sama tentang saya, ketika saya mengatakan bahwa Partai Republik terlalu takut pada presiden kami Donald Trump sehingga tidak berbuat apa-apa.

Karena tidak ingin membuat keributan, kami tidak menanggapi banyak ucapan masing-masing dan membiarkan begitu saja.

Sebagai seorang profesor psikologi dan psikolog klinis di praktik swasta, saya tahu hubungan saya dengan sepupu saya itu akan membaik jika kami dapat membahas masalah-masalah itu dengan cara yang tidak keras satu sama lain. Andaikan.

Saya tidak sendirian dalam rasa frustasi ini - dan dalam keinginan saya untuk berubah. Sebuah jajak pendapat pada Desember 2019 yang diadakan oleh Public Agenda/USA TODAY/Ipsos menunjukkan lebih dari 9 dari 10 orang Amerika Serikat (AS) mengatakan sudah waktunya untuk mengurangi perpecahan, yang mereka yakini diperburuk oleh para pemimpin pemerintah dan media sosial.

Orang-orang yang ingin menghentikan permusuhan dan berhubungan satu sama lain lagi. Namun, bagaimana caranya?

Berdasarkan pengetahuan saya tentang penelitian psikologis, berikut adalah empat pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mengatasi perpecahan.

Jangan mengisolasi diri Anda dari orang-orang dengan sudut pandang berbeda. Rawpixel.com/Shutterstock.com

1. Menjalin hubungan

Menghindari interaksi dengan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda dapat melanggengkan perpecahan. Ambil risiko untuk menjalin hubungan dengan orang-orang ini.

Lakukan pendekatan melalui aktivitaas yang Anda sukai seperti menjadi sukarelawan atau lewat klub hobi. Anda bahkan dapat mengundang orang-orang dari berbagai latar belakang untuk makan bersama seadanya di rumah Anda.

Kegiatan seperti ini dilakukan lewat berbagi tujuan bersama, yang menciptakan suasana kooperatif dan bukannya kompetitif. Penelitian menunjukkan bahwa kontak saja tidak menjamin interaksi kooperatif. Untuk benar-benar menjalin hubungan, Anda harus menunjukkan rasa hormat saat mengusahakan tujuan bersama.

2. Temukan kesamaan

Penting untuk diingat bahwa kebutuhan dasar untuk merasa aman dimiliki oleh semua orang. Berfokus pada kesamaan dapat membawa pada pemahaman yang lebih dalam tentang orang lain, sementara fokus pada perbedaan akan mengarah pada argumen.

Sebuah argumen melibatkan dua orang yang satu sama lain merasa dirinya satu benar, dan lawan bicaranya salah. Namun, apa yang hilang dalam skenario ini adalah kesamaan dari masalah yang mereka berdua coba selesaikan.

Nyatakan kembali masalahnya. Bersama-sama, bertukarlah pikiran tentang semua cara yang berbeda untuk menyelesaikannya.

Contohnya, seseorang mungkin mengatakan satu-satunya cara untuk melindungi Amerika dari terorisme adalah dengan membatasi imigrasi. Alih-alih menantang bahwa imigrasi harus dibatasi, Anda dapat menyatakan ulang masalahnya - lalu tanyakan, apakah mungkin ada cara lain untuk mengatasi terorisme selain dengan membatasi imigrasi. Anda mungkin menemukan beberapa solusi yang Anda setujui.

3. Komunikasikan

Dengarkan lebih banyak dan kurangi bicara. Tunjukkan pada lawan bicara Anda bahwa Anda telah memahami apa yang mereka katakan sebelum mengeluarkan pikiran Anda.

Semua orang ingin agar perkataannya didengar dan dipahami. Jika tidak, mereka akan terus menekankan poin mereka. Jadi, untuk menghentikan pertengkaran, mulailah mendengarkan dan merenungkan kembali apa yang telah Anda dengar.

Jangan abaikan omongan lawan bicara, walau sangat ingin. Fran jetzt/Shutterstock.com

Anda mungkin pernah mengalami mendengarkan hanya apa yang ingin Anda dengar - dan mungkin mendapati diri Anda tidak mendengarkan sama sekali. Anda mungkin hanya menunggu suatu jeda untuk memberikan reaksi spontan terhadap apa yang dikatakan orang lain.

Untuk mendengarkan dengan baik, Anda harus terlebih dahulu membuka telinga, mata, dan hati Anda. Periksa bias Anda sehingga Anda dapat mendengar tanpa menghakimi. Tangguhkan kepentingan diri Anda dan tetap fokus pada apa yang dikatakan orang lain. Kemudian, beri tahu orang itu apa yang Anda dengar.

Menunjukkan empati bukan berarti Anda setuju dengan apa yang dikatakan orang lain. Menunjukkan empati berarti Anda meyakinkan orang lain tentang yang telah Anda dengar sebelum membuat pernyataan Anda sendiri.

Sekarang, saatnya bagi Anda untuk berbagi dari pikiran Anda. Ambil napas dalam-dalam. Tenangkan diri dan kaji kembali Anda sehingga Anda dapat memberikan respons yang dipertimbangkan, alih-alih reaksi cepat. Anda bisa tidak setuju tanpa bersikap tidak hormat.

Komunikasi menggunakan proses di atas untuk mengarah ke percakapan alih-alih argumen dan membangun hubungan yang lebih saling percaya. Butuh cukup satu pihak untuk membuat percakapan empatik, karena empati mengundang empati. Semakin banyak pengertian yang Anda berikan, semakin banyak yang Anda dapatkan.

Jangan cepat percaya skeptis dan kenali situasi ketika Anda dimanipulasi oleh konten yang memecah belah. eakkaluktemwanich/Shutterstock.com

4. Belajar mengevaluasi media secara kritis

Jangan secara pasif menerima semua yang Anda lihat dan dengar. Ada terlalu banyak sumber fakta yang menyimpang, pendapat yang tidak didukung fakta dan kebohongan nyata tersedia saat ini. Lakukan evaluasi secara kritis apa yang disajikan dengan mempertimbangkan sumber dan memeriksa fakta konten.

Yang terpenting, jika pesan itu tampak palsu, jangan bagikan. Google memiliki alat pengecekan fakta serta First Draft News memiliki alat untuk mengevaluasi konten palsu dan cara penyebarannya. Anda juga dapat berkonsultasi dengan Full Fact dan panduan fact-checking milik CUNY.

Jadi, ketika Anda mendengar atau melihat seseorang berbagi informasi palsu, jangan menantangnya. Sebagai gantinya, perlihatkan bagaimana cara mengecek fakta informasi tersebut.

Hindari kemarahan dan kebencian dalam konten yang Anda konsumsi. Evaluasilah apakah konten itu berusaha mengadu domba Anda dengan orang atau kelompok lain. Ikuti media yang mendukung empati, kasih sayang, dan pengertian.

Namun, jangan terbuai menjadi katak dalam tempurung dengan hanya membaca konten yang Anda setujui.

Bantu anak-anak dan remaja, tidak hanya untuk mengevaluasi media secara kritis, tapi juga untuk menjadi baik dan peduli terhadap orang-orang yang berbeda dari mereka. Ajarkan toleransi dengan menunjukkan toleransi.

Ya, Anda bisa jadi sendirian dalam mencoba membuat perubahan, tapi pengaruh Anda penting.

Saya berencana saat nanti saya bertemu sepupu saya lagi, saya akan mendengarkan dengan empati; agar dia tahu saya mengerti sudut pandangnya; dan mencoba mengidentifikasi tujuan bersama tempat kami dapat berbagi perspektif.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now