Menu Close
peta dunia

5 jenis peta dunia yang akan mengubah perspektifmu

Sekolah-sekolah negeri di Boston mengumumkan bahwa mereka akan beralih menggunakan peta dunia berbasis proyeksi Peters, ini akan jadi pertama kalinya sekolah negeri di Amerika Serikat (AS) melakukan itu. Mengapa? Karena proyeksi Peters secara akurat menunjukkan ukuran relatif berbagai negara. Meskipun mendistorsi bentuk negara, cara menggambar peta dunia ini menghindari membesar-besarkan ukuran negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara dan juga menghindari mengurangi ukuran negara-negara yang kurang berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

peta dunia proyeksi Peters
Proyeksi Peters. Daniel R. Strebe, CC BY-SA

Inilah yang terjadi pada proyeksi Mercator, yang lebih umum digunakan, yang membesar-besarkan ukuran Bumi di sekitar kutub dan mengecilkannya di sekitar khatulistiwa. Jadi, global north yang telah berkembang tampak lebih besar daripada kenyataannya, dan daerah khatulistiwa, yang cenderung kurang berkembang, tampak lebih kecil. Hal ini menjadi masalah karena peta dunia pertama yang didasarkan pada proyeksi Mercator dibuat oleh penjajah Eropa.

Mengapa masalah ini terjadi? Sederhananya, dunia itu bulat dan peta itu datar. Bayangkan menggambar peta dunia di atas sebuah jeruk, mengupas kulitnya untuk menyisakan satu bagian dan kemudian meratakannya. Tentu saja akan robek. Tapi bayangkan kamu bisa meregangkannya, peta yang tergambar di permukaannya pasti akan berubah bentuk.

peta dunia proyeksi Mercator
Proyeksi Mercator. Daniel R. Strebe, CC BY-SA

Distorsi yang ditimbulkan sangat besar. Peta dengan proyeksi yang berbeda akan mendistorsi peta dengan cara yang berbeda. Pada Proyeksi Mercator, Greenland lebih besar dari Afrika. Padahal kenyataannya, Afrika berukuran 14 kali lebih besar dari Greenland. Hal ini telah mengubah cara pandang kita terhadap ukuran - dan, beberapa orang berpendapat bahwa hal itu berpengaruh kepada cara pandang kita terhadap pentingnya - berbagai bagian dunia. Jadi, ini bukan hanya dilema seorang kartografer - ini adalah masalah politik.

Kartografer Renaisans, Gerardus Mercator, melakukan hal ini untuk melestarikan bentuk-bentuk negara sehingga peta dapat digunakan untuk menghitung arah kompas secara akurat. Arah kompas yang akurat sangat penting jika kamu adalah seorang pelaut abad ke-16. Namun, jika kamu menginginkan gambaran yang lebih baik mengenai ukuran relatif daratan dunia, kamu membutuhkan peta yang mendistorsi bentuk tetapi mempertahankan luasnya seperti yang dilakukan oleh proyeksi Peters.

Peta asli tahun 1569 karya Mercator. Gerardus Mercator

Perbedaan antara proyeksi Peters dan Mercator menunjukkan betapa signifikannya perubahan cara penggambaran peta. Berikut adalah empat gaya peta lainnya yang masing-masing memiliki implikasi politik tersendiri.

1. Peta Dunia “South-up”

peta dunia proyeksi Peters yang memposisikan Selatan di atas
Proyeksi South-up oleh Peters. Daniel R. Strebe, CC BY-SA

Arah utara adalah ke atas, kan? Itu berdasarkan konvensi. Tidak ada alasan ilmiah mengapa utara lebih ke atas daripada selatan. Sama halnya, kita bisa melakukan arah timur ke atas, barat ke atas atau arah kompas lainnya. Membalikkan cara umum penggambaran peta dunia secara sengaja memiliki efek politis yang sama dengan menggunakan proyeksi Peters, menempatkan lebih banyak negara berkembang di belahan bumi selatan yang umumnya lebih miskin di bagian atas peta dan dengan demikian memberi mereka signifikansi yang lebih besar.

Namun, beberapa peta dunia awal menempatkan selatan di bagian atas sebagai hal yang lumrah. Sebagai contoh, pada tahun 1154, ahli geografi Arab, Muhammad al-Idrisi, menggambar peta Eropa, Asia, dan Afrika bagian utara dari selatan untuk bukunya, Tabula Rogeriana. Jazirah Arab dapat dilihat di tengah-tengah peta, tetapi, tentu saja, mengarah ke atas, bukan ke bawah seperti yang biasa kita lihat.

Penggambaran ulang Tabula Rogeriana pada tahun 1927. Muhammad al-Idrisi/Konrad Miller

2. Peta Dunia “Pacific-centred”

Ketentuan lain dari peta dunia adalah bahwa peta tersebut berpusat pada meridian utama, atau garis bujur nol derajat (timur-barat). Namun, hal ini secara ilmiah bersifat arbitrer, yang mengacu pada lokasi Royal Observatory di Greenwich, London. Hasilnya adalah Eropa (meskipun juga Afrika) berada di tengah-tengah peta dunia konvensional - sebuah perspektif yang agak kolonial.

peta dunia pacific-centered
Peta yang berpusat di Pasifik. DEMIS Mapserver/Wikimedia

Peta yang berpusat pada meridian yang sudah umum dikenal menempatkan tepi peta di tengah-tengah Samudra Pasifik sehingga tidak ada benua yang terbelah menjadi dua. Tetapi peta yang berpusat di Samudra Pasifik juga berfungsi dengan baik karena tepian peta berada di tengah-tengah Atlantik. Hal ini menempatkan Asia Timur pada posisi yang lebih menonjol dan mendorong Eropa ke pinggir. Sebagian besar Oseania dan Asia menggunakan peta yang berpusat di Pasifik. (Peta yang berpusat di Amerika juga digunakan, tetapi ini memiliki konsekuensi yang tidak menguntungkan karena membagi Asia ke kedua sisi peta).

Pandangan kita yang berpusat pada meridian membentuk cara kita mengacu pada wilayah-wilayah dunia. Far East, misalnya, menyiratkan jauh dari Greenwich, London. Melihat Eropa di sebelah kiri peta dan Amerika di sebelah kanan dapat terlihat berlawanan dengan intuisi, namun hal ini sama benarnya dengan titik potong arbitrer lainnya. Bagaimana pun juga, dunia ini bulat.

4. Peta dunia proyeksi azimuthal polar

peta dunia proyeksi azimuthal
Proyeksi azimuthal. Daniel R. Strebe, CC BY-SA

Semua proyeksi yang telah kita bahas sejauh ini cenderung menempatkan satu benua di tengah-tengah peta, sehingga lebih menonjol daripada benua lainnya. Alternatif lainnya adalah menempatkan Kutub Utara di tengah. Sangat membingungkan untuk melihat dunia dari sudut pandang kutub. Belahan bumi bagian bawah seharusnya tersembunyi dari pandangan oleh lekukan Bumi karena kita hanya bisa melihat setengah bola pada satu waktu.

Tetapi pada proyeksi azimuthal, belahan bumi selatan ditarik ke dalam tampilan di halaman, dengan konsekuensi bahwa Antartika bersentrifugasi menjadi donat di sekitar tepi peta melingkar. Ini menjadi kelemahan proyeksi ini karena mendistorsi area dan bentuk daratan, tetapi jarak dari Kutub Utara akurat ke segala arah, dengan jarak yang lebih jauh dari pusat menjadi lebih besar pada sumbu timur-barat.

peta yang digunakan PBB
Logo PBB. United Nations

Proyeksi “azimuthal” ini digambarkan pada bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Amerika Utara terlihat menonjol pada bendera awal PBB tahun 1945 (yang memiliki garis bujur 90 derajat ke arah barat yang mengarah ke atas). Tahun berikutnya, peta pada bendera tersebut diorientasikan ulang agar lebih netral dengan memiliki garis tanggal internasional (180 derajat timur, terletak di tengah Samudra Pasifik) yang mengarah ke atas. Peta berhenti pada garis lintang 60 derajat selatan, yang berarti Antartika tidak muncul.

5. Kartogram

kartogram
Voter turnout cartogram. Worldmapper.org / Sasi Group (University of Sheffield) and Mark Newman (University of Michigan)., CC BY

Cara lain untuk merepresentasikan dunia adalah dengan menampilkan ukuran negara secara proporsional dengan indikator utama yang diminati oleh para ahli geografi saat ini, seperti populasi, lingkungan, dan pembangunan. Seperti yang bisa ditebak, peta PDB dunia didominasi oleh Amerika Utara dan Eropa, sementara Afrika hampir menghilang. Peta kartogram populasi memberikan keunggulan yang lebih besar kepada India dan Cina, dan membuat Indonesia jauh lebih besar daripada negara tetangga, Australia. Namun, yang lebih mengejutkan adalah peta partisipasi politik, di mana negara-negara berkembang lebih besar - dan Amerika Utara lebih kecil - daripada yang diperkirakan banyak orang.

Sekarang, kita harus mampu melihat dunia dari berbagai perspektif. Perspektif yang satu tidak lebih benar dari perspektif yang lain - hanya berbeda.


Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,800 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now