Menu Close
Lima orang sedang melakukan meditasi dengan tangan terlipat dalam pose berdoa.
Apakah manfaat meditasi telah dilebih-lebihkan di Barat? FatCamera/E+ via Getty Images

Apa kata ahli tentang mindfulness?

Topik mindfulness (kondisi benar-benar sadar) tampaknya sangat ramai akhir-akhir ini. Pencarian Google yang saya lakukan pada Januari 2022 untuk istilah ini menghasilkan hampir 3 miliar klik. Sekarang , banyak praktek ini secara rutin ditawarkan di tempat kerja, sekolah, kantor psikolog dan rumah sakit di seluruh negeri yang membahas mindfulness.

Sebagian besar antusiasme publik untuk topik ini berkaitan dengan fungsinya yang bis membantu mengurangi stres. Tetapi para ilmuwan dan peneliti yang meneliti topik ini, bahkan tradisi Buddha sendiri, melukiskan gambaran yang lebih kompleks daripada media populer.

Meditasi medis

Mindfulness berasal dari praktik Buddhis yaitu “anapana-sati,” yang merupakan sebuah frasa Sansekerta yang berarti “kesadaran napas.” Sejarawan Buddhis yang bernama Erik Braun telah menelusuri bahwa asal-usul popularitas meditasi kontemporer berasal dari era kolonial Burma (Myanmar modern) pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Meditasi, yang dipraktikkan hampir secara eksklusif di dalam biara sampai saat itu, kini diperkenalkan kepada masyarakat umum dalam format yang disederhanakan yang lebih mudah dipelajari.

Penyebaran meditasi secara bertahap dari waktu itu hingga saat ini adalah cerita yang sangat kompleks.

Di Amerika, meditasi pertama kali mulai dipraktikkan di dalam komunitas spiritual yang beragam pada awal abad ke-19. Yang kemudian diadopsi oleh psikoterapis profesional pada awal abad ke-20. Pada abad ke-21, tren tersebut telah menjadi fenomena pemasaran massal yang dipromosikan oleh selebriti seperti Oprah Winfrey, Deepak Chopra, dan Gwyneth Paltrow.

Proses menerjemahkan praktik meditasi Buddhis lintas budaya telah mengubah praktik tersebut dengan cara yang signifikan. Meditasi modern sering kali memiliki tujuan dan prioritas yang berbeda dari meditasi Buddhis tradisional. Praktik yang sekarang cenderung fokus pada pengurangan stres, kesehatan mental, atau manfaat nyata dalam kehidupan sehari-hari daripada pengembangan spiritual, pembebasan diri, atau pencerahan.

Momen penting dalam transformasi ini adalah pembuatan protokol Mindfulness-Based Stress Reduction atau pengurangan stres berdasar mindfulness oleh Jon Kabat-Zinn,yang merupakan seorang profesor kedokteran di Universitas dari Massachusetts Medical School, pada tahun 1979. Program pengurangan stres melibatkan proses mengajar meditasi kepada pasien sehingga manfaat kesehatannya dapat diukur secara lebih ketat oleh para ilmuwan.

Penelitian tentang aliran baru mindfulness yang lebih bersifat “medis” ini mulai mbanyak dilirik dalam dua dekade terakhir. Sampai hari ini ada lebih dari 21.000 artikel penelitian tentang mindfulness di database online Perpustakaan Nasional Kedokteran di Amerika Serikat — yang dua setengah kali lebih banyak dari artikel yang membahas tentang yoga, tai chi, dan reiki yang telah dipublikasikan.

Bukti ilmiah vs. sensasi kesadaran

Peneliti medis sendiri memiliki pendapat yang jauh lebih terukur tentang manfaat meditasi dibanding media populer.

Misalnya, penelitian tahun 2019, yang merupakan tinjauan dari banyak studi ilmiah individu, menunjukkan bahwa manfaat kesadaran dan intervensi berbasis meditasi lainnya memiliki “keterbatasan yang signifikan” dan penelitian-penelitian yang dilakukan memiliki “kekurangan metodologis.”

Berdasarkan tinjauan mereka terhadap literatur ilmiah, para penulis memperingatkan agar tidak menjadi korban tren. Sisi positifnya, mereka menemukan berbagai bentuk meditasi yang saat ini bisa digunakan untuk mengobati depresi, kecemasan, dan nyeri kronis. Di sisi lain, mereka menyimpulkan bahwa lebih banyak bukti diperlukan sebelum klaim kuat dapat dibuat mengenai dampak mindfulness dalam mengobati kondisi seperti gangguan perhatian, PTSD, makan yang tidak teratur, atau penyakit mental yang serius.

Yang lebih meresahkan, beberapa peneliti bahkan mulai menyarankan bahwa beberapa pasien mungkin akan mengalami efek samping negatif dari praktek meditasi, termasuk kecemasan meningkat, depresi, atau, dalam kasus ekstrim, bahkan menderita psikosis. Sementara penyebab efek samping ini belum sepenuhnya diteliti, terbukti bahwa untuk beberapa pasien, fungsi meditasi terapeutik sebagai obat mujarab masih hanya teori.

Menempatkan perhatian kembali ke dalam konteks

Sebagai sejarawan yang meneliti hubungan antara agama Buddha dan pengobatan, saya berpendapat bahwa mindfulness dapat menjadi praktik yang bermanfaat bagi banyak orang, tetapi kita harus memahami konteks yang lebih luas yang melihat praktik itu sudah berkembang dan telah dilakukan selama berabad-abad. Mindfulness adalah salah satu bagian kecil dari beragam teknik penyembuhan dan perspektif yang telah dikembangkan dan dipertahankan oleh tradisi Buddhis selama berabad-abad.

Buddhist monks in orange robes praying
Mindfulness adalah salah satu bagian kecil dari teknik penyembuhan yang diteruskan oleh agama Buddha. FredFroese/iStock / Getty Images Plus

Dalam sebuah buku, baru-baru ini saya telah menelusuri sejarah dari penjuru dunia tentang kontribusi agama dalam pengembangan ilmu kedokteran selama 2.400 tahun terakhir atau lebih. Tradisi Buddhis telah banyak menganjurkan praktik mindfulness, juga praktik bakti masyarakat, merekomendasikan pengobatan herbal, memberikan saran diet, dan cara menyelaraskan tubuh manusia dengan lingkungan dan musim, yang semuanya terkait dengan penyembuhan.

Gagasan dan praktik ini sangat berpengaruh di seluruh dunia serta dalam komunitas Buddhis di Amerika Serikat Praktik ini telah banyak dilakukan selama pandemi COVID-19 – misalnya, melalui amal medis dari organisasi-organisasi Buddhis internasional yang besar serta melalui nasihat kesehatan yang diberikan oleh para biarawan terkenal seperti Dalai Lama.

Ajaran Buddha banyak yang mengajarkan tentang kesehatan. Tetapi mungkin yang paling signifikan adalah ajarannya tentang adanya kaitan erat antara kesejahteraan fisik dan mental – tidak hanya satu sama lain, tetapi juga dengan kesehatan dan vitalitas semua makhluk hidup.

Meditasi dalam kerangka medis sekarang menjadi bisnis yang menghasilkan lebih dari US$1 miliar per tahun, membuat beberapa kritikus menciptakan label “McMindfulness.” Tetapi menempatkan perhatian kembali ke dalam konteks etika Buddhis menunjukkan bahwa tidak cukup hanya bermeditasi untuk mengurangi stres kita sendiri atau ketika kita ingin lebih efektif menavigasi tantangan dunia modern.

Seperti yang saya tulis dalam buku terbaru saya, etika Buddhis meminta kita untuk melihat lebih jauh melihat keluar di luar diri kita masing-masing. Ini artinya kita untuk menghargai bagaimana segala sesuatu saling berhubungan dan bagaimana tindakan dan pilihan kita mempengaruhi kehidupan kita, masyarakat kita, dan lingkungan. Penekanannya, bahkan saat menyembuhkan diri kita sendiri, selalu menjadi agen belas kasih, penyembuhan, dan kesejahteraan yang menyeluruh.


Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,900 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now