Menu Close

Bagaimana mencegah maraknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa?

CC BY64.6 MB (download)

Kasus bunuh diri yang terjadi di kalangan mahasiswa Indonesia belakangan ramai diperbincangkan. Belum lama ini, seorang mahasiswi di Sidoarjo, Jawa Timur, ditemukan meninggal dunia di dalam mobilnya dan diduga melakukan bunuh diri.

Kasus tersebut bukanlah kasus pertama yang terjadi dalam 3 bulan terakhir. Sebelumnya, kasus mahasiswa yang melakukan bunuh diri terjadi di Yogyakarta, Semarang, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menurut data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas), Kepolisian RI (Polri), terdapat 971 insiden bunuh diri di Indonesia selama periode dari bulan Januari hingga 18 Oktober 2023. Jumlah tersebut telah melebihi angka kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang mencapai 900 kasus.

Dengan fenomena kasus bunuh diri yang semakin banyak, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya?

Dalam episode SuarAkademia terbaru, kami berbincang dengan Siti Aminah, dosen dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Siti mengatakan, kondisi psikologis mahasiswa yang sedang memasuki masa transisi menuju dewasa adalah masa-masa yang rawan. Sehingga, kesehatan mental mereka patut mendapatkan perhatian bersama.

Ketika mereka sedang dalam kondisi yang tidak baik, ada peluang para mahasiswa ini mengambil keputusan buruk yang dianggap dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Menurut Siti, situasi ini semakin menantang karena informasi tentang kesehatan mental kini sangat mudah diakses di internet. Hal ini bisa membuat banyak anak muda melakukan self diagnosis tentang kesehatan mental mereka. Padahal self diagnosis justru bisa berpengaruh pada kesehatan mental dengan menyebabkan seseorang mengalami kekhawatiran yang tidak perlu.

Menanggapi maraknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa, Siti berpendapat bahwa masyarakat harus mengubah stigma bahwa konsultasi ke psikolog adalah hal buruk. Siti menambahkan, kesadaran seseorang untuk mendatangi profesional ketika mengalami gangguan kesehatan mental justru penting karena bisa memberikan penilaian yang lebih valid dibandingkan self diagnosis.

Pemahaman yang baik tentang kesehatan mental, juga peran teman dan keluarga untuk memberikan dukungan ketika menghadapi masalah, atau sekadar memberikan rasa aman dan nyaman untuk bercerita, bisa menjadi langkah yang tepat untuk mencegah kasus ini terulang kembali.

Simak episode selengkapnya di SuarAkademia - ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now