Menu Close
Bisnis dan pertemanan dalam Glass Onion
Dalam film Glass Onion, miliuner Miles Bron dan teman-temannya berseteru dengan Andi Brand - kawan sekaligus mantan rekan bisnis Bron. Netflix

Glass Onion memberi contoh risiko ketika berbisnis bersama teman – ini caranya agar kamu bisa sukses

Film misteri pembunuhan Netflix yang baru, Glass Onion adalah sebuah kisah peringatan – tapi bukan soal influencers, stereotip para laki-laki yang terobsesi tren teknologi (“tech bros”), atau ironisme arsitektur seperti anggapan banyak orang terkait film ini. Glass Onion (dan serial Succession yang tayang di HBO) adalah peringatan soal potensi bahaya untuk berbisnis dengan teman atau keluarga.

Bisnis-bisnis macam ini punya kontribusi besar terhadap perekonomian. Secara global, antara 70%-80% perusahaan dimiliki atau dikelola bersama oleh keluarga atau sekelompok teman. Hubungan dekat memang dapat menjadi sumber dukungan dan pengaruh positif yang besar terhadap ide atau bisnis baru.

Riset saya yang berfokus pada pengembangan bisnis baru di dalam universitas menunjukkan bahwa teman dapat menjadi mitra bisnis yang sukses. Utamanya bagi pelajar, universitas dan perguruan tinggi yang fokus pada kewirausahaan menawarkan berbagai jenis dukungan untuk mewujudkan bisnis impian bersama teman.

Ada beberapa tantangan ketika baru mulai berbisnis bersama mitra, yang akan lebih mudah diatasi jika kita bekerja dengan orang-orang yang dekat dengan kita. Pendiri bisnis harus saling percaya dan memahami apa yang disukai, tak disukai, dan ambisi rekannya.

Jika kamu dan mitramu memiliki kesamaan nilai dan gaya penyelesaian masalah, akan lebih mudah untuk memprediksi bagaimana mitramu akan bereaksi di saat krisis atau ketika dirundung ketidakpastian. Dengan pemikiran ini, lebih mudah bagi kita untuk memanfaatkan hubungan pertemanan untuk menjadi hubungan bisnis.

Risikonya

Tentu saja, pendekatan ini tak selalu berhasil. Apa yang awalnya mungkin hanya pertengkaran atau ketidaksepakatan soal arah bisnis baru, bisa berujung pada sakit hati, memburuknya bisnis (dan hubungan), dan bahkan masalah hukum.

Bisnis yang melibatkan keluarga atau teman dapat betul-betul mengganggu keseimbangan hidup-kerja (work-life balance), hal yang penting dalam kesuksesan bisnis. Berkurangnya batasan dan bertambahnya waktu yang dihabiskan untuk mendiskusikan pekerjaan dapat mengganggu hubungan personalmu hingga berujung pada kelelahan dan rasa sebal. Tak realistis dan sehat untuk terus membicarakan kerjaan sepanjang waktu.

Bisnis keluarga yang berlangsung selama beberapa dekade dengan orang yang sama di puncak manajemen, pada akhirnya mungkin mandek dan terlalu bergantung pada pasar yang telah jenuh. Rasa puas terhadap pencapaian diri sendiri ini, seperti dalam jenis bisnis apa pun, dapat muncul dan kemudian mempengaruhi hubungan dengan konsumen, pengetahuan tentang pesaing, dan kemampuan untuk berinovasi.

Jika tak diatasi dengan baik, permasalahan ini bisa jadi kebiasaan. Seperti yang terjadi di serial Succession, bentrokan kepribadian dan perebutan kekuasaan dapat mengganggu produktivitas dan menjadi ancaman terhadap jalannya usaha.

Melindungimu dan bisnismu

Sebelum memulai, penting untuk membuat rencana ke depan. Ini termasuk menciptakan strategi agar para mitra bisa meninggalkan perusahaan secara damai ketika keadaan mengharuskan.

Rencana tersebut juga harus mengikutsertakan pertimbangan soal implikasi legal yang mungkin timbul dari ketidaksepakatan, serta rencana untuk melindungi ide, kontribusi bisnis, dan hak milik intelektual lainnya ketika itu terjadi.

Penelitian juga menunjukkan bahwa dalam bisnis keluarga yang sudah lama berjalan, adanya pemahaman tidak tertulis terkait siapa yang mungkin menjadi pewaris bisa jadi mempengaruhi seberapa serius upaya sang pendiri bisnis melindungi aset intelektualnya. Bahkan dengan teman dan orang-orang terkasih, kamu harus tetap mendokumentasikan dan mendaftarkan ide, desain, prototipe, produk, proses, dan slogan.

In a sunny office, four young people smile and give each other high fives around a table of laptops and charts
Sebelum merayakan bisnis baru, pastikan kamu dan teman atau rekan bisnismu melindungi kekayaan intelektual. Roman Samborskyi / Shutterstock

Sebelum kamu menjalankan idemu (atau menuliskannya di serbet seperti yang dilakukan pendiri bisnis di film Glass Onion), berikut lima hal yang perlu menjadi pertimbangan:

1. Transparansi – apa rencana semua orang?

Saat memulai usaha baru, penting untuk terbuka tentang niat dan tujuan – dalam jangka pendek dan panjang.

Apa yang membawa kalian semua ke startup potensial ini? Apa yang ingin masing-masing dari kalian capai? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk kamu tanyakan.

2. Keamanan – carilah nasihat hukum sedini mungkin

Berbarengan dengan pendaftaran perusahaan secara resmi, kamu juga harus menghubungi pengacara yang ahli di bidang kekayaan intelektual untuk menerima panduan mengenai bagaimana melindungi kontribusi pada tahap awal usaha maupun yang tengah berlangsung, secara adil – dengan merek dagang, paten, dan hak cipta yang sesuai jika diperlukan.

3. Prioritas – berpegang teguh pada kekuatanmu

Inilah yang memberikan tambahan nilai yang unik dalam berbisnis: ingatlah keahlian apa yang kamu bawa ke usahamu.

Walaupun melakukannya bersama teman, bisnismu bukan sekadar kesempatan untuk nongkrong dan bersenang-senang. Kamu memang harus menikmati pekerjaanmu – tapi ingat bahwa waktu, uang, dan penghidupan jadi taruhan di sini.

Tim yang memiliki banyak orang dengan beragam keahlian dan pengalaman dapat menghadirkan kreativitas, banyak perspektif, dan daya tahan dalam menghadapi perubahan yang tak terhindarkan.

4. Berbaik hatilah – hargai dan pertimbangkan perubahan dalam hidup

Layaknya bisnis yang sulit ditebak, hidup kita bisa tiba-tiba berubah drastis. Mitra pemilik harus lebih mawas terhadap perubahan dalam pola kerja, gaya hidup, dan peristiwa-peristiwa penting demi menjaga kesehatan dan kebahagiaan. Ini terutama relevan ketika teman yang berbisnis bersama kamu berada pada tahapan hidup yang sama denganmu, misalnya baru berkeluarga atau akan menikah.

Menunjukkan kepedulian dan bersiap menghadapi hal-hal ini ketika nantinya muncul, dapat mengurangi ketegangan dan konflik ketika menjalankan bisnis sehari-harinya

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now