Menu Close

Blog

Ikuti kompetisi video The Conversation Indonesia untuk dorong isu perubahan iklim dan pembangunan ramah lingkungan

Unsplash/Sid Verma

Risiko dampak perubahan iklim terjadi kasat mata.

Peningkatan suhu udara melelehkan es kutub menyebabkan air muka laut meninggi, menenggelamkan daerah-daerah pesisir. Hujan ekstrem menyebabkan banjir dan longsor. Pengasaman air laut membuat sakit terumbu karang dan ekosistem laut secara umum. Dan flora dan fauna banyak yang terancam punah.

Upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global melalui pembangunan rendah karbon perlu terus digalakkan.

Generasi muda menjadi salah satu kelompok yang akan terdampak langsung, karena mereka akan mewarisi Bumi yang memanas dan iklim yang sulit diprediksi.

Kabar baiknya, riset menunjukkan bahwa kesadaran generasi Z akan perubahan iklim cukup tinggi.

Banyak anggota generasi ini juga memiliki akses terhadap teknologi visual sosial - ponsel dengan kamera dan koneksi internet - yang jika digunakan untuk mengangkat isu bersama yang penting, bisa mendorong diskusi publik yang mencerahkan dan menggugah.

Untuk itu, The Conversation Indonesia didukung oleh Ford Foundation , Watchdoc Documentary , dan Universitas Multimedia Nusantara menyelenggarakan Kompetisi Environmental Video The Conversation Indonesia 2022 dengan tema: perubahan iklim dan pembangunan ramah lingkungan.

Kami mengundang anak-anak muda (usia 17-27 tahun) yang kreatif, inovatif, dan memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan untuk mengirimkan karya video singkat (3-15 menit) yang direkam menggunakan kamera ponsel.

Peserta tidak berasal dari dari kalangan profesional di bidang pembuatan film dokumenter dan pembuatan video. Peserta dapat membentuk tim dengan jumlah anggota maksimal tiga orang.

Peserta dapat mengeksplorasi salah satu dari subtema berikut:

  • Kehutanan dan penggunaan lahan

Peserta dapat mengangkat kisah tentang kondisi hutan, pengelolaan hutan, penanaman pohon dan rehabilitasi hutan, pengelolaan dan restorasi lahan gambut dan hutan bakau untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, penggundulan hutan, termasuk kerusakan lahan gambut dan hutan bakau.

  • Pengembangan kendaraan listrik dan dampak turunannya

Peserta dapat bercerita mengenai pengembangan, inovasi, dan pemanfaatan kendaraan listrik. Pengembangan industri nikel untuk mendukung pengembangan baterai kendaraan listrik, penyediaan sarana dan prasarana pendukungnya, diskusi pembiayaan antara pemerintah daerah dengan masyarakat juga bisa menjadi topik.

Efek turunan pengembangan kendaraan listrik seperti penambangan nikel, dan bertambahnya sampah mobil konvensional dan sistem transportasi yang ramah lingkungan.

  • Energi terbarukan yang bisa diakses banyak orang

Peserta dapat mengangkat isu mengenai pemanfaatan energi terbarukan (tenaga surya, tenaga angin, arus air, panas bumi, dsb). Akses yang merata bagi setiap orang untuk mendapatkan sumber energi terbarukan juga sebuah isu yang bisa diangkat.

  • Laut dan kehidupan pesisir

Peserta dapat menceritakan mengenai kondisi laut dan kehidupan masyarakat pesisir saat ini.

Topiknya bisa berupa dampak perubahan iklim bagi kehidupan di laut dan masyarakat pesisir. Inisiatif warga lokal dalam menjaga keseimbangan kehidupan di pesisir, pencemaran lingkungan laut, sampah plastik di laut, terumbu karang, padang lamun, atau potensi hutan bakau sebagai penyerap karbon juga sangat menarik untuk diangkat.

  • Pendanaan proyek ramah lingkungan yang berkelanjutan

Peserta dapat mengangkat mengenai ekosistem keuangan berkelanjutan untuk mengatasi krisis lingkungan.

Instrumen keuangan berbasis lingkungan, sosial dan tata kelola (environment, social, and governance/ESG), atau pendanaan untuk proyek-proyek berkelanjutan dan proyek ramah lingkungan. Misalnya, pada proyek pembangkit listrik tenaga biomassa, moda transportasi rendah emisi, atau pembiayaan perkebunan berkelanjutan.

  • Pengelolaan sampah

Peserta dapat menceritakan mengenai pengelolaan sampah mandiri yang dilakukan masyarakat.

Potret ancaman pengelolaan sampah yang tidak dikelola dengan baik juga bisa menjadi isu yang menarik. Penggambaran situasi di tempat pembuangan akhir (TPA) dan melihat sinergi pengelolaan sampah juga bisa diangkat.

  • Polusi

Peserta dapat mengangkat tentang polusi udara maupun air yang terjadi di sekitar kita. Misalnya tentang bagaimana dampak polusi pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari atau upaya yang dilakukan untuk menekan polusi ini. Salah satu inisiatif yang bisa diangkat terkait transportasi publik.

  • Masyarakat adat

Peserta dapat berkisah mengenai masyarakat adat sebagai penjaga lingkungan, lalu risiko pembangunan dan perubahan iklim bagi masyarakat adat, atau masyarakat adat dan upaya konservasi yang mereka lakukan.

  • Kota dan pembangunan berkelanjutan

Peserta dapat mengangkat cerita terkait pembangunan berkelanjutan kawasan perkotaan, ruang terbuka hijau, atau aspek ketahanan bencana.

Tenggat waktu pengiriman hingga 30 September 2022, 23.59 WIB.


Ayo daftar segera di sini!


Kami akan memilih 10 finalis untuk mengikuti program pelatihan pembuatan video dokumenter bersama para akademisi, jurnalis lingkungan, dan Watchdoc Documentary.

Para finalis berkesempatan memenangkan hadiah sebagai berikut:

  • Juara 1: Uang tunai Rp 12.000.000
  • Juara 2: Uang tunai Rp 9.000.000
  • Juara 3: Uang tunai Rp 6.000.000

Selain itu, para finalis akan mendapakan sertifikat, merchandise The Conversation Indonesia dan video mereka akan ditayangkan di kanal The Conversation Indonesia. Tiga video terbaik juga akan dipublikasikan di kanal Watchdoc Documentary.

Semua rangkaian acara dalam Kompetisi Video The Conversation Indonesia akan dilakukan secara daring dan tidak dipungut biaya.


Ayo daftar segera di sini!


JENDELA KOMPETISI VIDEO

Jendela Waktu Kompetisi Video The Conversation Indonesia.

Apabila terdapat perubahan dalam Kompetisi Video The Conversation Indonesia, kami akan mengumumkannya melalui laman website www.theconversation.com atau media sosial kami. Untuk informasi lebih lanjut terkait kompetisi ini, silakan menghubungi kami di kompetisivideo@theconversation.com

Selamat berkarya!

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,000 academics and researchers from 4,949 institutions.

Register now