Menu Close
Bill Gates berbicara di acara Gates Foundation Goalkeeper di New York, 20 September 2017. Reuters/Elizabeth Shafiroff

Jika ingin kaya, meniru Bill Gates ide yang buruk

Miliarder pendiri Microsoft Bill Gates adalah orang yang jauh lebih beruntung daripada yang mungkin Anda sadari. Dia mungkin memang sangat berbakat dan berhasil mengangkat dirinya dari seseorang yang drop out dari Universitas Harvard menjadi orang terkaya di dunia. Namun, kesuksesannya yang luar biasa bercerita lebih banyak tentang bagaimana situasi di luar kendalinya mempengaruhi hidupnya daripada soal bagaimana kemampuan dan kerja keras dihargai.

Kita sering terpedaya oleh gagasan bahwa orang yang luar biasa adalah orang yang paling terampil atau berbakat. Gagasan ini salah. Tokoh luar biasa cenderung muncul dari keadaan luar biasa. Orang-orang yang paling sukses seringkali mereka yang paling mujur, yang beruntung berada di tempat dan waktu yang tepat. Mereka yang kita sebut outlier, kekecualian atau orang yang tidak biasa, yang keberhasilannya bisa jadi contoh yang jauh berbeda dari sistem yang dijalani orang lain.

Banyak orang memberi perhatian besar dan penghargaan terhadap Gates dan orang-orang sukses lainnya sebagai orang-orang yang dapat kita tiru untuk kita belajar tentang bagaimana cara sukses. Namun besar kemungkinan bahwa asumsi bahwa para “pemenang” kehidupan mencapai sukses karena kinerjanya sendiri akan menimbulkan kekecewaan. Bahkan jika Anda bisa meniru semua yang dilakukan Gates, Anda tidak akan bisa mereplikasi keberuntungan yang ia punya dari sejak awal.

Misalnya, latar belakang Gates sebagai anggota kelas atas dan pendidikan swasta elit yang ia tempuh memungkinkannya untuk mendapatkan pengalaman pemrograman di saat kurang dari 0,01% generasinya memiliki akses ke komputer. Hubungan sosial ibunya dengan petinggi IBM memungkinkannya mendapatkan kontrak dari perusahaan komputer terdepan yang sangat penting untuk membangun kerajaan perangkat lunaknya.

Hal ini penting karena kebanyakan konsumen yang menggunakan komputer IBM dipaksa mempelajari bagaimana menggunakan perangkat lunak Microsoft yang menyertainya. Keadaan ini menguntungkan Microsoft. Perangkat lunak berikutnya yang dipilih pelanggan ini lebih cenderung menjadi milik Microsoft, bukan karena perangkat lunak mereka memang yang terbaik, tapi karena kebanyakan orang terlalu sibuk untuk belajar menggunakan yang lain. Keberhasilan dan pangsa pasar Microsoft mungkin berbeda dari waktu ke waktu, tapi perbedaan itu benar-benar dimungkinkan oleh keberuntungan awal Gates, diperkuat oleh dinamika sukses-melahirkan-sukses yang kuat.


Baca juga: Apakah bekerja lepas jadi pilihan masa depan?


Tentu saja, bakat dan usaha Gates berperan penting dalam kesuksesan Microsoft yang ekstrem. Namun itu saja tidak cukup untuk menciptakan seorang outlier semacam itu. Bakat dan usaha keras cenderung kurang penting dibandingkan situasi, dalam artian ia tak akan mungkin begitu sukses tanpa adanya situasi tersebut.

10.000 jam tidak cukup. Shutterstock

Orang bisa berpendapat bahwa banyak orang luar biasa meraih keterampilan mereka yang luar biasa melalui kerja keras, motivasi yang luar biasa atau keberanian, jadi mereka tidak pantas menerima penghargaan dan pujian sekadarnya saja. Beberapa bahkan menyarankan bahwa ada angka ajaib untuk keberhasilan, dalil sepuluh tahun atau 10.000 jam. Maksudnya, berlatih dan mempraktikkan suatu keterampilan khusus di bidang apa pun dengan durasi 20 jam per pekan selama 10 tahun. Banyak profesional dan ahli memperoleh keterampilan luar biasa mereka melalui praktik yang terus-menerus dan disengaja mengikuti dalil tersebut. Bahkan, 10.000 jam Gates mempelajari pemrograman komputer semasa remaja telah disorot sebagai salah satu alasan keberhasilannya.

Namun analisis mendetail dari banyak studi kasus mengisyaratkan faktor situasional tertentu yang berasal di luar kendali para tokoh luar biasa juga berperan penting. Contohnya, tiga juara tenis meja di Inggris berasal dari jalan yang sama di pinggiran kota kecil satu kota di Inggris. Ini bukan suatu kebetulan atau bahwa tak ada lagi yang bisa dilakukan di sana selain berlatih ping pong. Ternyata seorang pelatih tenis terkenal, Peter Charters, kebetulan menghabiskan masa pensiun di daerah pinggiran kota tersebut.

Banyak anak yang tinggal di jalan yang sama dengan pelatih pensiunan itu tertarik dengan olahraga ini karena dia. Dan tiga di antara mereka, setelah mengikuti “dalil 10.000 jam”, tampil sangat baik, termasuk memenangkan kejuaraan nasional. Bakat dan usaha keras mereka, tentu saja, penting untuk mewujudkan penampilan mereka yang luar biasa. Tapi tanpa keberuntungan awal mereka (memiliki pelatih berkualitas dan andal serta dukungan keluarga), hanya berlatih 10.000 jam tanpa umpan balik yang memadai tidak akan menyebabkan anak manapun untuk menjadi juara nasional.

Semakin besar kesuksesannya, makin sedikit yang bisa kita pelajari

Kita dapat juga membayangkan seorang anak dengan bakat luar biasa di tenis meja mendapat nasib buruk sejak awal, seperti tidak memiliki pelatih andal atau tinggal di sebuah negara yang tidak menganggap atlet sebagai karir yang menjanjikan. Maka mereka tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan potensinya. Implikasinya: semakin luar biasa seseorang, semakin sedikit pelajaran penting yang dapat diterapkan, yang benar-benar dapat kita pelajari dari si pemenang.

Ketika kita bicara tentang prestasi moderat, intuisi kita tentang sukses bisa jadi benar. Petuah konvensional seperti “semakin keras saya bekerja, semakin banyak keuntungan yang saya dapat” atau “kesempatan berpihak kepada mereka yang siap”, menjadi masuk akal ketika bicara soal seseorang yang tadinya kinerjanya buruk menjadi baik. Namun, dari baik menjadi luar biasa, itu cerita yang berbeda. Berada di tempat yang tepat (sukses dalam konteks hasil awal memiliki dampak yang panjang) pada waktu yang tepat (memiliki keberuntungan sejak awal) dapat menjadi sangat penting bahkan melebihi faktor bakat dan usaha keras.

Dengan informasi ini, ada baiknya kita tidak hanya menghargai atau meniru pemenang kehidupan dan berharap mendapat sukses serupa. Namun bagi para orang-orang sukses bolehlah mempertimbangkan meniru orang seperti Gates (yang menjadi filantropis) atau Warren Buffet (yang berpendapat bahwa orang Amerika yang lebih kaya seharusnya membayar pajak lebih tinggi) yang telah memilih menggunakan kekayaan dan kesuksesannya untuk melakukan hal-hal baik. Pemenang yang menghargai keberuntungan mereka dan tidak mengambil semua kekayaannya, layak mendapat penghargaan yang lebih besar.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 180,400 academics and researchers from 4,911 institutions.

Register now