Menu Close

Keampuhan antibiotik menurun, lima langkahmu bisa mencegahnya

Ilustrasi yang menggambarkan bakteri di sebelah kanan resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Wikipedia

Artikel ini untuk memperingati Pekan Antibiotik Dunia, 18-24 November.

Resistensi antibiotik atau penurunan kemampuan antibiotik untuk menyembuhkan penyakit infeksi merupakan ancaman serius bagi semua negara.

Fenomena ini dikenal dengan istilah pandemi senyap (silent pandemic) karena tidak banyak pihak yang menyadarinya.

Para pakar bahkan telah memprediksi bahwa resistensi antibiotik dapat membunuh sekitar 10 juta jiwa pada 2050.

Saat ini, ada lebih dari 20 jenis mikroba yang dianggap dapat menjadi ancaman serius akibat resistensi antibiotik. Ini termasuk bakteri penyebab infeksi seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan tuberkulosis.

Semua pihak, termasuk individu, pemerintah, lembaga dan profesional kesehatan, perlu bekerja sama untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan meningkatkan kesadaran akan resistensi antibiotik.

Lima langkah

Resistensi antibiotik adalah kondisi saat obat antibiotik menjadi tidak efektif dalam mengobati penyakit infeksi. Masalah ini terjadi karena bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi membangun kekebalan terhadap obat antibiotik yang diberikan.

Kekebalan ini dapat terjadi secara alamiah, tapi diperparah oleh penggunaan antibiotik yang tidak benar dan berlebihan. Untuk mengatasi resistensi antibiotik, setidaknya ada lima langkah yang bisa kamu lakukan.

1. Jangan membeli antibiotik tanpa resep dokter

Pada dasarnya, antibiotik hanya bisa dibeli dan diperoleh dengan resep dokter. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa obat antibiotik sering kali dijual bebas di apotek atau toko obat tanpa resep dokter.

Hal ini sangat berbahaya karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat merugikan kamu sendiri akibat kesalahan pemilihan obat dan dosis.

Mayoritas obat antibiotik memiliki efek samping dan sebagiannya justru berbahaya. Misalnya, antibiotik dari kelas fluoroquinolones seperti ciprofloksasin–untuk mengatasi infeksi bakteri di saluran kemih, mata, telinga–dapat menyebabkan kerusakan pada otot dan saraf yang dapat bersifat permanen.

Ribuan kasus sudah dilaporkan terkait dengan efek samping ini tanpa ada penjelasan ilmiah yang pasti.

Tidak kalah penting, penggunaan antibiotik tanpa resep dokter juga memperparah resistensi bakteri. Hal ini karena penggunaan antibiotik tanpa indikasi yang jelas atau dosis yang tidak tepat dapat membuat bakteri menjadi lebih kuat dan kebal terhadap antibiotik yang digunakan.

2. Gunakan antibiotik sesuai petunjuk, dan habiskan

Penggunaan antibiotik secara tepat sangat penting untuk mencegah bertambah parahnya resistensi bakteri. Penggunaan yang benar mencakup konsumsi dengan dosis, frekuensi, dan durasi yang tepat sesuai petunjuk penggunaan.

Terkait dosis, antibiotik harus dikonsumsi satu hingga tiga kali sehari sesuai dengan instruksi apoteker. Instruksi ini diberikan berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter.

Selain dosis, durasi penggunaan antibiotik juga dapat bervariasi. Sebagian antibiotik harus dikonsumsi selama 7-10 hari. Sementara yang lain mungkin hanya perlu diminum selama beberapa hari.

Variasi ini sangat tergantung jenis penyakit infeksi yang diobati, jenis obat antibiotik yang digunakan, dan profil pasien seperti umur dan berat badan.

Antibiotik yang tidak digunakan sesuai petunjuk, misalnya tidak dihabiskan, justru berisiko memperparah masalah resistensi bakteri.

Akibatnya, bakteri patogen menjadi lebih leluasa untuk membangun kekebalan terhadap antibiotik yang digunakan, sehingga pengobatan menjadi tidak efektif. Tidak hanya untuk pasien tersebut, tapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.

3. Jangan gunakan antibiotik sisa

Konsumsi antibiotik yang tidak tuntas merupakan salah satu bentuk penggunaan antibiotik yang tidak benar.

Sisa obat yang tidak dihabiskan tersebut biasanya disimpan dengan harapan untuk bisa digunakan untuk anggota keluarga sekiranya diperlukan. Hal ini merupakan praktik swamedikasi yang salah dan berisiko memperparah resistensi antibiotik.

Pemakaian antibiotik sisa tidak dapat menyembuhkan penyakit infeksi. Selain karena jenis antibiotiknya belum tentu cocok, hampir dapat dipastikan bahwa jumlahnya tidak mencukupi untuk pengobatan yang efektif. Akibatnya, penyakit infeksi yang diobati juga tidak akan sembuh sepenuhnya.

Lebih parah lagi, penggunaan antibiotik yang tidak tuntas justru akan memungkinkan bakteri menjadi lebih kuat dan resisten terhadap antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan sulitnya pengobatan infeksi pada masa mendatang karena antibiotik yang tersedia tidak lagi efektif melawan bakteri yang resisten.

4. Praktikkan gaya hidup bersih dan higienis

Gaya hidup bersih dan higienis merupakan langkah penting dalam mengurangi penyebaran infeksi.

Salah satu contohnya adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah menangani makanan atau setelah menggunakan toilet. Hal ini penting karena tangan adalah salah satu media utama penyebaran kuman dan bakteri.

Bakteri pada umumnya masuk dan menginfeksi tubuh manusia melalui mulut atau hidung. Sebagai contoh, penyakit tifus akibat Salmonella biasanya dipicu oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Kuman-kuman seperti ini sering berasal dari tempat yang kotor seperti toilet yang dapat singgah pada tangan saat menggunakan fasilitas ini. Tanpa disadari, kuman ini dapat terhirup atau termakan akibat tangan yang tidak dicuci setelah menggunakan toilet.

Oleh karena itu, supaya terhindar dari infeksi dan meminimalkan kebutuhan penggunaan antibiotik, biasakan gaya hidup bersih seperti menjaga kondisi tangan yang higienis.

Selain kebersihan diri, kondisi lingkungan juga perlu dijaga supaya tidak menjadi tempat berkembangbiaknya kuman dan bakteri patogen.

5. Tambah pengetahuan kamu tentang antibiotik dan resistensinya

Salah satu langkah penting dalam mendukung kampanye ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan kamu tentang antibiotik dan resistensinya.

Misalnya, kamu perlu memahami bahwa obat antibiotik adalah obat khusus untuk membunuh bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Antibiotik berbeda dengan obat lainnya seperti obat penyakit kronis atau gejala penyakit ringan pada umumnya yang bekerja dengan memodifikasi proses fisiologis di dalam tubuh.

Dengan memahami hal ini, kamu akan lebih cermat dalam mengonsumsi antibiotik dan hanya menggunakannya saat memang diresepkan obat ini oleh dokter.

Selain itu, penting untuk memahami bahwa resistensi antibiotik adalah masalah global dan dapat menjadi malapetaka bagi kesehatan semua orang jika tidak ditangani dengan serius. Antibiotik yang efektif adalah kebutuhan semua orang tanpa memandang status sosial dan kesehatan.

Topik peringatan Pekan Antibiotik Dunia tahun ini “Bersama mencegah resistensi antibiotik” sangat relevan bagi kita untuk mengedukasi diri dan orang-orang di sekitar kita tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang benar. Selain itu, langkah pencegahan infeksi juga sangat penting untuk mengurangi risiko resistensi antibiotik.

Kita perlu mengampanyekan penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab dan memerangi resistensi antibiotik.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now