Menu Close

Menjawab Jokowi: deforestasi memang melambat, tapi pembangunan belum berkeadilan

Menjawab Jokowi: deforestasi memang melambat, tapi pembangunan belum berkeadilan

Pada momen Konferensi Iklim Dunia (atau disebut COP26) beberapa saat lalu, Presiden Joko Widodo mengklaim di hadapan dunia bahwa Indonesia telah berhasil menekan angka deforestasi ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir.

Ungkapan ini mendapat kritik dari berbagai organisasi lingkungan, di antaranya Greenpeace Indonesia, yang mengatakan data deforestasi pemerintah justru mengatakan sebaliknya.

Ada juga rentetan cuitan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya terkait deforestasi dan pembangunan yang semakin memicu kontroversi publik.

Untuk menjelaskan perdebatan tersebut dan juga realitas deforestasi di Indonesia, pada episode podcast SuarAkademia kali ini, kami berbicara dengan Andita Aulia Pratama (Dito), peneliti Sebijak Institute di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Mengacu pada data Global Forest Resources Assessment dari Organisasi Pangan dan Agrikultur (FAO), Dito menyebut bahwa dari dekade ke dekade, meskipun area hutan terus berkurang, laju deforestasi global memang melambat.

Namun, menurutnya, yang jadi masalah adalah bahwa pemanfaatan hasil hutan dan pembangunan nasional yang masih berlangsung – dari jalan, pembangkit listrik, perkebunan, hingga kawasan produksi pangan (food estate) – belum berkeadilan terhadap lingkungan dan masyarakat.

Dito menceritakan berbagai hal dari sejarah pembukaan lahan hutan untuk investasi di Indonesia, hingga besarnya kepentingan ekonomi yang menyetir agenda pembangunan sehingga belum inklusif terhadap kebutuhan warga lokal.

Simak lengkapnya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now