Menu Close

Ngemis online & mandi lumpur di TikTok: Apa penyebab menjamurnya konten tidak berfaedah di media sosial?

Ngemis online & mandi lumpur di TikTok: Apa penyebab menjamurnya konten tidak berfaedah di media sosial?

Belakangan ini, fenomena siaran langsung yang memperlihatkan perempuan paruh baya mandi lumpur di aplikasi TikTok ramai menjadi perbincangan. Perempuan tersebut seakan minta dikasihani dan kerap meminta hadiah langsung kepada penonton yang menyaksikan siaran langsung tersebut.

Dari aksinya tersebut, ia mengaku bisa meraup jutaan rupiah. Ia juga mengatakan bahwa mencari uang dengan metode siaran langsung di aplikasi TikTok jauh lebih mudah ketimbang pekerjaan yang dia lakukan sebelumnya, yaitu menjadi petani.

Menanggapi fenomena ini, Menteri Sosial Republik Indonesia menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penertiban Kegiatan Eksploitasi dan/atau Kegiatan Mengemis yang Memanfaatkan Lanjut Usia, Anak, Penyandang Disabilitas, dan/atau Kelompok Rentan Lainnya.

Mengapa banyak sekali orang rela melakukan hal yang tidak wajar di media sosial? Kenapa pihak platform terkesan mendiamkan hal seperti ini?

Dalam episode SuarAkademia kali ini, kami berbincang dengan Angga Prawadika Aji, Dosen Jurusan Komunikasi, Universitas Airlangga.

Menurut Angga, media sosial sekarang kerap menjadi tempat penggunanya untuk mencari ketenaran dan uang. Dua hal tersebut yang menjadikan banyak orang pada akhirnya rela melakukan hal yang tidak masuk akal demi mendapatkan popularitas dan keuntungan materiil.

Mengenai konten mandi lumpur yang terkesan mengeksploitasi kemiskinan dan rasa iba, Angga berpendapat bahwa ini sudah lama menjadi “bahan jualan” pembuat konten. Ini bisa dilihat dari banyaknya reality show dan sinetron di Indonesia yang mengambil tema tentang kemiskinan dan kesedihan sejak zaman dulu.

Angga mengungkapkan pihak platform media sosial juga mendapatkan banyak keuntungan dari fenomena ini. Dengan adanya konten yang menjadi perbincangan, maka platform akan memperoleh traffic yang akan menjadi keuntungan sendiri untuk mereka.

Simak obrolan selengkapnya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,900 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now