Menu Close
Pengunjung mal di Tegal, Jawa Tengah sepi ketika pandemi berlangsung. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.

Pandemi COVID-19 menuntut desain mal berubah menjadi lebih terbuka

Kebiasaan berbelanja masyarakat mengalami perubahan sejak pandemi COVID-19.

Untuk menghindari penyebaran virus, orang menghindar datang ke pusat perbelanjaan atau mal dan cenderung melakukan belanja daring.

Hal ini kemudian mengakibatkan banyak toko-toko dan mal-mal tutup baik itu berkelas dunia maupun toko-toko lokal di Indonesia termasuk Jawa Tengah, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara karena jumlah pengunjung yang turun drastis.

Namun sudah hampir dua tahun pandemi berlangsung dan seiring dengan capaian vaksin yang terus meningkat, semakin banyak orang berani mulai mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan.

Fenomena ini mendorong evolusi desain pusat-pusat perbelanjaan yang lebih terbuka untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung yang mencari tempat dengan risiko penularan virus yang kecil.

Pusat perbelanjaan berupa bangunan yang masif dan besar sudah bukan lagi menjadi sasaran utama masyarakat. Sarana rekreasi dan pusat perbelanjaan yang memanfaatkan ruang terbuka seperti di Kawasan Kuliner Pantai Indah Kapuk dan Ashta District 8 di Jakarta; Kumulo dan The Breeze di Tangerang, Banten; serta Venesian Mall di Batam, Kepulauan Riau menjadi destinasi favorit baru para pelancong.

Seorang warga berjalan di Pantai Indah Kapuk 2, Jakarta. ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.

Sebagai seorang akademisi dan arsitek, saya melihat pentingnya mengadopsi konsep ruang terbuka dalam merancang pusat perbelanjaan modern selama pandemi.

Saya menulis beberapa catatan desain yang bisa diterapkan:

Pastikan sirkulasi lancar

Arsitek dapat merancang pusat perbelanjaan modern dengan meningkatkan pengalaman berbelanja seperti mempertimbangkan pemanfaatan pencahayaan dan sirkulasi udara yang maksimal.

Peneliti dari Amerika mengatakan bahwa sirkulasi udara yang baik terbukti dapat meningkatkan pengalaman belanja sehingga menstimulus persepsi masyarakat untuk berbelanja.

Pusat perbelanjaan modern perlu memperhatikan hal berikut untuk memaksimalkan pencahayaan dan sirkulasi udara:

a. Mengetahui arah matahari, menghindari sinar matahari langsung dari sisi barat dan timur agar sinar matahari masuk namun tidak terlalu panas.

b. Mengetahui arah dominan angin untuk memaksimalkan pergerakan udara.

c. Kenyamanan pengunjung tetap menjadi yang utama sehingga perlu penambahan shading (struktural maupun alami seperti pepohonan) agar cahaya masuk namun tidak terlalu panas.

d. Menambahkan unsur air untuk membantu menurunkan suhu dan menambah kesan sejuk.

Maksimalkan ruang terbuka hijau

Penambahan area terbuka hijau perlu mendapatkan perhatian khusus dalam desain bangunan.

Perlu diingat, kegiatan berbelanja di tempat yang tidak terlalu ramai juga dapat meningkatkan level kepuasan pelanggan.

Selain pencahayaan dan sirkulasi udara, arsitek juga perlu menambahkan lebih banyak area terbuka hijau yang sekaligus berfungsi untuk mendinginkan kawasan.

Beberapa contoh alternatif pemanfaatan ruang terbuka hijau di pusat perbelanjaan modern adalah sebagai berikut:

a. Pusat atraksi, seperti air mancur dan kolam.

b. Ruang eksibisi yang fleksibel, seperti amphitheater dengan taman yang tertata.

c. Sirkulasi dengan pepohonan sebagai pembayangan.

d. Koridor hijau untuk kawasan berbelanja.

e. Area makan dengan pepohonan sebagai teduhan.

Contoh desain ruang terbuka hijau dengan atraksi kolam. Pandiangan, 2020

Mendukung pengalaman belanja hybrid

Selama pandemi, masyarakat di Malaysia dan India memilih menggunakan gabungan metode belanja konvensional dan daring. Begitu juga di Indonesia, muncul tren belanja online to offline yakni pembeli bisa memesan secara daring dan mengambil barang sendiri di toko mitra.

Untuk menjawab kebutuhan ini, arsitek bisa membuat pusat perbelanjaan yang berbasis multimedia di ruang terbuka dengan mendesain ruang pusat perbelanjaan modern yang terintegrasi dengan belanja daring.

Pusat perbelanjaan yang mendukung konsep hybrid ini bisa memiliki fungsi dan program ruang tambahan sebagai berikut:

a. Menyediakan area antar jemput barang yang dibeli secara daring. Fungsi ini menjembatani keinginan masyarakat yang ingin mendapatkan kemudahan belanja daring dan luring sekaligus.

b. Gudang khusus penyimpanan barang, lengkap dengan area dan sirkulasi yang memadai.

Pemerintah maupun pengembang swasta perlu melihat fenomena perubahan desain ini sebagai sebuah kesempatan untuk menangkap kebutuhan masyarakat dengan lebih tepat sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,900 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now