Menu Close

Riset: kandungan kimia rokok berperasa di Indonesia kaburkan bahaya rokok

Sampel bungkus rokok kretek dan rokok putih yang diteliti. Author provided

Belum banyak yang memahami bahwa di balik “nikmatnya” hisapan kretek rasa mentol atau rokok dengan kapsul rasa buah-buahan yang bisa dihancurkan seperti “Applecrush”, yang makin digandrungi anak muda, terkandung setidaknya 130 zat kimia.

Salah satu strategi perusahaan rokok di Indonesia untuk memperluas pasar konsumen ke kalangan perokok pemula adalah menambahkan berbagai zat perasa kimia seperti mentol ke dalam rokok. Ini juga strategi mereka untuk mengaburkan risiko kesehatan dari mengisap rokok.

Riset terbaru kami menunjukkan bahwa eugenol, zat aromatik cengkeh yang kuat, ditemukan di semua sampel varian kretek dalam konsentrasi signifikan, yaitu 2,8–33,8 mg per batang. Namun, zat serupa tidak ditemukan sama sekali pada rokok putih. Ini menandakan bahwa eugenol adalah kandungan khas kretek.

Eugenol yang kami temukan di semua varian kretek telah diketahui memiliki potensi toksisitas pada hewan dan manusia, misalnya menimbulkan perdarahan paru, infeksi dan peradangan parah pada sistem pernapasan.

Kami menganalisis konsentrasi kandungan 180 zat kimia dari total 24 varian kretek dan 9 varian rokok putih berbagai merek yang dibeli pada 2021 dan 2022 di Indonesia. Beberapa zat kimia utama yang kami teliti di antaranya mentol dan 5 zat yang berkaitan dengan cengkeh, yaitu eugenol, methyl eugenol, β-caryophyllene, α-caryophyllene, dan acetyl eugenol.

Mentol ditemukan pada 14 dari 24 varian sampel kretek dengan konsentrasi berkisar 2,8-12,9 mg per batang, dan pada 5 dari 9 sampel rokok putih, dengan konsentrasi 3,6–10,8 mg per batang. Zat perasa lainnya, seperti rasa buah-buahan, juga ditemukan di beberapa sampel kretek dan rokok putih.

Total terdapat 130 zat perasa yang terdeteksi setidaknya sekali di sampel kretek dan rokok putih kami dalam konsentrasi minimal 0,001 mikrogram per batang.

Penemuan zat mentol dan zat perasa lainnya pada produk kretek menandakan bahwa perusahaan rokok dengan sengaja menambahkan zat perasa tersebut ke dalam kretek yang sebenarnya sudah memiliki rasa khas.

Sulit untuk tidak berprasangka bahwa intensi penambahan berbagai zat perasa tersebut adalah upaya perusahaan untuk menjual lebih banyak batang rokok ke pemula mengingat kretek terkenal cukup berat untuk dihisap.


Read more: 'Disneyland untuk industri rokok': aturan yang lemah buat generasi muda Indonesia kecanduan rokok


Bahaya kandungan rokok berperasa

Penambahan mentol, misalnya, dengan sensasinya yang dingin dan menyegarkan dapat mengaburkan efek kasar dan iritasi di tenggorokan saat menghisap rokok. Hal ini mempermudah perokok pemula untuk menghabiskan rokoknya.

Selain itu, efek mentol menimbulkan persepsi yang salah bagi perokok bahwa rokok tersebut kurang berbahaya dibandingkan rokok yang tidak berperasa.

Sedangkan methyl eugenol, zat turunan dari eugenol, telah terbukti menyebabkan kanker pada hewan dan berpotensi juga pada manusia. Acetyl eugenol, komponen aktif dari eugenol, ditemukan bersifat racun bagi organ reproduksi dan pertumbuhan janin hewan coba.

Tak ada pembenaran

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa tidak ada pembenaran untuk mengizinkan penggunaan zat perasa di produk tembakau. Sebab, zat perasa dapat membuat produk tersebut makin atraktif dan mendorong konsumsinya, terutama di kalangan anak muda.

Dengan total 68 juta perokok dewasa dan di tengah varian rasa rokok yang membanjiri pasaran, Indonesia belum mengatur produk tembakau yang berperasa atau beraroma.

Per September 2022, semua negara Uni Eropa dan 23 negara lainnya sudah setidaknya membatasi zat perasa, termasuk mentol, dalam produk tembakau. Amerika Serikat sejak 2009 telah melarang penjualan kretek di negara tersebut.

Kretek tergolong rokok berperasa karena terbuat dari campuran tembakau dan cengkih yang dipadukan dengan ‘saus’ perasa. Ini merupakan jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, sebanyak 73% perokok mengonsumsi kretek. Digadang-gadang dan diklaim sebagai “warisan budaya dan sejarah”, kretek telah diketahui menghasilkan partikel polutan halus, nikotin, tar, dan karbon monoksida dengan level lebih tinggi dibandingkan rokok biasa (rokok putih).

Selain itu, sudah banyak merek kretek yang diproduksi oleh perusahaan rokok multinasional, seperti Marlboro (Philip Morris International), Esse (Korea Tobacco & Ginseng Corporation), dan Camel (Japan Tobacco International), sehingga membuatnya tidak lagi eksklusif dan identik dengan produk lokal.

Buku pedoman industri tembakau

Temuan kami konsisten dengan hasil penelitian di Meksiko yang juga menemukan banyaknya kandungan zat perasa tambahan di produk rokok, seperti buah-buahan, vanilla, dan rasa lainnya.

Penelitian lain sebelumnya juga menemukan eugenol dalam konsentrasi tinggi di produk kretek. Ini menandakan bahwa industri rokok menggunakan buku pedoman yang sama dalam memproduksi dan memasarkan produknya di berbagai negara.

Meski penelitian kami tidak dapat digeneralisasi ke semua produk rokok di pasaran Indonesia karena pemilihan sampel rokok tidak dilakukan secara acak, temuan kami cukup untuk menunjukkan bahwa dengan jumlah sampel yang kecil, terdapat banyak sekali variasi profil zat kimia perasa di produk rokok yang ditawarkan kepada konsumen.

Riset kami menjawab kelangkaan kajian yang menguak kandungan rokok berperasa di Indonesia secara komprehensif.

Rokok berperasa perlu diatur

Temuan kami menunjukkan pentingnya pembatasan, jika bukan pelarangan, zat perasa tambahan untuk semua produk rokok, baik kretek, rokok putih, cerutu, di Indonesia.

Riset menunjukkan bahwa pelarangan produk tembakau berperasa, termasuk mentol, dapat mengurangi konsumsi rokok dan meningkatkan usaha berhenti merokok. Dukungan publik untuk meloloskan kebijakan seperti ini juga cukup besar.

Akan lebih baik jika aturan tersebut dapat dibarengi dengan kebijakan terkait kemasan rokok yang mengatur atau membatasi desain, seperti warna, gambar, dan deskripsi di bungkus rokok yang dapat diasosiasikan dengan rasa.

Banyak kemasan rokok di sampel ini yang memiliki warna cerah dan desain cukup menarik untuk anak muda. Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa deskripsi rasa, gambar, dan warna bungkus rokok memengaruhi ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut.


Read more: Perusahaan rokok rayu anak muda dengan konser musik dan media sosial


Oleh karena itu, sudah saatnya kebijakan tentang rokok berperasa dimasukkan ke dalam agenda pengendalian tembakau.

Di negara yang tanpa atau minim aturan, sky is the limit (langit adalah batasan) bagi industri rokok. Mereka akan terus membuat produknya menarik dan diminati banyak kalangan, terutama anak-anak dan remaja yang dibutuhkan oleh bisnis rokok menjadi calon pelanggan tetap. Perusahaan rokok menarget mereka untuk menggantikan konsumen tua yang meninggal akibat penyakit terkait merokok.

Makin banyaknya generasi muda yang terbuai dan terjerat oleh adiksi rokok adalah hal terakhir yang tidak kita inginkan dalam menyongsong generasi emas Indonesia 2045.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now