Menu Close
Sekelompok sosok manusia di tengah kerumunan dengan noda merah kecil di tengahnya yang mulai menyebar.
Kebohongan tidak perlu menyebar jauh untuk menimbulkan masalah. numismarty/iStock/Getty Images Plus

Teori konspirasi tetap berbahaya bahkan jika hanya ada sangat sedikit orang yang mempercayainya

Ada pertanyaan di antara para pakar dan peneliti: Apakah ada lebih banyak orang Amerika yang percaya pada teori konspirasi saat ini daripada sebelumnya?

Sebagai ahli teori konspirasi dan orang-orang yang mempercayainya, saya khawatir bahwa terlalu fokus pada jumlah orang Amerika yang percaya teori konspirasi dapat mengalihkan orang-orang dari bahaya teori konspirasi.

Bahkan jika kebanyakan orang mengabaikan teori konspirasi atau hanya mempercayainya terbatas, sehingga sangat sedikit orang yang benar-benar percaya, ide-ide yang salah dari teori konspirasi ini masih dapat membuatnya berbahaya.

Asosiasi tanpa keyakinan

Ahli filsafat sering menganggap bahwa orang-orang dapat menjelaskan tindakan mereka yang terkait dengan apa yang mereka ingin lakukan atau dapatkan, dan apa yang mereka yakini. Namun, banyak tindakan orang dipandu bukan oleh keyakinan eksplisit, melainkan oleh firasat mereka. Firasat bukanlah sesuatu yang pasti, tetapi dapat dipengaruhi oleh pengalaman seseorang.

Prinsip ini sangat dipegang teguh oleh pembuat iklan yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang, bukan dengan mengubah cara mereka berpikir tetapi perasaan mereka. Memanipulasi perasaan dengan cara ini dapat dilakukan secara halus dengan mengasosiasikan suatu produk dengan hasil yang diinginkan, seperti status dan jenis kelamin.

Cara ini juga bisa berbentuk negatif, seperti dalam iklan serangan politik yang bertujuan untuk mengasosiasikan lawan politik dengan gambar dan deskripsi yang penuh ancaman. Menempa asosiasi mental yang serupa adalah salah satu cara bagaimana teori konspirasi, seperti bentuk misinformasi lainnya, mungkin memiliki konsekuensi, bahkan tanpa harus dipercaya.

Salah satu iklan serangan politik paling awal, oleh Lyndon Johnson pada tahun 1964, bahkan tanpa menyebutkan nama targetnya.

Beberapa contoh teori konspirasi

Salah satu contoh teori konspirasi adalah teori bahwa pemilihan presiden Amerika tahun 2020 telah dicurangi. Beberapa orang pasti mempercayainya. Namun, bahkan jika orang tidak mempercayai kebohongan tersebut sepenuhnya, mereka mungkin masih percaya bahwa ada sesuatu tentang pemilu 2020 yang “tidak terasa benar,” “tidak terlihat benar,” atau “sepertinya mencurigakan.” Oleh karena itu, mereka mungkin lebih cenderung untuk mendukung upaya yang diklaim politisi akan melindungi integritas pemilu – bahkan jika upaya tersebut berujung kepada targeted voter suppression (tekanan kepada pemilih yang ditargetkan).

Selain itu, ada teori konspirasi tentang anti-vaksinasi. Terdapat banyak konten anti vaksinasi, baik tentang vaksin secara umum maupun vaksin COVID-19 khususnya, dalam bentuk gambar dan video yang dimaksudkan untuk mengilustrasikan efek samping meresahkan dari vaksinasi. Materi semacam ini dapat berkembang dengan cepat di media sosial. Dengan mengandalkan gambar yang menyesatkan, bukan klaim palsu yang eksplisit, materi-materi tersebut seringkali dapat menjadi tidak terkontrol.

Paparan terhadap informasi anti-vaksinasi mungkin membuat pembaca atau penonton merasa tidak nyaman, dan, sebagai akibatnya, meragukan vaksin, bahkan tanpa menunjukkan kepercayaan anti-vaksinasi secara eksplisit. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang cenderung mengandalkan intuisi dan memiliki emosi negatif terhadap vaksin memiliki kemungkinan lebih besar untuk menolak vaksinasi. Meskipun penelitian tersebut melibatkan vaksin lain, faktor serupa mungkin dapat menjelaskan mengapa banyak orang Amerika tidak mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap, dan sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan vaksin booster.

Kerumunan orang menyerbu Gedung Kapitol AS.
Terlepas dari benar-benar percaya atau tidak, para perusuh Gedung Kapitol AS dipengaruhi oleh teori konspirasi.. AP Photo/John Minchillo

Kepura-puraan dan koordinasi

Para ilmuwan sering menyampaikan bahwa banyak orang hanya berpura-pura percaya pada teori konspirasi dan bentuk misinformasi lainnya semata-mata sebagai cara untuk mengekspresikan loyalitas politik mereka. Namun, bahkan kepura-puraan tersebut dapat berakibat fatal. Mari kita pertimbangkan analogi berikut.

Ketika seorang anak kecil menyatakan bahwa “lantainya adalah lahar,” hanya sedikit yang percaya pernyataan tersebut. Namun, anak itu, dan yang lainnya, mulai bertindak seolah-olah pernyataan itu benar. Mereka yang percaya kemudian mungkin memanjat perabotan dan mengulangi pernyataan tersebut kepada orang lain yang memasuki ruang tersebut. Ada anak-anak yang bermain hanya untuk bersenang-senang, ada yang bermain untuk memamerkan keterampilan memanjat dan melompatnya, dan ada yang bermain untuk menyenangkan anak yang memulai permainan.

Beberapa anak cepat merasa bosan dengan permainan tersebut dan ingin berhenti bermain, tetapi mereka menyukai atau menghormati anak yang memulai permainan tersebut, dan tidak ingin mengecewakannya dengan berhenti bermain. Saat permainan berlangsung, beberapa anak bermain dengan terlalu bersemangat. Akibatnya, perabotan rumah rusak, dan beberapa dari mereka terluka saat mencoba melompat dari satu permukaan tinggi ke permukaan lainnya. Walau lahar dalam permainan itu tidak nyata, barang-barang yang rusak merupakan benda nyata.

Dalam konteks yang lebih serius, ketika Donald Trump mengklaim bahwa pemilihan presiden 2020 “dicurangi,” beberapa pejabat dan anggota masyarakat menuruti klaim tersebut. Baik karena keyakinan yang tulus), keberpihakan, kesetiaan kepada Trump, maupun peluang finansial, banyak orang Amerika berperilaku seolah-olah pemilu 2020 telah berlangsung secara tidak adil.

Beberapa orang yang percaya teori konspirasi pemilu tersebut berkumpul di Washington, D.C. Beberapa dari mereka menyerbu Kantor Kongres Amerika Serikat dan, di belakang layar, beberapa orang lainnya mengembangkan skema untuk mengirimkan daftar pemilih palsu yang mendukung pemilihan kembali Trump meskipun dia kalah dalam pemilu. Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini dapat mengandalkan dukungan dari orang lain yang mendukung klaim pemilu yang curang, bahkan jika dukungan tersebut sebagian besar tidak tulus.

Akibat kepura-puraan

Akibat dari kepercayaan bahwa pemilu Amerika Serikat 2020 dicurangi tentu lebih besar daripada akibat dari bermain seolah-olah lantai adalah lahar. Kepercayaan dari klaim pemilu 2020 dicurangi berakibat pada kerusakan gedung kongres yang bernilai jutaan dolar, ratusan penangkapan perusuh, sejumlah korban jiwa, dan ancaman kepada demokrasi Amerika.

Mengingat betapa buruknya risiko yang ada, perlu dianalisis mengapa orang yang tidak sepenuhnya percaya bahwa pemilu tersebut sudah dicurangi berani mengambil risiko untuk berpura-pura percaya. Pemikiran ini menggarisbawahi bahaya yang unik dari teori konspirasi yang didukung oleh para penguasa: Ada banyak keuntungan dari berpura-pura percaya teori konspirasi.


Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now