Menu Close
Mesin yang dapat mendengarkan - seperti Google Home - sekarang memang lebih umum, tetapi teknologinya dapat ‘mendengar’ lebih dari sekadar perintah suara kita. Shutterstock/DavidFerencik

Tren smart speaker dan ancamannya terhadap privasi

Alat pengeras suara pintar (smart speaker) yang dilengkapi dengan asisten suara digital seperti Siri dan Alexa sekarang ini merupakan teknologi yang paling cepat berkembang setelah telepon seluler (ponsel).

Hampir 100 juta smart speaker terjual pada 2018. Angka ini meningkat tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Tetapi apa yang sebenanrnya didengar oleh smart speaker ini patut membuat kita khawatir. Alat ini lebih dari sekadar alat perintah untuk memainkan karya musik atau mematikan lampu lewat suara.

Kita perlu berpikir dengan hati-hati tentang ke mana arah teknologi semacam ini bergerak. Tidak lama lagi, tidak hanya smart speaker saja yang mendengarkan, tetapi juga perangkat lainnya.

Sistem keamanan yang mendengarkan suara tembakan atau pecahan kaca, kamera CCTV yang dilengkapi dengan mikrofon, pengawasan pendengaran di tempat kerja, dan beragam perangkat lain yang berkembang, semuanya patut dikhawatirkan.

Adopsi yang cepat

Menurut sebuah laporan konsumen di Australia yang dirilis Maret lalu, pada akhir 2018, persentase orang dewasa dengan smart speaker telah meningkat dari 0% menjadi 29% hanya dalam 18 bulan. Laporan itu adalah karya gabungan dari situs berita teknologi, Voicebot dan konsultan digital bernama FIRST.

Berdasarkan survei terhadap 654 orang Australia, laporan tersebut memperkirakan bahwa sekitar 5,7 juta orang Australia sekarang memiliki speaker pintar dari total populasi orang dewasa sekitar 19,3 juta.

Dibandingkan jumlah populasinya, pengguna smart speaker di Australia melebihi di Amerika Serikat (26%), meskipun perangkat yang tersedia di Australia masih jarang.

Jika tren ini berlanjut-sebuah riset menargetkan nilai pasar akan mencapai US$7 miliar (Rp 101 triliun) pada 2019, atau naik 63% dibanding 2018. Hal ini akan menyebabkan smart speaker akan semakin banyak dijumpai di masyarakat.

Smart speaker sudah ada di rumah, tempat kerja, hotel, rumah sakit, dan universitas.

Di Australia, orang-orang juga semakin nyaman berbicara dengan teknologi pintar tersebut, seperti yang dikutip di sebuah laporan:

Lebih dari 43% pemilik smart speaker Australia mengatakan bahwa sejak memperoleh perangkat tersebut, mereka lebih sering menggunakan asisten suara di ponsel mereka.

Kita tidak lagi terkejut ketika mendapati orang berbicara dengan telepon, mobil, televisi, jam tangan, bahkan boneka Barbie, dan kemudian mengharapkan tanggapan dari mereka semua.

Bagaimana dengan privasi?

Tetapi laporan konsumen baru-baru ini menyatakan orang Australia khawatir dengan perangkat ini. Hampir dua pertiga orang yang disurvei mengatakan mereka memiliki beberapa tingkat kekhawatiran terhadap privasi mereka–17,7% mengatakan mereka “sangat khawatir”.

Laporan itu tidak merinci apa yang menjadi perhatian mereka. Mungkin mereka khawatir bahwa rekaman percakapan kita dikirimkan pada rekan kerja melalui surel tanpa sepengetahuan atau persetujuan, atau dijadikan sebagai bahan bukti di pengadilan.

Namun, menurut saya kita kurang memperhatikan arah industri ini berkembang. Smart speaker tidak hanya mendengarkan apa yang kita katakan. Semakin lama, mereka juga mendengarkan bagaimana dan di mana kita mengatakannya.

Mereka mendengarkan biometrik vokal kita, bagaimana kita gagap dan berhenti, nada suara, aksen, dan suasana hati kita, kondisi kesehatan kita, ukuran dan bentuk ruangan tempat kita duduk, suasana lingkungan sekitar, suara, musik, dan acara TV pada latar belakang kita. Semua ini untuk menggali semakin banyak data tentang siapa kita dan hal-hal apa yang kita lakukan.

Siapa yang mendengarkan?

Yang lebih penting lagi, tren smart speaker ini menandai era mesin yang mendengarkan, di mana kita dapat mengharapkan segala macam perangkat jaringan untuk mendengarkan, memproses, dan merespons secara mandiri melalui suara: mendengarkan suara dan ucapan, dengan dan tanpa persetujuan kita, hampir setiap saat.

Audio Analytic, salah satu perusahaan terkemuka di bidang ini, menyatakan di situsnya:

Kami berada di sebuah misi untuk memberikan semua mesin kemampuan untuk mendengar […]

Meski sulit dipercaya, ini dekat dengan kenyataan. Perangkat lunak utama Audio Analytic, ai3TM, mengklaim dapat mengenali “sejumlah besar peristiwa audio dan adegan akustik”, dengan maksud untuk memungkinkan perangkat untuk memahami dan merespons lingkungan berdasarkan suara yang diterima.

Hal ini termasuk ketika teknologi headphone mengenali ketika seseorang berbicara dengan Anda dan dapat menyesuaikan volumenya; lalu teknologi mobil yang bisa menyesuaikan sendiri suara klakson yang dihasilkan; sistem keamanan mampu mengidentifikasi ketika sebuah perdebatan sedang berlangsung. Sistem kemudian dapat merespon secara mandiri atau memberi tahu pihak keamanan jika ada sesuatu yang membahayakan.

Perusahaan lain, Shooter Detection Systems, menjual teknologi untuk mendeteksi situasi penembak aktif termasuk tembakan senjata. Sistem yang disebut Guardian System ini dapat dengan cepat menunjukkan lokasi dari setiap tembakan dan memberi peringatan.

Teknologi pintar untuk mendengarkan penembakan senjata sudah dipasang di sekolah-sekolah di Amerika Serikat.

Dalam kasus yang sama tetapi bahkan lebih meresahkan, AC Global Risk, dilaporkan mengklaim dapat menentukan tingkat risiko seseorang hanya dengan menganalisis “karakteristik” suara mereka dalam beberapa beberapa menit. Tingkat akurasinya lebih dari 97%.

Walmart baru-baru ini mematenkan metrik kinerja karyawan baru berdasarkan analisis algoritme data audio (pola bicara karyawan, bunyi tas, suara dari troli, langkah kaki, dan sebagainya) yang dikumpulkan oleh mikrofon yang dipasang di terminal dan lokasi lain di seluruh tokonya.

Pada 2017, Dewan Kota Moreton Bay di Queensland, Australia memperkenalkan 330 alat kamera CCTV yang selalu aktif di seluruh area dewannya, ini merupakan sebuah langkah yang menurut walikota akan membantu polisi memerangi kejahatan. Namun dewan menonaktifkan perangkat pendengaran di jaringan mereka tahun itu setelah munculnya kekhawatiran.

Bunyikan peringatan

Masing-masing contoh ini menimbulkan pertanyaan rumit tentang etika, hukum, dan kebijakan.

Pertanyaan-pertanyaan yang baru-baru ini mulai kita ajukan tentang semua kecerdasan artifisial–tentang kemungkinan adanya bias, diskriminasi, dan pengawasan–juga perlu diajukan untuk teknologi smart speaker.


Read more: Your car is more likely to be hacked by your mechanic than a terrorist


Penting juga untuk memahami cara-cara smart speaker berhubungan dengan munculnya teknologi mesin pendengar dan sistem pengawasan berdasarkan pendengaran yang sedang banyak dikhawatirkan.

Mesin pendengar bukan lagi hal yang akan hadir di hidup kita, ia ia sudah ada di sini dan kita perlu memberi perhatian serius.


Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

Artikel ini diubah setelah Moreton Bay Council mengatakan pihaknya menonaktifkan teknologi pendengar dalam jaringan CCTV-nya.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,943 institutions.

Register now