Dalam beberapa kasus, sulit bagi akademisi untuk mengetahui jurnal mana yang tidak kredibel – sementara di sisi lain, mereka mendapat tekanan untuk segera menerbitkan jurnal.
Beberapa profesor kini memberikan tugas pengeditan Wikipedia sebagai alternatif dari karya riset tradisional.
(Nikolas Kokovlis/NurPhoto via Getty Images)
Dalam beberapa tahun ke belakang, platform SINTA memegang peran sebagai sistem pemeringkatan kinerja publikasi peneliti. Bagaimana sebenarnya dampaknya terhadap pola produksi riset di Indonesia?
Besarnya tuntutan bagi dosen untuk terbit di jurnal internasionall bereputasi menjadi ruang munculnya “calo publikasi”. Mereka menawarkan jasa penghubung ke jurnal dengan janji penerbitan yang instan.
Banyak perguruan tinggi mengunci akses terhadap skripsi, tesis, dan disertasi mahasiswa. Padahal, berbagai dokumen ini bisa jadi alternatif sumber data di tengah keterbatasan riset di Indonesia.
Pemetaan kami terkait pola riset HI di Indonesia selama dua dekade terakhir menunjukkan produktivitas yang masih cenderung timpang antara peneliti laki-laki dan perempuan.
Proses peer review punya peran penting dalam dunia penerbitan karya akademik. Tapi, prosesnya bisa eksploitatif, tidak transparan, dan lamban. Bagaimana cara memperbaikinya?
Studi kami menemukan bahwa peneliti muda di Indonesia semakin banyak dan inovatif, tapi mereka masih menghadapi banyak tantangan pengembangan karir dan kapasitas.
Sedikit dosen yang bersedia membagikan hasil riset dengan cara yang lebih mudah diakses dan dipahami. Mereka seakan lupa bahwa masyarakat kesulitan dalam memahami analisis mereka dalam jurnal ilmiah.
Ketidakjelasan aturan self-plagiarism di Indonesia menimbulkan pertanyaan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam reproduksi ulang karya ilmiah pribadi?
Lebih dari sepertiga dosen dan peneliti Indonesia tidak menerbitkan riset. Ini disebabkan beratnya beban mengajar dosen, buruknya evaluasi kinerja riset, dan kurangnya dosen berkompetensi doktoral.
Repositori Ilmiah Nasional (RIN) adalah bank data pertama Indonesia yang menyimpan data primer penelitian dalam skala nasional.
Shutterstock
Pada Agustus 2019, pemerintah meluncurkan Repositori Ilmiah Nasional (RIN) sebagai bank data tingkat nasional yang mengumpulkan data primer penelitian. Apa saja manfaat maupun tantangannya?
Sekitar 90% hasil penelitian di jurnal ilmiah memiliki hasil yang positif (membuktikan hipotesis). Bias tersebut telah mendorong banyak peneliti untuk melakukan praktek-praktek yang ‘nakal’ supaya risetnya lebih mudah dipublikasikan.
Shutterstock
Iklim penelitian yang kompetitif dan tidak sehat telah mendorong banyak peneliti untuk melakukan kebohongan supaya risetnya banyak dipublikasikan di jurnal. Bagaimana cara mematahkan tren tersebut?
Peneliti Indonesia menghadapi dilema.
www.shutterstock.com