Jon Fosse, yang baru saja terpilih sebagai peraih hadiah nobel sastra 2023, sering dianggap sebagai sosok yang kembali mempertahankan keintiman sastra dan agama. Mengapa demikian?
Milan Kundera, penulis ternama asal Ceko, telah meninggal dunia pada usia 94 tahun. Karyanya mempertanyakan totalitarianisme dan mengeksplorasi berbagai ide.
Cancel culture (budaya pemboikotan) telah membuat masyarakat ‘menghukum’ banyak pekerja yang terlibat dalam produksi suatu karya atau produk budaya.
(Zenza Flarini/Shutterstock)
Apakah sebaiknya kita memboikot seseorang dan karya mereka atau tidak? Berikut dua perspektif yang bisa menjadi pertimbangan tambahan dalam perdebatan panas ini.
Kami bertanya kepada dosen dan peneliti tentang buku-buku yang menurut mereka bisa menjadi jendela untuk memahami tantangan sosio-politik generasi muda di Indonesia.
Koleksi buku sastra di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Jakarta.
Wahyu Putro A/Antara Foto
Terlalu jauh untuk menyalahkan letusan Tambora sebagai penyebab cuaca buruk dan kemiskinan di Eropa pada tahun 1816. Apalagi menghubungkannya dengan novel Frankenstein.
Mencari solusi iklim akan memerlukan ilmu humaniora.
UC Irvine School of Humanities
Perubahan iklim bukan hanya masalah teknis tapi juga etika, keadilan sosial dan nilai-nilai budaya. Literatur, filsafat dan humaniora bisa memberikan solusi iklim yang terbaik.
‘Kota Matahari Jingga Emas’ (Golden Orange Solar City) sebuah depiksi kota Antalya, Turki di masa depan diinspirasi oleh karya sasta Solar Punk seperti antologi ‘Glass and Gardens’ (Kaca dan Taman) diedit oleh Sarena Ulabarri.
Alan Marshall
Metode Sastra untuk Desain Urban mencoba meramal masa depan dunia urban, dan untuk merancang perkotaan dan warganya sesuai dengan prediksi tersebut.
Dalam novel Mata di Tanah Melus nilai-nilai progresif ini dihadirkan oleh Okky Madasari melalui gabungan antara menghadirkan elemen-elemen realis dan utopis.
www.shutterstock.com
Buku Mata di Tanah Melus ini merupakan wujud bentuk sastra progresif bagi anak-anak dengan menggabungkan aspek-aspek realis dan utopis dalam bangunan petualangan si tokoh utama.
Stiker monster ciptaan Frankenstein.
Andres Musta/Flickr
Suatu bencana alam yang tak ada tandingannya di Indonesia mengirimkan abu ke belahan dunia lain dan menyediakan ruang bagi penciptaan novel Frankenstein, kisah tentang kesombongan tak terkendali.
Paviliun Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015, ketika Indonesia menjadi tamu kehormatan di festival buku paling bergengsi di dunia tersebut.
Alexander Heimann/Frankfurt Book Fair
Sudah pernah baca ‘Babi Ngepet’ karya Abdullah Harahap atau ‘Raumanen’ karya Marianne Katoppo? Sebelum usia 30, bacalah delapan buku rekomendasi Intan Paramaditha ini.