Menu Close
Hedonisme
Hedonisme tidak hanya tentang seks, narkoba, dan rock ‘n’ roll. Bisa juga tentang menikmati kenikmatan secangkir teh di penghujung hari yang melelahkan. ShutterStock

Apa itu hedonisme dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan?

Saya rasa saya mungkin seorang hedonis. Apakah kamu membayangkan saya menghirup kokain melalui uang kertas 100 dolar dengan segelas sampanye di satu tangan. Sebelum menghakimi saya, saya tahu hedonisme memiliki reputasi yang buruk, tapi mungkin ini saatnya untuk mempertimbangkan kembali hal ini.

Bagaimana jika, alih-alih menjadi jalan menuju kehancuran, hedonisme justru baik untuk kesehatan kita? Jika kita menganggap hedonisme sebagai cara menikmati kesenangan sederhana yang disengaja - seperti bermain di dedaunan yang berguguran, menghabiskan waktu bersamadengan teman, atau memeluk anjing - maka itu mungkin benar. Mencari dan memaksimalkan kesenangan semacam ini dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kita.

Jadi, dari mana ide hedonisme kita berasal dan bagaimana kita dapat memanfaatkan hedonisme untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup kita?

Pandangan populer tentang hedonisme

Secara umum, seorang hedonis adalah seseorang yang mencoba memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit. Jordan Belfort (diperankan oleh Leonardo DiCaprio) dalam film The Wolf of Wall Street mungkin merupakan gambaran populer dari seorang hedonis klasik, di mana kekayaannya yang luar biasa memungkinkannya untuk memanjakan rasa haus yang tak terpuaskan akan segala hal yang menyenangkan.

Jordan Belfort (diperankan oleh Leonardo DiCaprio) dalam film The Wolf of Wall Street adalah salah satu penggambaran populer dari seorang hedonis.

Bot Hedonisme dari Futurama adalah karakter lain yang sangat berhubungan dengan hal-hal yang memberikan kesenangan.

Bot Hedonisme Futurama tahu apa yang membuatnya senang, dan itu tidak selalu merupakan hal yang biasa diduga.

Kami menganggap karakter-karakter ini begitu menarik karena mereka tampaknya menolak cara hidup yang masuk akal dan bertanggung jawab. Mereka memanjakan selera duniawi mereka dengan cara yang tidak kita lakukan, tanpa memperhatikan konsekuensinya. Kita menunggu mereka memberontak atau kehidupan mereka runtuh, yang tentu saja itu harus terjadi.

Namun, perilaku semacam ini lebih tepat disebut sebagai pesta pora - pemanjaan yang berlebihan terhadap kenikmatan tubuh dan terutama kenikmatan seksual - daripada hedonisme.

Hedonisme memiliki akar filosofis sejak era Plato dan Socrates, tetapi filsuf Yunani kuno Epicurus sering dianggap mendefinisikan dari awal hedonisme yang tidak didasarkan pada kehidupan dengan selera yang tidak terkendali, tetapi pada kesenangan moderat dan rasa hormat terhadap orang lain.

Saat ini ada banyak pandangan tentang apa itu hedonisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh beberapa argumen filosofis tentang bagaimana kita harus mengkonseptualisasikan kesenangan.

Apakah itu kenikmatan?

Mungkin ada baiknya kita memikirkan kenikmatan secara sederhana sebagai suatu keadaan subjektif dari kesenangan. Ini adalah perspektif yang luas, tetapi mudah diterapkan pada kehidupan kita sehari-hari. Jadi, sentuhan seorang kekasih memberi saya kesenangan, begitu juga dengan sebuah musik, tertawa bersama teman-teman, atau sekadar duduk diam di kursi yang nyaman setelah hari yang melelahkan.

Sama seperti pengalaman yang berbeda dapat membawa getaran kenikmatan yang sama, pengalaman yang sama dapat memunculkan berbagai respons - dari kesenangan yang ekstrem hingga ketidaksenangan yang pasti - pada orang yang berbeda.

Tidak ada stimulus tunggal yang memunculkan respons yang sama persis pada setiap orang sepanjang waktu: kenikmatan adalah interaksi antara stimulus dan penerima.

Jika kita memejamkan mata dan berpikir tentang saat kita mengalami rasa senang, kemungkinan besar kita sedang mengingat pengalaman seksual, atau sesuatu yang lezat yang pernah kita makan. Mungkin ingatan itu adalah segelas anggur yang sangat enak, atau 50 meter terakhir dari lari yang panjang dan memuaskan.

Dan semua itu adalah hal-hal yang baik, bukan? Kenikmatan seksual terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan. Sebagai contoh, perempuan yang mengatakan bahwa mereka puas dengan kehidupan seks mereka memiliki nilai yang lebih tinggi dalam ukuran kesejahteraan psikologis dan vitalitas. Segelas anggur secara teratur dikatakan memiliki efek perlindungan terhadap demensia dan penyakit jantung, mungkin karena kandungan antioksidan flavonoid-nya. Dan semua orang tahu manfaat kebugaran fisik.

Nah, kegiatan ini bagus … hingga akhirnya tidak. Banyak hal yang biasanya memberi kita kesenangan juga dapat digunakan dengan cara yang berisiko atau berbahaya.

Ketika kenikmatan menjadi masalah

Ketergantungan, kecanduan, pesta minuman keras, dan konsumsi kompulsif dapat dianggap sebagai penggunaan yang berisiko atau berbahaya dari pengalaman yang seharusnya menyenangkan, seperti menggunakan alkohol dan obat-obatan, berolahraga, dan berhubungan seks.

Mungkin sulit untuk menentukan titik di mana perilaku yang sebelumnya menyenangkan menjadi bermasalah. Namun, di suatu titik antara menikmati bir sesekali dan membutuhkannya sebelum bangun dari tempat tidur setiap pagi, kita telah melewati titik kritis.

Pada tahap ini, kesenangan tidak lagi menjadi motivasi atau hasil dari perilaku tersebut. “Rasa lapar” yang tak terkendali telah menghilangkan kesenangan dan hal terbaik yang bisa kita harapkan adalah kelegaan. Tanpa kesenangan, perilaku tidak lagi menjadi perilaku hedonis.

Mengejar satu kesenangan yang intens dengan mengorbankan aspek-aspek lain dari kehidupan yang membawa makna dan kesenangan juga kontraproduktif untuk menjalani kehidupan yang kaya dan menyenangkan. Hal ini menempatkannya jauh di luar gagasan Epicurus tentang kesenangan moderat dan pengendalian diri.

Mari bersikap rasional pada hedonisme

Jadi, ketika kita harus membayar cicilan rumah atau sewa rumah dan menjaga agar kehidupan kita yang kompleks tetap berjalan dengan baik, seperti apa kehidupan seorang hedonis modern?

Definisi praktisnya adalah seseorang yang mencoba memaksimalkan kesenangan sehari-hari sambil tetap menyeimbangkan hal-hal lain. Saya menyebutnya semacam “hedonisme rasional”. Faktanya, Epicurus menekankan kehidupan yang sederhana dan harmonis tanpa mengejar kekayaan atau kemuliaan.

Memaksimalkan kesenangan, tidak seperti pesta pora atau kecanduan, tidak perlu berbentuk lebih banyak, lebih besar, lebih baik. Sebaliknya, kita menikmati kesenangan sehari-hari. Kita menikmatinya saat hal itu terjadi, menggunakan semua indera dan perhatian kita, secara aktif mengantisipasinya, dan merenungkannya dengan cara yang mendalam.

Jadi, jika kopi pagi saya memberikan kenikmatan, saya mungkin berhenti sejenak dan menikmatinya saat meminumnya: menghirup aromanya sepenuhnya dan fokus pada nuansa hangat, berasap, dan kelezatan pahitnya. Saya harus sepenuhnya memperhatikan kehangatannya di tangan saya, perasaannya di mulut saya, dan rangkaian sensasi dan rasa yang diberikannya.

Tidak hanya itu, di pagi hari, sebelum minum kopi, saya bisa mengantisipasinya. Saya bisa membayangkan betapa nikmatnya kopi itu. Dan kemudian, ketika saya menjalani hari saya, saya bisa berhenti sejenak dan berpikir tentang kopi itu, tentang betapa hangat dan enaknya kopi itu, bagaimana aromanya dan rasanya.

Dengan kata lain, saya bisa membenamkan diri dalam momen-momen ini, dalam antisipasi, dalam meminumnya, dan dalam mengingat, serta mencurahkan seluruh perhatian saya pada momen-momen tersebut. Kenikmatan semacam ini menghasilkan pengalaman yang sama sekali berbeda, dan lebih kaya, daripada jika saya hanya menyeruput kopi sambil menghindari lalu lintas dan berbicara di telepon.

Why Small Pleasures are a Big Deal membahas tentang cara menghargai kesenangan hedonis sehari-hari dalam hidup, seperti tekstur atau aroma yang menyenangkan, tanpa harus mengeluarkan uang untuk barang atau pengalaman yang mahal.

Tindakan menikmati mengintensifkan kenikmatan yang kita peroleh dari hal-hal sederhana dan memberikan kepuasan yang lebih besar darinya. Sebuah penelitian menemukan bahwa menghabiskan sedikit waktu untuk menikmati antisipasi sebelum makan cokelat membuat partisipan makan lebih sedikit cokelat secara keseluruhan.

Dan perhatian tampaknya menjadi kunci dari hubungan antara perasaan senang dan kesejahteraan.

Bagaimana kita mendapatkan manfaat dari hedonisme?

Keadaan senang dihubungkan dengan berkurangnya stres. Jadi, ketika kita merasakan kesenangan, sistem saraf simpatik kita - respon fight or flight (melawan atau lari) yang kita alami ketika merasa terancam - menjadi tenang. Pertama-tama, rangsangan tersebut membangkitkan kita, kemudian jika kita menilai situasi tersebut aman, kita memiliki “respons penghilang stres”, yang kita alami sebagai relaksasi atau penghilang stres.

Penelitian menunjukkan bahwa emosi yang menyenangkan dikaitkan dengan pemikiran yang lebih luas dan lebih kreatif, dan berbagai hasil positif termasuk ketahanan yang lebih baik, hubungan sosial, kesejahteraan, kesehatan fisik, dan umur yang lebih panjang. Jadi, kesenangan mungkin tidak hanya membantu kita untuk hidup lebih menyenangkan, tetapi juga lebih lama.

Hedonisme untuk kesehatan dan kesejahteraan

Memaksimalkan kesenangan sehari-hari dapat digunakan dalam terapi dan menunjukkan hasil yang menjanjikan sebagai intervensi untuk depresi.

Sebuah penelitian terhadap anak-anak sekolah menunjukkan bahwa fokus pada kejadian sehari-hari yang menyenangkan, dalam hal ini mencatatnya dalam buku harian, dapat mengurangi gejala depresi, dan efeknya tetap bertahan selama tiga bulan.

Berfokus pada aspek-aspek yang menyenangkan dari makanan sehat juga dapat menjadi cara yang lebih efektif untuk makan lebih banyak makanan sehat daripada berfokus pada seberapa “sehat” makanan tersebut. Pendekatan serupa cenderung efektif untuk olahraga dan perilaku lain yang terkait dengan manfaat kesehatan.

Yang kita ketahui tentang manfaat hedonisme rasional semacam ini mungkin akan berkembang dari sini. Kita baru saja mulai mengeksplorasi nilai terapeutik dari pengalihan fokus untuk sepenuhnya memperhatikan dan memaksimalkan kesenangan.

Kita tahu bahwa intervensi yang mendorong individu untuk fokus pada pengalaman yang menyenangkan dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan yang dilaporkan.

Meningkatkan kesejahteraan pada lansia adalah bidang yang sangat menjanjikan. Menikmati kesenangan berhubungan dengan ketahanan pada lansia dan emosi positif dapat membantu mengimbangi efek buruk dari kesepian. Selain itu, terlepas dari status kesehatan fisik, kemampuan untuk menikmati dikaitkan dengan tingkat kepuasan yang lebih tinggi terhadap kehidupan.

Dan menikmati hidup dapat diajarkan. Sebuah penelitian melihat efek dari program delapan minggu yang mempromosikan kegiatan menikmati hidup untuk sekelompok orang dewasa yang tinggal di komunitas berusia 60 tahun ke atas. Program ini mengurangi skor depresi, gejala fisik dan masalah tidur, serta meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kepuasan terhadap hidup.

Sementara itu, kita harus menepis anggapan bahwa kesenangan adalah sesuatu yang memalukan atau sembrono, dan menjadi penganut hedonisme yang rasional. Kita bisa memikirkan Epicurus, dan dengan sengaja menikmati kesenangan sederhana yang telah kita abaikan selama ini.


Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now