Menu Close

Apa itu Segitiga Bermuda dan kenapa dianggap berbahaya?

Ilustrasi pesawat terbang di atas lautan dengan UFO di dekatnya.
Shutterstock

Apa itu Segitiga Bermuda dan kenapa ia dianggap berbahaya? Adellaii, umur 13, Paterson, NSW

Kisah tentang “Segitiga Bermuda” sudah ada sejak 56 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1964.

Nama ini pertama kali digunakan oleh penulis dari Amerika, Vincent Gaddis, di majalah Argosy untuk menggambarkan sebuah kawasan di Lautan Atlantik, di lepas pantai Florida, yang berbentuk segitiga.

Peta Laut Atlantik Utara menunjukkan perkiraan batas dari Segitiga Bermuda.
Tidak ada luasan persis dari Segitiga Bermuda. Namun, menurut Ensiklopedia Britannica, luas total bisa mencapai 1,3 sampai 3,9 juta kilometer (km) persegi; bandingkan dengan luas Pulau Kalimantan yang berukuran 743 ribu km persegi. Shutterstock

Area ini juga sering disebut sebagai “Segitiga Setan” dan sering dibahas dalam ribuan film, buku, dan dokumenter sepanjang beberapa dekade.

Lalu, apa yang menarik perhatian dari Segitiga Bermuda?

‘Misteri’ lama belum terpecahkan

Ketertarikan akan Segitiga Bermuda bermula dari serangkaian kejadian menghilangnya kapal laut dan pesawat yang tidak dapat dijelaskan.

Tahun 1945, sebanyak 5 pesawat Angkatan Laut Amerikan Serikat (AS) dan 14 orang dilaporkan hilang di area tersebut saat sedang melakukan latihan rutin.

Saat itu, sempat terdengar suara kapten pesawat, Letnan Charles Taylor, di radio mengatakan:

Kami memasuki air putih, ada yang tidak beres. Kami tidak tahu lokasi kami di mana, airnya hijau, bukan putih.

Angkatan Laut AS melakukan investigasi dan akhirnya melaporkan insiden tersebut “penyebab tidak diketahui.”

Sejak kejadian tersebut sampai tahun 1980-an, sebanyak 25 pesawat kecil hilang saat melewati Segitiga Bermuda. Mereka tidak pernah terlihat lagi dan tidak ada puing yang pernah ditemukan.


Read more: Curious Kids: what's it like to be a fighter pilot?


Alhasil, cerita ini menarik perhatian publik.

Beberapa orang memberikan berbagai penjelasan berlebihan bahwa ada kekuatan paranormal atau supranatural.

Ada juga yang mengaitkan alien atau mahkluk gaib yang tinggal di kota bawah laut yang hilang Atlantis dengan kejadian tragis tersebut.

Fakta bahwa hasil laporan resmi menyebutkan “penyebab yang tidak diketahui” semakin menambah ketertarikan.

Berpikir kritis

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, kita harus bertanya diri sendiri: jika kita tidak tahu apa yang menjadi penyebab atas suatu hal atau jika suatu hal terlihat misterius, apakah kita harus mencari jawaban dari sisi paranormal (seperti hantu/roh) atau supranatural (sihir/keajaiban)?

Bagi beberapa orang akan melakukan itu. Mereka merasa penjelasan itu yang menarik. Inilah yang terjadi selama beberapa dekade pada insiden di Segitiga Bermuda.

Akan tetapi, ketika kita mencoba mempelajari tentang peristiwa ini dan tidak langsung mengambil kesimpulan, penyebabnya terlihat lebih sederhana.

Kita ambil contoh hilangnya Charles Taylor dan 5 pesawat yang kemudian diselidiki oleh Angkatan Laut AS.

Investigasi tersebut menemukan bahwa saat mulai gelap dan cuaca berubah, Taylor membawa pesawat menuju lokasi yang salah.

Taylor juga mempunyai pengalaman hilang saat terbang. Dia telah 2 kali diselamatkan di Laut Pasifik. Angkatan Laut sendiri sudah memahami apa yang sebenarnya terjadi bahkan sebelum kejadian menghilang.

Namun, insiden itu akhirnya disimpulkan sebagai “tidak diketahui penyebabnya” karena ibu Taylor, yang tidak ingin menyalahkan putranya atas apa yang terjadi, bersikeras bahwa jika Angkatan Laut tidak bisa menemukan bangkai pesawat, maka mereka tidak bisa menentukan apa yang sebenarnya yang terjadi.

Tidak ingin menyalahkan Taylor atas tragedi tersebut, Angkatan Laut pun setuju dengan alasan tersebut.

Sebagian besar pilot dalam insiden tersebut masih dalam pelatihan.

Artinya, mereka tidak mengetahui bagaimana menggunakan semua kendali dalam pesawat selama terbang di malam hari atau cuaca buruk dengan baik.

Tidak hanya itu, pesawat yang sedang diterbangkan juga diketahui akan tenggelam dalam waktu setidaknya 45 detik jika mereka mendarat di air.

Dan, apabila pesawat tenggelam di lautan luas (meskipun kejadian ini sangat langka dewasa ini), seringkali tidak akan ditemukan lagi.

Ini benar adanya bahkan sampai saat ini, meskipun ada peningkatan teknologi pesawat dan metode pencarian-penyelamatan.

Misalnya, hanya ada sejumlah puing kecil dari pesawat Malaysia Airlines MH370, yang hilang pada tahun 2014, bisa ditemukan.

Puing-puing dari pesawat MH370.
Potongan puing dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang ditampilkan selama upacara peringatan di Kuala Lumpur bulan Maret tahun lalu untuk menandai 5 tahun kecelakaan tersebut. Fazry Ismail/EPA

Meninggalkan mitos lama

Saat ini, pesawat besar sering melintasi Segitiga Bermuda dan tidak ada yang menghilang.

Kita pun bisa melacak penerbangan di area tersebut langsung secara daring.

Faktanya, dari pertengahan 1940 hingga 1980a-n, lebih banyak pesawat kecil yang jatuh di daratan AS dibandingkan di Segitiga Bermuda. Namun, karena mereka jatuh di daratan dan puing-puing pesawat bisa ditemukan maka tidak dianggap misterius.

Lebih lanjut, jumlah kapal dan pesawat yang dilaporkan hilang di kawasan Segitiga Bermuda tidak jauh lebih besar dibandingkan di area laut lain.

Terkadang, ketika sebuah peristiwa sulit dijelaskan, kita akan lebih tergoda untuk mengatakan disebabkan oleh aktivitas paranormal atau supranatural.

Tapi, jika 1.000 pesawat terbang melalui Segitiga Bermuda dan kita bisa menjelaskan apa yang terjadi pada 990 pesawat, apakah 10 yang lain harus kita sebut sebagai kasus supranatural? Tidak.

Hal yang dapat kita katakan adalah kita tidak mengetahui secara pasti apa yang terjadi dan kita harus mencoba untuk mempelajarinya lebih lanjut. Kadang, ketika kita belajar lebih lagi, misteri tersebut akan terungkap.


Read more: Why people believe in conspiracy theories – and how to change their minds



Wiliam Reynold menerjemahkan artikel ini dalam Bahasa Indonesia.


Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di sini.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,700 academics and researchers from 4,947 institutions.

Register now