Menu Close

Apa yang agama kuno bisa ajarkan mengenai bisnis berkelanjutan

Sustainable finance.
Keuangan berkelanjutan. towfiqu barbhuiya/unsplash

Dunia bisnis kerap memprioritaskan maksimalisasi profit, skala ekonomi dan pentingnya nilai pemegang saham. Konsep-konsep ini menancap erat di dalam sistem ekonomi global seiring dengan perkembangan industri selama berabad-abad.

Tapi sejumlah bisnis di beberapa belahan dunia beroperasi berdasarkan penghormatan pada semua makhluk hidup, tak hanya manusia, terutama di negara yang menganut agama darma seperti Jainisme dan Hinduisme (umumnya di subkontinen India, Asia Tenggara dan Asia Tengah). Mempelajari cara kerja mereka dapat membantu dunia bisnis global agar lebih berkelanjutan dan mengatasi krisis iklim.

Riset menunjukkan bahwa alam telah lama diperlakukan sebagai sumber daya atau sesuatu “di luar” sistem ekonomi, yang ada untuk dimanfaatkan oleh manusia. Tapi fakta bahwa aktivitas manusia menyumbang tingkat kepunahan spesies 1.000 kali lebih besar daripada tingkat kepunahan alami, menunjukkan saling bergantungnya manusia dengan alam. Bisnis berdampak jelas pada iklim – 71% dari emisi bahan bakar fosil bersumber hanya dari 100 perusahaan multinasional.

Mengubah sikap dunia bisnis soal alam membutuhkan perombakan terhadap teori ekonomi dan sistem-sistem kepercayaan agar menyadari bahwa semua kehidupan di dunia ini memiliki perasaan dan kapasitas untuk berekspresi, dan bahwa ada kebutuhan untuk melindungi makhluk hidup lainnya. Ini membutuhkan transformasi perilaku dan budaya yang sangat besar demi menjawab tantangan-tantangan lingkungan yang tengah dihadapi dunia saat ini.

Sayangnya, ekonom dan pelaku profesi keuangan kerap melepaskan isu ini dari perhitungan mereka, hingga menambah kerusakan sosial dan ekologis. Pertumbuhan gerakan keuangan hijau jelas adalah langkah menuju arah yang benar, tapi dibutuhkan perubahan radikal dalam teori keuangan untuk mengatasi krisis lingkungan dan membuat semua bisnis lebih berkelanjutan.

Mengambil inspirasi dari agama

Studi saya menunjukkan bahwa sektor keuangan dapat mengambil tradisi-tradisi keagamaan tertentu untuk mendorong perubahan perilaku dan kultur. Banyak sistem kepercayaan yang tak memisahkan antara alam dan manusia, dan justru mendorong pelestariannya. Bisnis dapat mengikuti doktrin-doktrin ini dan tetap sukses.

Darma, misalnya, umum dipahami sebagai kebajikan moral dan menggariskan jalan menuju gaya hidup berkelanjutan. Agama-agama darma di India – sistem-sistem kepercayaan Hindu, Sikh, Buddha, dan Jaina – tak pernah memisahkan manusia dari hewan dan alam. Sistem-sistem kepercayaan ini tak pernah bersifat antroposentris (melihat manusia sebagai pusat kehidupan di bumi). Tradisi mereka bertahan ribuan tahun dan terbentuk lama sebelum manusia menghadapi krisis eksistensial seperti yang kita hadapi sekarang

Agama-agama kuno ini telah lama mengetahui – terutama dalam dunia bisnis dan keuangan – tentang praktik berkelanjutan, dan penerapannya terpampang jelas di depan mata. Pemimpin mereka sudah mempraktikkan bisnis secara berkelanjutan, hanya karena mereka selalu melihatnya sebagai cara yang tepat untuk beroperasi – motivasi mereka didorong oleh budaya, kepercayaan, dan tradisi.

An image of the outside of Jain Temple, Jodhpur, India; sunset in the background.
Kuil Jain di dekat Jodhpur, India. Harsh S/Shutterstock

Jaina, misalnya, selama ribuan tahun percaya akan penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup, termasuk tumbuhan dan hewan. Filosofi sentral Jainisme - salah satu agama tertua di dunia - disebut Ahimsa dan didasarkan pada non-kekerasan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Sepanjang penelitian saya, saya mewawancarai pemimpin-pemimpin bisnis Jaina yang terkemuka. Termasuk di antaranya adalah Vallabh Bhanshali, salah satu pendiri dari perusahaan investasi India, Enam Securities Group. Serta, Abhay Firodia, pemimpin perusahaan otomatif India, Force Motors, yang ayahnya merupakan penemu bajaj, moda transportasi paling populer dan terjangkau di Asia.

Bagi banyak umat Jaina, serta penganut agama darma lain macam Sikh dan Hindu, filantropi adalah “kewajiban dan bukan pilihan”. Mereka bertekad untuk beroperasi dalam hakikat dan batasan uang dalam mempraktikkan bentuk kapitalisme yang welas asih.

Tapi sikap ini tak hanya terbatas dalam agama-agama darma. Penelitian menunjukkan bahwa sebelum penjajahan, banyak bagian Afrika yang menggunakan jaringan sosial dan komunal yang kuat mengenai kepemilikan bersama.

A sea view of Handelsbanken headquarters in Stockholm, Sweden.
Kantor pusat Handelsbanken di Stockholm, Sweden. Handelsbanken

Dan, Handelsbanken, sebuah bank di Swedia, didirikan pada 1871 untuk beroperasi secara organik dengan membangun kepercayaan dan relasi yang bersifat lokal dan berkelanjutan. Lembaga keuangan ini menyediakan pembiayaan bagi bisnis-bisnis kecil yang kerap diabaikan oleh bank-bank pusat kota.

Di luar keuangan

Sektor keuangan kerap menjadi kekuatan yang merusak dalam komunitas, masyarakat dan alam. Ia mempromosikan individualisme dan dapat menyebabkan kesenjangan alih-aih kerja sama dan keseimbangan pendapatan.

Ketidaktahuan tentang berbagai modal di luar modal keuangan - seperti budaya, relasi, kepercayaan, kepemimpinan, spiritualitas dan modal komunitas - serta signifikansinya dalam membangun masyarakat yang bahagia dan harmonis, dapat diatasi dengan melihat tradisi-tradisi kuno ini. Mempelajari berbagai modal lain di luar keuangan dapat membantu menghidupkannya kembali dan meningkatkan signifikansi mereka dalam dunia bisnis.

Keyakinan merupakan hal sentral dalam keuangan selama ribuan tahun – London bahkan punya 104 gereja sebelum pecahnya perang dunia – tapi hal ini kerap diabaikan dalam pendidikan dan penelitian keuangan kontemporer. Dengan membuat pendidikan bisnis lebih inklusif terhadap beragam budaya dan kearifan, akan lebih banyak pemimpin industri yang belajar mengoperasikan bisnisnya dengan hati nurani, kecukupan dan tanggung jawab.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now