Menu Close
SP Photo/Shutterstock

Apakah kecepatan mengemudi bisa mengurangi emisi dari mobil?

Apakah mengurangi kecepatan mobil dapat mengurangi emisi?

Setiap mobil mempunyai kecepatan optimal yang berpengaruh terhadap pemakaian bahan bakar, namun ini tergantung kepada tipe, desain, dan umur kendaraan.

Secara umum, bisa dilihat dari grafik berikut: pemakaian bahan bakar meningkat mulai dari kecepatan sekitar 80 km/jam akibat naiknya gaya hambat udara (air resistance).

Author provided

Tapi, kecepatan hanyalah satu faktor. Mobil apa pun yang Anda kendarai, Anda dapat mengurangi pemakaian bahan bakar (dan juga emisi) dengan berkendara lebih halus.

Ini termasuk mengantisipasi tikungan dan menghindari rem mendadak, melepas kaki dari pedal gas sebelum mencapai puncak bukit lalu turun meluncur dari bukit, dan melepas rak atap atau bumper tanduk atau mengeluarkan barang berat yang tidak dibutuhkan untuk membuat mobil semakin ringan dan efisien.


Read more: Jokowi galakkan mobil listrik, tapi riset tunjukkan 2 faktor bisa hambat efektivitasnya untuk turunkan emisi gas rumah kaca


Berkendara dengan bijak

Di Selandia Baru, reli EnergyWise biasanya digelar pada jalur sepanjang 1.200 kilometer di Pulau Utara. Reli ini dirancang untuk mendemonstrasikan seberapa banyak bahan bakar yang dapat dihemat bila berkendara yang baik.

Para pengemudi harus mencapai suatu tujuan dalam jangka waktu tertentu. Berkendara dengan kecepatan 60-70 km/jam di jalanan datar di zona 100 km/jam hanya untuk menghemat bahan bakar bukan pilihan yang baik (juga karena mengemudi terlalu lambat di jalanan tol dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan).

Kecepatan rata-rata optimum (untuk pengemudi profesional maupun biasa) sekitar 80 km/jam. Kunci dari penghematan bahan bakar adalah berkendara dengan tenang.

Di reli pertama pada tahun 2002, Volkswagen Golf, mobil keluaran terbaru berbahan bakar diesel (yang dipinjamkan oleh VW NZ) dari Universitas Massey, menggunakan 100% biodiesel dari ampas lemak hewan (seperti yang sedang diproduksi Z Energy).

Sebuah mobil berbahan bakar diesel memproduksi sekitar 2,7 kg karbon dioksida per liter dan berbahan bakar bensin memproduksi 2,3 kg karbon dioksida per liter.

Menggunakan bahan bakar hayati untuk menggantikan diesel atau bensin dapat mengurangi emisi hingga 90% per kilometer jika bahan bakar tersebut terbuat dari lemak daging hewan.

Jumlah emisi yang berkurang beragam, tergantung sumber bahan bakar tersebut (tebu, gandum, atau biji jarak). Tentu saja, menanam tanaman untuk bahan bakar hayati dengan menggantikan tanaman pangan atau hutan tidak dapat diterima.

Terlepas dari tipe mobil, pengemudi dapat mengurangi penggunaan bahan bakar hingga 15-20% dengan cara berkendara yang baik - ini mengurangi emisi dan menghemat uang pada waktu bersamaan.


Read more: Ada cara baru menghilangkan polutan berbahaya dari bensin dan batu bara dengan murah. Ini temuan ahli


Efisiensi bahan bakar

Ketika ingin mengganti mobil, memperhitungkan efisiensi bahan bakar merupakan hal penting untuk menghemat biaya bahan bakar dan pengurangan emisi.

Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan negara-negara Uni Eropa, telah memiliki standar efisiensi bahan bakar selama lebih dari satu dekade.

Hal ini telah mendorong produsen mobil untuk merancang kendaraan yang semakin hemat bahan bakar .

Kebanyakan kendaraan ringan yang dijual secara global patuh pada standar ini. Namun, Australia dan Selandia Baru masih menunda hal ini karena mayoritas kendaraan impor.


Read more: Bukannya selamatkan lingkungan, mobil listrik bisa perparah polusi jika tak didukung energi yang bersih


Selandia Baru masih ragu-ragu memperkenalkan skema “feebate” yang mengusulkan tambahan biaya bagi mobil impor dengan emisi tinggi untuk membuat harga mobil hibrid, mobil listrik, dan kendaraan efisien lainnya lebih murah dengan subsidi.

Di Selandia Baru, mengendarai mobil listrik dapat mengurangi emisi karena 85% listrik di sana berasal dari energi terbarukan.

Di Australia, yang masih mengandalkan tenaga batu bara, mobil listrik justru menyebabkan emisi yang lebih tinggi, kecuali jika pasokan listrik yang digunakan berasal dari sumber energi terbarukan.

Tak bisa dipungkiri, harga bahan bakar dan listrik akan meningkat.

Namun, terlepas dari apakah kita mengendarai mobil bensin atau listrik, kita dapat menyelamatkan diri dari kenaikan harga di masa depan dengan berkendara secara efisien dan mengurangi kecepatan.


Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris


Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di sini.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now