Menu Close
Kasus patologi hati stadium lanjut (hepatomegali) akibat schistosomiasis pada anak usia 5 tahun. Prof Takafira Mduluza

Bagaimana COVID memengaruhi pengendalian penyakit tropis yang terlupakan

Penyakit tropis terabaikan atau neglected tropical diseases (NTDs) adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok 20 penyakit menular. Penyakit yang bisa melumpuhkan, melemahkan, dan bahkan membunuh ini telah berdampak pada lebih dari 1,7 miliar orang di dunia. Kelompok yang paling rentan dan termiskin adalah yang paling terkena dampaknya.

Pada masa lalu, penyakit-penyakit dalam kelompok ini diabaikan secara internasional dan buruknya pendanaan di dalam negeri: oleh karena itu disebut “terabaikan” dalam namanya. Beberapa penyakit tropis umum yang terabaikan adalah maag buruli, demam berdarah dan penyakit Hansen (juga dikenal sebagai kusta).

Sudah ada alat untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit ini, antara lain obat-obatan, pengendalian vektor, intervensi kesehatan publik terkait hewan serta penyediaan air bersih dan toilet.

Dalam 10 tahun terakhir terdapat upaya global yang signifikan untuk mengendalikan penyakit tropis yang terabaikan. Pada 2012, perusahaan farmasi, donor, negara endemik, dan organisasi nonpemerintah berkumpul untuk menandatangani Deklarasi London tentang Penyakit Tropis yang Terabaikan. Bersama-sama, mereka berkomitmen untuk mengendalikan, menghilangkan, atau memberantas sepuluh penyakit ini pada 2020 dan meningkatkan taraf hidup lebih dari satu miliar orang.

Dukungan dari para penandatangan berkisar dari donasi obat-obatan esensial hingga membiayai pengiriman dan distribusi obat-obatan, penelitian, dan pendanaan untuk sanitasi dan air bersih. Upaya global bersama ini telah membuahkan keberhasilan dan ini menjadi landasan untuk tetap optimis.

Hingga saat ini, 600 juta masyarakat tidak lagi memerlukan pengobatan untuk penyakit tropis yang terabaikan. Kasus beberapa penyakit ini, seperti kusta, penyakit tidur, dan penyakit cacing Guinea, berada pada titik terendah sepanjang masa.

Empat puluh empat negara telah menghilangkan setidaknya satu penyakit tropis yang terabaikan sebagai masalah kesehatan masyarakat. Yang terbaru adalah Gambia dan Arab Saudi yang telah mengeliminasi trachoma, suatu infeksi bakteri yang menyebabkan kebutaan.

Namun, kemajuan ini kini menghadapi risiko pembalikan yang nyata akibat pandemi COVID-19 selama tiga tahun terakhir. Program pengobatan terhenti, anggaran kesehatan diprioritaskan kembali, dan bantuan dipotong.

Seperti yang telah saya tegaskan sebelumnya, menghentikan program pengendalian dapat menyebabkan infeksi dan penyakit kembali terjadi. Hal ini bisa lebih buruk daripada tingkat semula. Penyakit-penyakit tropis yang terabaikan kini menjadi kenyataan jika program pengendalian tidak dilanjutkan dengan cukup cepat.

Pengendalian penyakit terganggu

Salah satu alat yang paling penting untuk digunakan dalam melawan penyakit tropis yang terabaikan adalah administrasi obat massal nasional atau kebijakan pengobatan massal. Hal ini melibatkan pengobatan setiap orang dari suatu populasi, terlepas dari status infeksinya, karena pengobatan lebih murah daripada diagnosis dan obat-obatnnya aman.

Biasanya program pengobatan nasional adalah acara tahunan yang diadakan di sekolah atau pusat kesehatan. Dibutuhkan waktu, tenaga dan uang untuk merencanakan dan melaksanakan program ini. Dan sangat penting untuk menjaga momentum. Setiap dolar yang dibelanjakan untuk program-program ini menghasilkan laba atas investasi yang signifikan. Inilah sebabnya mengapa pengendalian penyakit tropis yang terabaikan disebut sebagai “pembelian terbaik” dalam pembangunan.

Pandemi ini telah berdampak pada pengendalian penyakit tropis yang terabaikan dalam tiga cara.

Pertama, pemberian obat massal dihentikan atau diganggu oleh kebijakan lockdown dan pembatasan sosial. Dan gangguan dalam perdagangan dan transportasi global berdampak pada rantai pasokan. Survei Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini menunjukkan bahwa, pada awal 2021, gangguan pada program pengendalian penyakit tropis yang terabaikan terjadi di 44% negara di dunia.

Kedua, pemerintah nasional di negara-negara endemis penyakit tropis yang terabaikan memiliki anggaran kesehatan yang rendah. Mengubah prioritas selama dan setelah COVID-19 berarti bahwa sumber daya yang dialokasikan untuk penyakit tropis yang terabaikan dapat dialihkan ke penyakit dan layanan kesehatan lainnya.

Ketiga, sejumlah besar pendanaan untuk program pengendalian penyakit tropis yang terabaikan berasal dari mitra pembangunan internasional dan pemerintah asing. Kontraksi ekonomi pasca-COVID-19 dan pergeseran prioritas pendanaan mengancam kemajuan yang dicapai dalam pengendalian penyakit tropis yang terabaikan.

Inggris pada 2022 menarik lebih dari £150 juta (sekitar Rp2,8 triliun) dana untuk program penyakit tropis yang terabaikan sebagai bagian dari pemotongan anggaran bantuan negara. Hal ini menghapus sepertiga dana donor untuk menanggulangi penyakit tropis yang terabaikan, yang berdampak pada pengobatan terhadap 250 juta orang dan sebanyak 180.000 operasi untuk mencegah disabilitas.

Konsekuensi jangka panjang

Pengabaian yang terus-menerus terhadap penyakit-penyakit ini mempunyai konsekuensi yang sangat buruk. Mereka yang terkena dampaknya terus menderita penyakit-penyakit yang menghancurkan, kesenjangan kesehatan dan siklus kemiskinan. Dampak dari penyakit-penyakit ini sangat mendalam dan luas.

Selama penyakit-penyakit tropis yang terabaikan masih menjadi beban besar bagi sistem kesehatan di negara-negara endemik, maka negara-negara tersebut akan terus menghabiskan sumber daya, keuangan, dan nyawa akibat penyakit-penyakit tersebut.

Hal ini akan memperlemah sistem kesehatan mereka, mengorbankan kemampuan mereka untuk surveilans, deteksi dan pembendungan tepat waktu dari epidemi berikutnya. Dari Agenda Keamanan Kesehatan Global, kita mengetahui bahwa sistem kesehatan yang melemah di berbagai belahan dunia membahayakan keamanan kesehatan secara global. Keamanan kesehatan lokal adalah landasan bagi kesehatan global keamanan, contohnya seperti terjadinya penyebaran COVID-19.

Peluang untuk mengembalikan perhatian global terhadap penyakit tropis yang terabaikan muncul pada akhir 2022 ketika Deklarasi London digantikan oleh Deklarasi Kigali. Deklarasi politik tingkat tinggi ini, yang dipimpin oleh Rwanda dan Nigeria, bertujuan untuk memobilisasi kemauan politik dan mengamankan komitmen untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk tujuan memberantas penyakit ini.

Penting untuk diingat bahwa pengendalian penyakit tropis yang terabaikan adalah demi kepentingan terbaik semua negara, baik negara endemik tempat penyakit tersebut berasal maupun negara yang bukan endemik.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now