Menu Close

Bagaimana gangguan kecemasan pada masa kecil dan remaja berdampak saat kita dewasa? Ini kata riset terbaru

Angka kecemasan di antara anak-anak dan kaum muda terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Situasi ini menjadi semakin parah, sebagian akibat dampak pandemi.

Sesekali merasakan kecemasan adalah hal yang normal, bahkan saat masa kecil. Misalnya, seorang anak bisa saja merasa cemas karena ada ujian sekolah yang mendatang.

Namun, jika rasa cemas tersebut menjadi parah, terjadi secara jangka panjang, dan mengganggu kegiatan sehari-hari sang anak, ini kemudian dapat dikatakan sebagai gangguan kecemasan (anxiety disorder).

Riset terbaru kami telah menemukan bahwa gangguan kecemasan di antara kaum muda bisa berdampak pada masalah kesehatan mental saat dewasa, nilai akademik yang lebih buruk di sekolah, hingga penghasilan yang lebih rendah.

Namun, orang tua dan bahkan dokter bisa saja mengalami kesulitan dalam membedakan rasa takut dan cemas sehari-hari yang sesuai dengan usia seseorang, dengan masalah kecemasan yang benar-benar bisa mengganggu kehidupan sehari-hari.

Ketika keluarga memutuskan untuk mencari bantuan, mereka kemudian kesulitan mendapatkan bantuan layanan kesehatan mental yang aksesnya terbatas. Banyak anak dengan gangguan kecemasan akhirnya tidak menerima bantuan dan pengobatan. Namun, riset kami menunjukkan pentingnya anak-anak dengan gangguan kecemasan untuk menerima intervensi secara tepat waktu – sebelum gejalanya menjadi lebih parah.

Kata riset

Kami melakukan peninjauan sistematis (systematic review) – suatu studi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menyintesis seluruh publikasi riset yang ada terkait suatu tema riset spesifik.

Dengan melihat temuan-temuan dari beragam riset ini, kami menemukan bahwa orang-orang yang menderita masalah kecemasan saat masa kecil atau remaja lebih berkemungkinan untuk punya gangguan kecemasan ketika mereka mulai masuk masa dewasa muda. Banyak studi menunjukkan adanya hubungan antara gangguan kecemasan remaja dengan depresi saat dewasa.

Kami juga menemukan bahwa remaja yang mengalami masalah kecemasan sering kali lebih banyak absen dari sekolah serta meraih nilai yang lebih rendah ketimbang teman-temannya yang tidak mengidap gangguan kecemasan.

Pensive teenage boy in glasses sat with back to wall
Gangguan kecemasan saat masa kecil bisa mempengaruhi capaian akademik dan karier pada masa depan. cheapbooks/Shutterstock

Salah satu studi yang kami pelajari menemukan bahwa orang-orang berusia 30 tahun yang pernah menderita gangguan kecemasan saat remaja, lebih dari dua kali lipat berkemungkinan untuk berstatus sebagai pengangguran saat disurvei. Mereka juga bisa menjumpai sejumlah hambatan di tempat kerja. Riset tersebut menunjukkan bahwa orang dewasa yang mengalami gangguan kecemasaan saat kecil lebih berpotensi terhambat dalam kerjaan dan merasakan stres.

Tak mengejutkan, semua ini mengakibatkan adanya beban ekonomi yang cukup besar bagi anak-anak pengidap gangguan kecemasan ketika mereka dewasa, bagi keluarga mereka, maupun masyarakat luas. Satu studi menemukan bahwa anak laki-laki yang menderita masalah kecemasan saat kecil mendapatkan penghasilan lebih rendah sebanyak 3% ketika masa bekerja.

Penelitian di Belanda yang terbit pada 2008 menemukan bahwa orang tua membayar biaya pribadi rata-rata €96 (sekitar Rp 1,5 juta) per tahun untuk pengobatan anak mereka. Orang tua yang punya anak dengan kecemasan juga bisa membuat mereka absen dari kerjaan. Studi di AS yang terbit tahun 2020 menemukan untuk hari-hari absen dari kerjaan ini, per anak, akan membebani masyarakat sekitar US$ 856 (hampir Rp 13 juta).

Membantu anak yang cemas

Anak-anak biasanya mengandalkan orang tua untuk mencarikan bantuan untuk mereka. Kecemasan mereka bisa jadi hanya bagian dari proses tumbuh dewasa.

Namun, jika kamu mengamati bahwa rasa takut dan cemas anakmu tetap bertahan dan bahkan mulai mengganggu kegiatan sehari-hari maupun kehidupan keluarga, mencari bantuan medis adalah langkah yang bijak.

Karya kolaboratif kami sebelumnya menunjukkan bahwa satu cara utuk membantu anak dengan gangguan kecemasan adalah untuk mengajarkan orang tua mereka cara menerapkan prinsip-prinsip terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy atau CBT) saat memberikan dukungan untuk anak. Para orang tua membedah suatu buku self-help dan menjalani sesi dengan psikolog.

Kami menemukan bahwa pengobatan atau intervensi semacam ini efektif secara klinis sekaligus lebih hemat. Intervensi ini juga telah diadopsi secara luas oleh lembaga kesehatan Inggris, National Health Service (NHS). Penelitian terkait penggunaannya juga telah dilakukan di negara-negara seperti AS dan Australia.

Belum banyak bukti ilmiah terkait dampak jangka panjang dari pengobatan kecemasan masa kecil, tapi bukti yang ada menunjukkan bahwa mengobatinya sejak awal dan secara efektif bisa mengurangi tingkat gangguan kesehatan mental saat dewasa. Mengingat krisis kesehatan mental global yang berdampak besar di banyak negara – sekaligus sistem kesehatan mereka – pendekatan ini patut dicoba.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now