Menu Close

Bagaimana jurnal ‘predator’ melemahkan penelitian dan kepercayaan masyarakat terhadap akademisi

Four wooden blocks spell the words "Fake" and "Fact" as they turn.
Peningkatan jumlah jurnal predator di dunia akademis menantang para peneliti untuk menentukan publikasi mana yang sah. Marat Musabitov/Getty Images

Di Amerika Serikat (AS), pembayar pajak mendanai banyak penelitian universitas. Temuan yang dipublikasikan di jurnal ilmiah sering kali menghasilkan terobosan besar di bidang kedokteran, keamanan kendaraan, keamanan pangan, peradilan pidana, hak asasi manusia, dan topik lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Standar penerbitan di jurnal ilmiah seringkali tinggi. Pakar independen dengan tekun meninjau dan mengomentari penelitian yang dikirimkan – tanpa mengetahui nama penulis atau universitas afiliasinya. Mereka kemudian merekomendasikan apakah jurnal sebaiknya menerima, merevisi, atau menolak sebuah artikel. Jika diterima, karya tersebut kemudian diedit dengan cermat sebelum diterbitkan.

Namun dalam semakin banyak kasus, standar ini tidak ditegakkan.

Beberapa jurnal membebankan biaya kepada akademisi untuk mempublikasikan penelitian mereka – tanpa terlebih dahulu mengedit atau meneliti karya tersebut dengan standar etika atau editorial apapun. Publikasi berorientasi profit ini sering dikenal sebagai jurnal predator karena merupakan publikasi yang mengklaim sebagai jurnal ilmiah yang sah namun ‘memangsa’ akademisi yang tidak menaruh curiga untuk membayar untuk mempublikasikan dan sering salah menggambarkan praktik penerbitan mereka.

Terdapat sekitar 996 penerbit yang menerbitkan lebih dari 11.800 jurnal predator pada tahun 2015. Jumlah tersebut kira-kira sama dengan jumlah jurnal akademis yang sah dan memiliki akses terbuka – tersedia bagi pembaca tanpa biaya dan diarsipkan di perpustakaan yang didukung oleh lembaga pemerintah atau akademis – yang diterbitkan pada waktu yang hampir bersamaan. Pada tahun 2021, perkiraan lain menyebutkan ada 15.000 jurnal predator.

Tren ini dapat melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap validitas penelitian di berbagai bidang, mulai dari kesehatan dan pertanian hingga ekonomi dan jurnalisme.

Kami adalah akademisi di bidang jurnalisme dan etika media yang melihat dampak negatif penerbitan predator terhadap bidang jurnalisme dan komunikasi massa. Kami percaya, penting bagi masyarakat untuk memahami bagaimana masalah ini berdampak pada masyarakat secara lebih luas.

Dalam kebanyakan kasus, penelitian yang dipublikasikan di jurnal-jurnal ini bersifat biasa-biasa saja dan tidak dikutip oleh akademisi lain. Namun dalam kasus lain, penelitian yang dilaksanakan dengan buruksering kali mengenai sains – dapat menyesatkan ilmuwan dan menghasilkan temuan yang tidak benar.

Grafik menjelaskan secara tertulis cara mengirimkan ke jurnal dan menjelaskan seperti apa jurnal predator itu.
Sebuah grafik memberikan instruksi tentang bagaimana para peneliti dapat mencoba mengidentifikasi jurnal predator. Kathryn Everson/Flickr.com

Praktik yang menyesatkan

Penerbitan di jurnal dianggap sebagai bagian penting dari aktivitas seorang akademisi karena tanggung jawab profesor umumnya mencakup menyumbangkan pengetahuan baru dan cara memecahkan masalah di bidang penelitiannya. Menerbitkan penelitian sering kali menjadi bagian penting bagi para akademisi untuk mempertahankan pekerjaan mereka, mendapatkan promosi atau menerima jabatan – seperti ungkapan lama dari dunia akademis, “kamu menerbitkan maka kamu ada”.

Penerbit predator sering menggunakan penipuan untuk membuat para akademisi mengirimkan karya mereka. Hal ini termasuk janji tinjauan sejawat palsu yang melibatkan pakar independen yang meneliti penelitian terkait. Taktik lainnya termasuk kurangnya transparansi dalam membebankan biaya kepada penulis untuk mempublikasikan penelitian mereka.

Meskipun biayanya bervariasi, salah satu penerbit menginfokan bahwa tarif yang berlaku adalah US$60 (sekitar Rp921.942) per halaman yang dicetak. Seorang penulis melaporkan membayar $250 (sekitar Rp. 3.841.425) untuk menerbitkan di jurnal yang sama. Sebaliknya, jurnal yang sah membebankan biaya yang sangat kecil, atau tidak ada biaya sama sekali, untuk menerbitkan naskah setelah editor dan pakar independen lainnya meninjau makalah tersebut dengan cermat.

Jurnal semacam ini – sekitar 82,3% di antaranya berlokasi di negara-negara berkembang, termasuk India, Nigeria, dan Pakistan – dapat ‘memangsa’ akademisi muda yang berada di bawah tekanan kuat dari universitas untuk mempublikasikan penelitian.

Akademisi muda bergaji rendah dan mahasiswa doktoral, yang mungkin memiliki kemampuan bahasa Inggris dan keterampilan penelitian serta menulis yang terbatas, juga sangat rentan terhadap pemasaran agresif penerbit, sebagian besar melalui email.

Penulis yang mempublikasikan di jurnal palsu dapat menambahkan artikel ini ke resume mereka, namun artikel seperti itu jarang dibaca dan dikutip oleh akademisi lain. Bahkan, dalam beberapa kasus, artikel tidak pernah diterbitkan, meskipun sudah dibayar.

Penerbit predator juga biasanya memiliki topik yang sangat luas. Misalnya, satu perusahaan yang berbasis di Singapura bernama PiscoMed Publishing, memiliki 86 jurnal di berbagai bidang yang mencakup studi agama dan pengobatan Cina hingga farmasi dan biokimia. Sebaliknya, penerbit nonpredator cenderung lebih fokus dan membatasi luasnya topik mereka.

The Conversation menghubungi semua jurnal yang disebutkan dalam artikel ini untuk memberikan komentar dan tidak menerima tanggapan mengenai standar dan etika kerja mereka.

Jurnal lain, International Journal of Humanities and Social Science, menyatakan bahwa jurnal tersebut menerbitkan publikasi di sekitar 40 bidang, termasuk kriminologi, bisnis, hubungan internasional, linguistik, hukum, musik, antropologi dan etika. Kami menerima email dari jurnal ini, ditandatangani oleh pemimpin redaksinya yang terafiliasi dengan salah satu universitas di AS.

Namun ketika kami menelepon universitas tersebut, kami diberitahu bahwa mereka tidak mempekerjakan siapapun dengan nama itu. Salah seorang staf di Departemen Seni mengatakan bahwa editor tersebut tidak lagi bekerja di sana.

Sangat sulit bagi orang yang membaca suatu penelitian, atau menonton segmen berita tentang penelitian tertentu, untuk mengenali bahwa penelitian tersebut muncul di jurnal predator.

Dalam beberapa kasus, nama jurnal ini hampir sama dengan nama jurnal asli atau memiliki nama umum seperti Academic Sciences dan BioMed Press.

Para akademisi tertipu

Dalam studi tahun 2021, kami menyurvei dan mewawancarai pakar di Amerika Utara, Afrika, Asia, Australia, dan Eropa yang terdaftar sebagai anggota dewan editorial atau pengulas untuk dua jurnalisme predator dan jurnal komunikasi massa.

Satu perusahaan, David Publishing, memberikan alamat toko pengiriman dan kotak surat Delaware, Amerika Serikat, dan menggunakan nomor telepon California Selatan, Amerika Serikat. Dikatakan bahwa mereka menerbitkan 52 jurnal dalam 36 disiplin ilmu, termasuk filsafat, ilmu olahraga dan pariwisata.

Beberapa akademisi mengatakan bahwa mereka terdaftar sebagai penulis di jurnal tersebut tanpa izin. Bahkan, satu nama masih muncul sebagai penulis beberapa tahun setelah akademisi tersebut meninggal.

Studi terbaru kami pada tahun 2023 mensurvei dan mewawancarai sampel penulis dari 504 artikel di salah satu jurnal predator yang berfokus pada jurnalisme dan komunikasi massa.

Kami ingin mengetahui mengapa para penulis ini – mulai dari mahasiswa pascasarjana hingga profesor tetap – memilih untuk mengirimkan karya mereka ke jurnal ini dan seperti apa pengalaman mereka.

Meskipun sebagian besar penulis berasal dari negara-negara berkembang atau negara lain seperti Turki dan Cina, penulis lainnya menyebutkan bahwa mereka berafiliasi dengan universitas-universitas terkemuka di Amerika, Kanada, dan Eropa.

Banyak orang yang kami hubungi tidak menyadari sifat predator jurnal tersebut. Salah satu penulis mengatakan bahwa dia baru mengetahui praktik-praktik yang dipertanyakan di jurnal tersebut setelah membaca unggahan online yang “memperingatkan orang untuk tidak membayar”.

Kurangnya kepedulian

Beberapa orang yang kami ajak bicara tidak mengungkapkan kekhawatirannya mengenai implikasi etis dari penerbitan di jurnal predator, termasuk ketidakjujuran terhadap rekan penulis dan universitas serta potensi penipuan terhadap penyandang dana penelitian. Kami menemukan bahwa beberapa penulis mengundang koleganya untuk membantu membayar biaya sebagai imbalan karena mencantumkan nama mereka pada sebuah artikel, meskipun mereka tidak melakukan penelitian atau penulisan apapun.

Faktanya, kami mendengar banyak alasan untuk menerbitkan artikel di jurnal semacam itu.

Hal ini termasuk penantian yang lama untuk peer review dan tingkat penolakan yang tinggi dari jurnal terkemuka.

Dalam kasus lain, para akademisi mengatakan bahwa universitas mereka lebih mementingkan jumlah karya yang terbit, dibandingkan kualitas publikasi yang menerbitkan karya mereka.

“Sangat penting bagi saya untuk memilikinya saat itu. Saya tidak pernah membayar lagi. Tapi mendapat promosi. Itu diakui oleh institusi saya sebagai publikasi penuh. Saya mendapat keuntungan… dan hal itu berhasil,” kata seorang penulis dari Timur Tengah kepada kami dalam sebuah wawancara.

Mengapa isu ini penting

Penerbit predator menciptakan hambatan besar dalam upaya memastikan bahwa penelitian baru mengenai topik-topik penting memiliki dasar yang kuat dan jujur.

Hal ini dapat berdampak pada penelitian kesehatan dan medis, serta bidang lainnya. Salah seorang ahli kesehatan, menyebutkan adanya risiko bahwa para ilmuwan dapat memasukkan temuan yang salah ke dalam praktik klinis mereka.

Standar yang tinggi sangat penting di semua bidang penelitian. Para pengambil kebijakan, pemerintah, pendidik, pelajar, jurnalis, dan pihak-pihak lainnya harus dapat mengandalkan temuan-temuan penelitian yang kredibel dan akurat dalam pengambilan keputusan mereka, tanpa terus-menerus memeriksa ulang validitas sumber.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now