Menu Close

Bagaimana sejarah industri air minum dalam kemasan bermula?

Evians di Danau Genewa awalnya adalah kota tempat spa. www.shutterstock.com

Artikel saya tentang pengaruh Brexit terhadap industri air botolan di Inggris menuai protes. Tetapi protes tersebut tidak ada hubungannya dengan Brexit, melainkan soal keberadaan bisnis air dalam kemasan.

Ada kekhawatiran tentang lingkungan yang berkaitan dengan begitu banyaknya penggunaan plastik dalam industri ini, belum lagi persoalan seputar BBM yang digunakan untuk mengantarkan botol-botol air mineral. Juga ada dugaan bahwa industri ini adalah sebuah “penipuan” di negara yang masyarakatnya bisa mengakses air yang bermutu baik dari keran.

Sebenarnya, siapa yang punya gagasan untuk menjual sesuatu yang pada dasarnya sangat murah dan mudah diakses? Beberapa merek bahkan bisa mencapai harga 2.000 Pound sterling (sekitar Rp38 juta) per botol.

Asal-usul air botolan harus ditelusuri sampai masa ketika popularitas spa mulai kembali muncul di Eropa dan koloninya pada abad ke-18 dan ke-19. Waktu itu, air keran tidak aman untuk diminum dan, meski orang tidak menyadarinya, inilah dasar bagi banyak air botolan yang terkenal saat ini.

Mengambil air

Perubahan sosial, budaya, dan praktik kedokteran membangkitkan tradisi Greco-Roma “mengambil air” untuk kepentingan kesehatan. Berkat perkembangan dan populerisasi hidroterapi oleh dokter terkenal seperti Priessnitz dan Kneipp, dan khasiat khusus pada air yang ditemukan di lokasi tertentu, misalnya terkait komposisi mineral atau suhu mereka, spa yang sebelumnya terlantar jadi kembali subur, dan spa-spa baru pun bermunculan.

Kota-kota seperti Vichy, Evian dan Vittel Perancis, Bath dan Buxton di Inggris, San Pellegrino di Italia, Caldes de Malavella di Catalonia, dan Carlsbad (Karlovy Vary) di kawasan yang sekarang Republik Ceko, kala itu menjadi destinasi populer. Orang-orang kaya datang ke sana untuk bersantai, bersosialisasi, dan mencari pengobatan bagi berbagai penyakit.

Masa ketika budaya spa tumbuh subur di Barat bertepatan dengan Revolusi Industri, saat kota-kota menjadi sumpek, dan penyakit yang menular lewat udara adalah hal yang jamak. Epidemi seperti kolera atau demam tifoid membinasakan kota dan menyebabkan kondisi kesehatan serius, yang sering kali menyebabkan kematian akibat air yang terkontaminasi.

Kolera merupakan masalah utama tapi penyebabnya tidak diketahui. Wellcome Library no. 1998i, CC BY

Karenanya, tidaklah mengejutkan apabila mengunjungi kota spa—yang biasanya berlokasi di pinggiran kota dan dengan air yang berasal dari sumber bebas polusi—dapat secara dramatis mengurangi kemungkinan terkena penyakit, dan membantu penyembuhan dari penyakit yang diderita. Namun perawatannya mahal dan lama. Bisa berlangsung beberapa minggu, bahkan dalam beberapa kasus hingga berbulan-bulan.

Bisnis mengemas air

Perawatan panjang seperti itu tidak cocok untuk semua orang. Bukan semata soal biaya, tapi juga karena komitmen waktu yang diperlukan. Ini berarti orang yang sibuk tidak selalu bisa berobat hingga tuntas.

Alhasil, beberapa orang menanyakan rumah pemandian apakah mereka bisa berlangganan air yang dikirimkan secara berkala dari spa dengan biaya tambahan, untuk meneruskan perawatan sepanjang tahun. Dan mereka yang tidak mampu pergi ke spa juga ingin memiliki akses terhadap air tersebut.

Meski beberapa pemilik rumah pemandian awalnya keberatan, tapi banyak yang setuju dan mulai mengirimkan air ke kota-kota. Awalnya dengan biaya tinggi, karena air itu berat dan sulit diangkut. Kemudian dibuat label dan tanda air pada botol menyusul terjadinya penjualan ilegal, di mana air botolan palsu dijual kepada mereka yang tidak mampu membeli yang asli.

Dengan perluasan jalur kereta api dan perbaikan umum pada sistem komunikasi, biaya transportasi jadi semakin murah, dan lebih banyak orang yang mampu membeli air mineral di kota-kota. Pada gilirannya, ini meningkatkan produksi dan penjualan air botolan.

Hal ini berujung pada dimulainya bisnis di mana air yang dijual tidak berkaitan dengan spa, dan karenanya tidak perlu dipasarkan sebagai obat; mereka hanya menjual air yang lebih bersih daripada air dari sumber umum pada masa ketika epidemi menyebar luas.

Bisnis ini meledak sampai ketika metode sanitasi air perkotaan dan domestik membaik. Khususnya dengan penyebaran teknik klorinasi dalam dekade-dekade awal abad 20, dan penemuan tentang bagaimana penyakit bisa diidentifikasi dan diobati. Kedua kemajuan ini memiliki dampak penting dalam industri air spa dan bisnis air dalam kemasan. Banyak yang berjuang atau hilang sama sekali.

Namun beberapa tahun terakhir tampak kebangkitan industri ini, dipicu oleh perubahan teknologi dan gaya hidup. Merek dan tradisi sudah ada di sana, sehingga dengan beberapa teknik pemasaran yang efektif dan jaringan distribusi yang bagus, air botolan pun kembali populer.

Namun itu adalah kisah yang lain lagi.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now