Menu Close
Penelitian di Hamilton Kanada memicu studi tentang ketidaksetaraan di perkotaan dengan pendekatan teknologi . Shutterstock

Bagaimana teknologi bisa dipakai untuk membongkar penyebab ketidaksetaraan di perkotaan

Ketidaksetaraan di perkotaan belum dapat dihilangkan dengan kemajuan teknologi, dan untuk beberapa kasus, perangkat digital kita dan dampak ekonominya justru meningkatkan ketimpangan. Namun, kemajuan teknologi dan perangkatnya dapat meningkatkan pemahaman kita tentang ketidaksetaraan.

Sejak 2011, saya terlibat dalam penelitian dan pengajaran perencanaan kota di Universitas Waterloo Kanada. Riset PhD saya memasukkan penelitian sosial-spasial yang analitis untuk menyoroti kemungkinan pemodelan komputasi dalam membantu kita memahami ketidaksetaraan di perkotaan.

Pelajaran dari Hamilton

Pada pertengahan 1970-an, sejarawan Michael B. Katz, menemukan sebuah pola melalui penelitiannya terhadap pajak, kepemilikan tanah, dan catatan pegawai sipil kota.

Penelitiannya di Hamilton, Kanada pada pertengahan abad ke-19 mengungkapkan bahwa kelompok masyarakat kelas atas (orang-orang kaya) - yang jumlahnya relatif kecil - menduduki realitas sosial dan struktural yang jauh berbeda dari mayoritas kelompok masyarakat (yang sebagian besar miskin).

Katz mengembangkan pemahaman tentang kemiskinan di perkotaan dengan memperhatikan penyebab ketidaksetaraan secara struktural. Sebelum ada temuan Katz, kemiskinan sering dipahami sebagai sesuatu yang disebabkan oleh individu, seperti kekurangan motivasi atau karakter.

Dalam dua tahun terakhir, kelompok yang terdiri dari ahli komputer, peneliti dinamika sistem, dan ahli perencanaan kota bertemu setiap tahunnya di Santa Fe dalam Masyarakat Ilmiah Komputasi Ilmu Sosial Amerika, untuk memeriksa akar struktural dan dinamika dari ketidaksetaraan. Konferensi ini bertujuan untuk mengurangi kompleksitas masalah sambil mencari penyebab dinamika ketidaksetaraan yang kita sebut primitif sosial.

Penyebabnya bukan primitif secara antropologi, tapi mereka merupakan hasil rancangan digital yang artifisial yang digunakan untuk menjelaskan asal-usul ketidaksetaraan.

Ketidaksetaraan struktural

Kemiskinan di perkotaan bukan hanya masalah individu: ketidaksetaraan juga melingkupi dinamika struktural, yang berarti bahwa kekayaan tidak hanya masalah karakteristik individu yang unggul.

Katz mencatat bahwa kekayaan Anda mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana Anda masuk ke dalam struktur kota yang lebih besar, atau kelas sosial tempat Anda dilahirkan.

Dinamika struktural berarti sesuatu yang berada di luar individu berperan dalam menghasilkan dan mempertahankan ketidaksetaraan. Pemeriksaan yang cermat terhadap dinamika ketimpangan pendapatan di Hamilton pada 1850-an, memberikan wawasan untuk mengembangkan model digital yang sangat sederhana.

Hamilton memiliki populasi orang kaya yang kecil dan relatif stabil sepanjang 1850-an, sebuah periode waktu ketika populasi orang miskin menikmati sedikit keuntungan ekonomi. Sebagian besar populasi orang kaya yang tercatat pada 1851, masih ada hingga satu dekade kemudian. Sementara, untuk orang miskin, catatan menunjukkan bahwa sebanyak dua pertiga-nya telah pindah satu dekade kemudian.

Sebuah foto pada 1845 yang menunjukkan pemandangan kota Hamilton dari Niagara Escarpment. Black Mount Collection, Hamilton Public Library

Kekayaan dan stabilitas

Dalam catatan sejarah, kegigihan kelompok orang kaya - biasanya 10% dari jumlah penduduk atau kurang - merupakan penggerak penting.

Lingkaran sosial, pekerjaan, dan aktivitas rekreasi mereka memberi mereka akses ke sumber daya dalam bentuk kepemilikan tanah, pinjaman uang untuk investasi, dan kepemilikan suatu produksi.

Keuntungan-keuntungan itu, khususnya kepemilikan tanah, tampaknya dulu tidak ada demi mempertahankan keseimbangan kota, yang keadaan ekonominya terus-menerus rapuh.

Eksplorasi kami terhadap penelitian Katz menunjukkan bahwa keunggulan utama orang-orang kaya ini adalah akses ke berbagai sumber daya sosial dalam bentuk lembaga-lembaga yang menyediakan uang, kepercayaan, dan peluang investasi.

Dalam penelitian kami yang telah terbit sebelumnya, tentang pemodelan bentuk kerja sama primitif, kami mengembangkan ide-ide terkait pola kekayaan di Hamilton dengan merumuskan inti pertanyaan: Apa saja aturan-aturan minimum yang diperlukan untuk menimbulkan ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan?

Kami mengembangkan model dalam bahasa pemrograman R yang meliputi ruang dua dimensi. Dalam model tersebut, agen harus mengawasi area sumber daya - dalam hal ini, gula. Para agen ditugaskan secara acak ke setiap bidang tanah. Para agen ditempatkan di suatu ruang secara acak. Kelangsungan hidup mereka ditentukan dengan memastikan kadar gula mereka tetap pada ambang batas tertentu. Jika ada dua agen yang bersebelahan satu sama lain dan keduanya memiliki sumber daya tambahan yang dikumpulkan dari daerah mereka, mereka dapat berbagi sumber daya tambahan itu saat dibutuhkan.

Kami menetapkan dua agen atau lebih yang bekerja sama untuk menjadi proto-institusi. Proto-institusi ini menggambarkan keuntungan orang kaya di Hamilton. Ketidaksetaraan agen diukur dan dibandingkan - mereka yang menjadi anggota proto-institusi dan mereka yang tidak.

Kami mulai sesederhana mungkin untuk mencoba dan mengamati asal-usul munculnya ketimpangan mulai dari tahap yang paling awal hingga perkembangannya tahap lanjut. Ketika agen tidak tergabung dalam satu proto-institusi, mereka sepenuhnya bergantung pada apa yang diberikan daerah mereka di setiap siklus. Ketika agen adalah bagian dari suatu proto-institusi, mereka memiliki sarana untuk menyimpan kelebihan gula, mendapat manfaat dari gula ekstra agen lainnya, dan dapat bertahan hidup dari siklus gula rendah.

Model komputasi menghasilkan data lebih dari ribuan siklus dengan berbagai pengaturan variabel. Hasil awal kami menunjukkan bahwa proto-institusi meningkatkan stabilitas dan kekayaan secara keseluruhan tapi juga meningkatkan ketidaksetaraan agen.

Fokus kami pada bentuk paling sederhana ini memungkinkan kami untuk mengurangi jumlah variabel pengganggu saat menguji hipotesis kami tentang institusi dan ketidaksetaraan pendapatan. Model kami, meski bukan tiruan Hamilton tahun 1850-an, berdasarkan pada realitas historis yang dikenalkan oleh Katz.

Mengubah eksperimen

Hasil yang diperoleh dari pemodelan kami dapat memberikan petunjuk tentang penyebab ketidaksetaraan saat ini di perkotaan. Sebuah model yang efektif dapat mengklarifikasi berapa banyak dan apa saja jenis institusi yang dibutuhkan untuk mempersempit kesenjangan.

Kami dapat berhipotesis bahwa perkembangan informal di perkotaan memiliki lebih sedikit struktur kelembagaan formal. Infrastruktur sosial yang hilang ini dapat menyebabkan kemiskinan yang terus-menerus.

Eksperimen yang dilakukan di laboratorium buatan mendukung penelitian yang sedang berlangsung untuk memperdalam pemahaman tentang ketidaksetaraan dan membantu mengidentifikasi intervensi mana yang paling menguntungkan.

Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,500 academics and researchers from 4,943 institutions.

Register now