Menu Close

Biaya kuliah naik terus: perlunya kampus mencari model bisnis yang berkelanjutan

Biaya kuliah naik terus: perlunya kampus mencari model bisnis yang berkelanjutan

Tren kenaikan biaya kuliah (tuition fee) di Indonesia berpotensi mengancam akses pendidikan tinggi bagi masyarakat di masa depan.

Pada akhir Juli lalu, Harian Kompas melaporkan bahwa laju kenaikan biaya kuliah per tahun – sekitar 1,3% untuk kampus negeri (PTN) dan 6,96% untuk kampus swasta (PTS) – sulit diimbangi oleh laju kenaikan pendapatan lulusan SMA (3,8%) maupun sarjana (2,7%).

Berbagai akademisi mengatakan bahwa naiknya biaya kuliah erat kaitannya dengan meningkatnya biaya operasional yang harus dikeluarkan kampus.


Read more: Pakar Menjawab: Kenapa biaya kuliah naik terus? Lemahnya model bisnis kampus ancam akses pendidikan tinggi di Indonesia


Dua komponen pengeluaran kampus yang terbesar, yakni sumber daya manusia serta sarana dan prasarana, terus meningkat setiap tahunnya dan dapat mencapai sekitar 85% dari total anggaran. Sayangnya, banyak perguruan tinggi, terutama kampus swasta, masih membebankan mayoritas pendapatannya pada uang kuliah mahasiswa.

Bagaimana sebaiknya pimpinan kampus menyikapi kenaikan biaya kuliah? Langkah-langkah seperti apa yang bisa diambil kampus untuk membuat model bisnis mereka lebih berkelanjutan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam episode podcast SuarAkademia kali ini, kami berbincang dengan Totok Amin Soefijanto, rekan senior dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dan juga mantan wakil rektor Universitas Paramadina.

Totok menjelaskan menjelaskan bagaimana kampus terlalu bergantung pada tuition fee, berbagai skema diversifikasi pendapatan yang bisa dilakukan kampus, hingga pentingnya keberpihakan beasiswa kuliah pada warga miskin.

Simak episode lengkapnya hanya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now