Menu Close
Pools of green and blue liquid is seen in an arid landscape.
Pemandangan udara dari genangan air garam yang perlahan menguap, meninggalkan litium dan mineral lainnya, di tambang SQM di gurun San Pedro de Atacama, di Chile utara, 18 April 2023. (AP Photo/Rodrigo Abd)

Mineral kritis itu penting, tapi penambangannya tidak boleh menghalalkan segala cara

Pemanasan global itu nyata, dan perubahan iklim memburuk setiap harinya dengan kebakaran hutan, musim dingin yang hangat, dan bencana banjir melanda hingga di Kanada–tempat saya mengajar. Di saat yang sama, transisi ke kehidupan nol karbon untuk menghindari petaka di masa depan justru terhambat dari kelemahan kunci kita: mineral kritis.

Kesuksesan transisi energi tampaknya masih bergantung pada hal-hal seperti “baterai” atau “mineral kritis” yang diperoleh dari pertambangan ataupun daur ulang.

Ponsel pintar, chip superkonduktor, teknologi energi terbarukan hingga industri pertahanan—semuanya amat bergantung pada mineral kritis. Permintaan mineral-mineral ini diperkirakan melonjak hingga tiga kali lipat pada 2030.

Sayangnya, ada kenyataan pahit bahwa suplai mineral kritis tidak bisa didapatkan begitu saja. Pengerukannya memiliki risiko ekologi dan sosial.

Masalah ini berdampak pada kita semua.

Apa itu mineral kritis?

Tidak ada kesepakatan universal terkait apa itu mineral kritis. Berbagai negara dan lembaga seperti Badan Energi Internasional (IEA) atau Bank Dunia memiliki daftar mineral kritis yang berbeda dan dapat berubah-ubah.

Misalnya, Daftar Mineral Kritis Kanada menggolongkan 31 sumber daya mineral ataupun kelompok mineral sebagai mineral kritis. Amerika Serikat punya dua data berbeda: Data Mineral Kritis Survei Geologi AS yang berisikan 50 jenis sumber daya mineral, dan Daftar Mineral Kritis untuk Energi dari Departemen Energi AS, yang menambahkan material energi seperti tembaga dan silikon. Sementara, Uni Eropa memiliki 34 jenis Bahan Mentah Kritis.

Istilah “mineral kritis” sendiri secara teknis tidak tepat. Sebab, kebanyakan elemen dalam daftar ini adalah logam, bukan mineral. Namun, ada kesepakatan umum bahwa mayoritas daftar memasukkan logam baterai sebagai mineral kritis. Beberapa di antaranya adalah litium, nikel, kobalt, tembaga, dan juga elemen tanah jarang dan kelompok logam platinum. Elemen yang juga umum ditemui di daftar-daftar tersebut adalah bahan campuran baja seperti kromium, mangan, dan seng.

A bucket of white powder with a scoop.
Sebuah kontainer berisi litium karbonat berada di gudang pengiriman di fasilitas litium, di Silver Peak, Nevada, Oktober 2022. THE CANADIAN PRESS/AP-John Locher

Elemen-elemen di atas krusial untuk transisi energi. Logam baterai menggerakkan kendaraan listrik dan baterai penyimpan energi. Sementara itu, baja dan elemen tanah jarang sangat penting untuk turbin angin. Tembaga sangat bernilai untuk jaringan listrik. Sederhananya, kekurangan mineral kritis dapat menunda transisi energi sehingga memperburuk dampak perubahan iklim.

Namun kendaraan listrik harus sama “bersihnya” dengan jaringan listrik yang memberi mereka setrum. Mereka harus “hijau” hingga ke bagian-bagian komponennya. Baterai kendaraan listrik memerlukan nikel—mungkin saja berasal dari sebuah tambang di Filipina yang secara legal membuang tailingnya (limbah beracun) ke lautan.

Sementara itu, kobalt tidak dapat dipisahkan dari penderitaan manusia akibat pertambangan di Republik Demokratik Kongo—sebuah industri pertambangan yang disebut sebagai “bentuk perbudakan baru, perbudakan bawah tanah.”

Mengapa mineral kritis problematik?

Mineral kritis jamak ditemukan terkonsentrasi di wilayah tertentu, dan Cina adalah pihak dominan dalam aktivitas pemrosesan berikut pasokannya. Ini berarti tensi geopolitik dapat mempersulit usaha-usaha untuk mengamankan rantai pasok mineral kritis.

Laporan “White Paper” World Economic Forum pada Desember 2023 menampilkan peta risiko ekosistem yang dapat timbul akibat kekurangan pasokan mineral kritis.

Kesimpulannya cukup jelas. Kekurangan mineral kritis berujung pada tertundanya transisi energi di masa depan. Dan tanda-tandanya sudah kelihatan.

A man looks at a tray of batteries behind a conveyor belt.
Pekerja menguji produk baru di pabrik perakitan modul fasilitas produksi baterai litium-ion Lion Electric Company, Mirabel, Quebec, 14 September, 2023. THE CANADIAN PRESS/Christinne Muschi

Contohnya, risiko politik sudah teridentifikasi—termasuk konflik perebutan sumber daya alam, peningkatan nasionalisme bahan tambang dan bertambahnya fragmentasi perdagangan. Ada juga beberapa risiko ekonomi seperti volatilitas pasar dan ketidakpastian, serta usaha penumpukan mineral kritis.

Dalam aspek sosial-lingkungan, risiko turut mencakup peningkatan penambangan eksploitatif dan ilegal, dan tuntutan berlebihan kepada suatu ekosistem. Ada juga risiko teknologi berupa kekurangan teknologi terbarukan yang semakin melebar.

Dampak penambangan mineral kritis

Ketika dampak kekurangan pasokan menjadi pertimbangan, kita dapat mudah tergoda untuk membenarkan penambangan mineral kritis dengan cara apapun. Ini kekeliruan yang berbahaya.

Dampak sosial dan lingkungan dari mineral kritis yang tidak tertambang dengan baik sangatlah serius. Mulai dari intensitas air litium di bentang alam yang rapuh di gurun Atacama, Chile, hingga proses beracun dalam pengolahan elemen tanah jarang yang banyak digunakan dalam teknologi pintar dan turbin angin. Penurunan kadar bijih juga berarti bendungan tailing yang semakin besar, dan perubahan iklim membuatnya lebih rentan terhadap kecelakaan.

Bagi masyarakat adat, mineral kritis dapat menjanjikan sekaligus mencelakakan. Studi menunjukkan bahwa mineral kritis kerap terkonsentrasi di lahan adat. Bagi mereka, muncul pertanyaan apakah penambangan akan membuka pintu pengembangan ekonomi masyarakat adat atau justru malah menambah daftar panjang kasus penggusuran dan penghancuran ekologis di beranda mereka.

Pentingnya otoritas standar independen seperti Inisiatif untuk Jaminan Pertambangan yang Bertanggung Jawab (IRMA) tidak bisa terlalu ditekankan. Berbeda dengan standar industri seperti Towards Sustainable Mining (TSM), IRMA mewakili berbagai pandangan pemangku kepentingan termasuk masyarakat, karyawan, investor, dan pertambangan.

A river filled with sediments and pollutants is seen dumping into a bay.
Isi dari kolam tailing digambarkan mengalir ke Sungai Hazeltine ke Danau Quesnel dekat kota Likely, British Columbia, pada Agustus 2014. Kegagalan bendungan dari kolam tailing di tambang Mount Polley menyebabkan jutaan meter kubik limbah masuk ke sungai . Penambangan mineral penting saat ini menghadapi risiko serupa terhadap keamanan manusia dan ekologi. THE CANADIAN PRESS/Jonathan Hayward

Penambangan pada dasarnya merupakan proses yang sangat intensif energi. Meskipun peremajaan tambang yang ada untuk tujuan elektrifikasi memerlukan biaya mahal dan rumit secara teknis, tambang baru harus dirancang dengan mempertimbangkan netralitas karbon. Tentu saja, hal ini bisa menjadi sulit terutama di negara-negara yang mengalami tantangan infrastruktur, seperti terbatasnya pilihan energi terbarukan ataupun rendah karbon.

Penambangan di tempat baru atau greenfield mining bukanlah satu-satunya solusi masalah pelik mineral kritis. Urban mining (daur ulang mineral dari limbah elektronik) dapat berperan. Penting juga untuk merancang aspek mempertimbangkan daur ulang dan penggunaan kembali untuk produk yang dibuat dari mineral kritis.

Dengan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, kita dapat menemukan pengganti mineral yang paling bermasalah, baik karena hambatan geopolitik, toksisitas, atau pelanggaran hak asasi manusia.

Hal terpenting

Pada pokoknya, kita membutuhkan praktik penambangan mineral berkelanjutan yang menopang transisi energi. Kita perlu melakukannya secara berkeadilan, baik untuk masyarakat ataupun planet.

Pencapaian tujuan ini berkejaran dengan waktu dan membutuhkan inovasi. Bersama-sama, kita juga harus mewaspadai segala upaya penurunan standar untuk memenuhi tujuan sesaat.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now