Menu Close

Resesi akibat coronavirus mungkin akan terjadi: apa yang harus Anda lakukan dengan uang Anda

file ktecos.

Pasar global tumbang, harga minyak jatuh, dan bahkan banyak negara yang menerapkan karantina wilayah. Kemungkinan terjadinya resesi sebagai imbas pandemi coronavirus (COVID-19) terus meningkat setiap hari.

Sebuah pertanyaan yang sering saya terima sebagai profesor di bidang keuangan dan sebagai Analis keuangan bersertifikat (CFA) adalah bagaimana cara mengelola uang saat ekonomi melambat atau sedang dalam resesi, yang biasanya membuat aset-aset yang lebih berisiko seperti saham turun nilainya. Rasa takut ini membuat banyak orang berusaha menyelamatkan kekayaannya.

Tapi bagi kebanyakan investor, jawaban pendeknya adalah kebalikan dari reaksi yang biasanya muncul: tetaplah bertahan dengan rencana investasi jangka panjang Anda dan abaikan fluktuasi pasar yang terjadi setiap hari, tidak peduli seberapa menakutkan ancaman yang ada. Anda boleh saja tidak percaya. Namun berinvestasi secara pasif sudah didukung dengan banyak bukti nyata.

Bagaimana coronavirus dapat berdampak pada ekonomi Amerika Serikat.

Kebanyakan orang memiliki uang yang berisiko

Meski biasanya orang-orang di Amerika Serikat mengasosiasikan investasi dengan para investor dan pengelola investasi di Wall Street, banyak di antara mereka yang terlibat dalam pasar keuangan dan pergerakannya. Sekitar separuh keluarga Amerika Serikat memegang saham baik secara langsung atau melalui badan pengelola investasi seperti reksadana.

Kebanyakan uang yang diinvestasikan orang-orang Amerika Serikat dikelola oleh investor profesional. Namun perkembangan program investasi seperti 401(k) – yang meminta seseorang untuk memutuskan di mana dia ingin menginvestasikan uangnya – bermakna keamanan keuangan seseorang semakin tergantung pada keputusan investasi yang dibuatnya sendiri.

Sayangnya, kebanyakan orang bukanlah investor yang bijak. Investor perseorangan yang bermain saham memiliki rekam jejak yang lebih buruk daripada perkembangan pasar itu sendiri – dan investor pasif – dengan margin yang cukup lebar.

Salah satu alasannya adalah rasa sakit akibat menderita kerugian itu sekitar dua kali lebih kuat daripada kenikmatan yang didapat saat mendapat untung, yang akan membuat seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan yang semakin melukai dirinya sendiri.

Ketika berhadapan dengan situasi yang membahayakan, respons alamiah kita biasanya menyuruh kita untuk lari atau melakukan perlawanan. Tapi, seperti berupaya lari lebih cepat daripada seekor beruang, meninggalkan pasar setelah mengalami kerugian bukanlah hal yang bijak. Biasanya saham dijual dengan nilai yang rendah dan dibeli dengan harga yang lebih tinggi kemudian hari, ketika tekanan pada pasar berkurang.

Kabar baiknya adalah Anda tidak memerlukan gelar S3 di bidang keuangan untuk mencapai target investasi Anda. Yang Anda perlukan hanyalah mengikuti beberapa pedoman sederhana, yang sudah didukung dengan bukti nyata dan kebijaksanaan yang dimiliki pasar.

Checklist investasi

Pertama, jangan bertindak gegabah hanya karena kabar akan resesi atau ketidakpastian pergerakan di Wall Street merebak.

Jika Anda sudah memiliki program investasi yang solid, tetaplah bertahan pada program tersebut dan abaikan kabar-kabar yang beredar. Bagi yang lain, lanjutkanlah meninjau checklist (daftar periksa) ini untuk memastikan Anda siap apabila terjadi gejolak di pasar.

  1. Tentukan target investasi yang jelas, dapat diukur, dan dapat dicapai. Misalnya, Anda mungkin berharap dapat pensiun 20 tahun dari sekarang dengan mempertahankan standar hidup saat ini sampai akhir hayat Anda. Tanpa tujuan yang jelas, orang-orang cenderung bertindak sedikit demi sedikit dan akhirnya malah mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Seperti yang atlet bisbol legendaris Yogi Berra pernah katakan, “Jika Anda tidak tahu ke mana Anda akan pergi, Anda akan berakhir di tempat yang bukan tujuan Anda.”

  2. Perhitungkan seberapa besar risiko yang dapat Anda tanggung. Ini akan bergantung pada target investasi Anda, apakah pekerjaan Anda cukup aman dari ancaman pemecatan (PHK) atau ancaman lainnya, dan perilaku Anda dalam menghadapi risiko. Jika Anda semakin mendekati masa pensiun, sebaiknya porsi aset berisiko dalam portofolio Anda lebih kecil. Jika Anda baru saja memulai karier Anda pada usia 20-an, Anda dapat menanggung risiko yang lebih besar karena Anda masih punya cukup waktu bagi portofolio Anda untuk pulih dari pergolakan pasar.

  3. Diversifikasikan portofolio Anda. Secara umum, aset yang lebih riskan seperti saham menawarkan keuntungan yang lebih besar, sementara aset yang lebih stabil seperti obligasi cenderung meningkat saat ada pergolakan di pasar, tapi menawarkan keuntungan yang lebih kecil. Namun, jika Anda menginvestasikan uang Anda hanya pada saham satu perusahaan saja, Anda tidak akan mendapatkan apa-apa jika perusahaan tersebut bubar. Untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut, diversifikasi portofolio dengan memegang berbagai macam aset yang memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda, termasuk saham dan obligasi asing, akan membuat Anda lebih siap dalam menghadapi kondisi ekonomi yang melemah.

  4. Usahakan jangan memilih saham perusahaan-perusahaan tertentu, mencari reksadana yang memiliki performa terbaik saat ini atau menduga-duga pergerakan pasar pada masa mendatang. Tetaplah pada diversifikasi portofolio yang terdiri atas saham dan obligasi yang dikelola secara pasif. Dana investasi yang mendapat hasil yang cukup baik belakangan ini belum tentu akan tetap demikian di masa mendatang.

  5. Carilah biaya yang rendah. Hasil yang Anda dapatkan kemudian hari tidak pasti, tapi biaya investasi harus tetap Anda bayarkan dari portofolio Anda. Untuk mengurangi biaya tersebut, investasikan uang Anda melalui reksadana pasar saham bila memungkinkan. Reksadana jenis ini mengikuti pergerakan pasar saham seperti Standard & Poor’s 500 dan cenderung berbiaya sangat rendah dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada mayoritas reksadana biasa.

  6. Tetaplah menambahkan jumlah investasi Anda secara reguler, termasuk saat resesi. Usahakan menyisihkan dana sebanyak yang Anda mampu. Banyak bos di Amerika yang menambahi kontribusi secara total atau sebagian ke dalam rekening pensiun pribadi karyawannya. Sayangnya, banyak orang di Amerika Serikat tidak mempersiapkan cukup dana untuk pensiun. Satu dari empat orang di Amerika Serikat yang ikut serta dalam program persiapan dana pensiun yang disponsori oleh perusahaan mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penambahan dana tersebut. Itu seperti membiarkan bos Anda mengambil sebagian gaji Anda.

  7. Ada pengecualian atas saran saya. Anggaplah rencana jangka panjang Anda membuat portofolio yang terdiri atas 50% saham Amerika Serikat, 25% saham di bursa asing, dan 25% obligasi. Jika saham Amerika Serikat Anda melalui masa-masa yang baik, nilainya dapat bertambah sangat besar. Ini lantas mengubah risiko portofolio Anda. Jadi setahun sekali, atur ulang portofolio Anda agar sesuai dengan target alokasi jangka panjang Anda. Ini dapat berdampak besar terhadap performa portofolio Anda.

Selalu ingat apa rencana investasi Anda dan fokus pada tujuan jangka panjang portofolio Anda. Banyak pasar yang kala jatuh terasa sangat mengerikan, tapi dalam jangka panjang ternyata hanyalah koreksi kecil.

Badai menghadang

Dalam jangka panjang, pendekatan ini kemungkinan lebih tinggi menghasilkan keuntungan yang lebih baik daripada mati-matian mengejar keuntungan yang lebih tinggi daripada apa yang pasar mampu tawarkan – yang bahkan orang-orang yang sudah lama berkecimpung masih kesulitan melakukannya.

Miliarder sekaligus investor Warren Buffett membuktikan hipotesis ini dengan memenangkan taruhan bahwa reksadana indeks di S&P500 yang sederhana mampu mengalahkan sebuah portofolio reksadana biasa – yang dikelola oleh investor-investor berpengetahuan tinggi, jika melihat dari tingginya biaya yang mereka tarik.

Mengutip kata-kata investor legendaris Benjamin Graham: “Masalah utama sang investor dan bahkan musuh utamanya paling besar adalah dirinya sendiri.” Maksud Graham, orang yang mengajari Buffett, bukannya mengambil keputusan yang rasional, banyak investor yang malah membiarkan emosi mereka tak terkontrol. Mereka membeli dan menjual berdasarkan arahan hati mereka – bukan otak mereka.

Berusaha mengakali pasar sama saja dengan berjudi dan hasilnya kurang lebih sama dengan bermain lotre. Berinvestasi secara pasif jelas membosankan tapi ini adalah langkah yang lebih aman dalam jangka panjang.

Namun jika Anda mengikuti pedoman ini dan mengencangkan sabuk Anda, Anda akan mampu melalui badai yang terjadi.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,200 academics and researchers from 4,952 institutions.

Register now