Menu Close
Song_about_summer / shutterstock

Riset buktikan upaya individu dapat atasi perubahan iklim

Apa yang bisa kita lakukan dalam menghadapi situasi darurat iklim? Banyak yang bilang bahwa kita harus lebih jarang menggunakan kendaraan pribadi, lebih jarang naik pesawat terbang, dan lebih sedikit mengonsumsi daging. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan orang per orang seperti ini bagai setetes air di lautan jika dibandingkan dengan perubahan sistemik yang sebenarnya diperlukan untuk mencegah pemanasan global yang menghancurkan.

Debat ini telah berkecamuk selama beberapa dekade. Jelas, dalam hal emisi gas rumah kaca secara global, kontribusi satu orang pada dasarnya terlihat tidak relevan (serupa dengan suara satu orang dalam pemilu). Akan tetapi penelitian yang saya lakukan pertama kali untuk studi master saya dan sekarang sebagai bagian dari studi doktoral saya, telah menemukan bahwa melakukan sesuatu yang berani seperti berhenti naik pesawat dapat memiliki efek kumulatif yang lebih luas karena dapat memberi pengaruh bagi orang lain serta mengubah pandangan orang tentang apa yang dipandang “normal”.

Dalam sebuah survei yang saya lakukan, setengah dari responden yang mengenal seseorang yang telah berhenti naik pesawat demi mengatasi perubahan iklim mengatakan bahwa mereka turut mengurangi penerbangan mereka, mencontoh perilaku kenalannya. Hal itu saja sudah mengesankan bagi saya.

Lebih lanjut, sekitar tiga perempat responden mengatakan bahwa contoh tersebut telah mengubah sikap mereka terhadap penerbangan dan perubahan iklim melalui beberapa cara. Efek ini meningkat jika yang melakukannya adalah orang yang terkenal, seperti akademisi atau seseorang yang terkenal di mata publik. Dalam hal ini, sekitar dua pertiga mengatakan mereka mengurangi penerbangan karena orang tersebut, dan hanya 7% yang mengatakan orang-orang tersebut tidak mempengaruhi sikap mereka.

Saya penasaran apakah orang-orang yang terpengaruh ini sudah berperilaku seperti pencinta lingkungan garis keras, tetapi ternyata angka-angka tidak menunjukkan demikian. Responden survei mengatakan mereka sebelumnya terbang jauh lebih banyak dari rata-rata, yang berarti mereka kemungkinan besar lebih jarang naik pesawat karena contoh dari orang lain.

Penerbangan dapat menjadi bagian besar dari jejak karbon Anda. motive56 / shutterstock

Untuk mengetahui alasan orang-orang ini, saya mewawancarai beberapa dari mereka yang telah dipengaruhi oleh orang yang telah berhenti naik pesawat. Mereka menjelaskan bahwa keputusan yang berani dan tidak biasa untuk berhenti naik pesawat terbang itu mengisyaratkan seriusnya perubahan iklim dan kontribusi penerbangan terhadapnya. Hal ini menunjukkan hubungan antara nilai dan tindakan, dan bahkan mengurangi perasaan terisolasi akan pendapat yang belum umum ini: bahwa mengurangi naik pesawat adalah tanggapan yang benar dan masuk akal terhadap perubahan iklim. Selain itu menurut mereka, “komitmen” dan “keahlian” merupakan kualitas yang paling berpengaruh dari orang yang telah berhenti naik pesawat.

Naik pitam

Tidak ada yang mudah di dunia ini. Terbang menggunakan pesawat menggambarkan kebebasan, kesenangan, dan kemajuan. Penerbangan dapat meningkatkan ekonomi dan memberikan kesempatan seseorang mengalami perjalanan yang berharga. Jadi, menyarankan setiap orang untuk lebih jarang naik pesawat, yang mungkin merupakan pesan tersirat dari seseorang yang telah berhenti naik pesawat karena perubahan iklim, dapat mengarah pada perdebatan dan konfrontasi. Misalnya, seseorang mengatakan bahwa survei saya yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya halus adalah “fasis dan salah.” Anda tentunya tidak akan mendapat respons tersebut ketika bicara tentang sabun cuci.

Penelitian saya juga menyelidiki gagasan tentang inkonsistensi dan kemunafikan. Singkatnya, orang-orang membenci hal tersebut. Jika mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama menggunakan jet pribadi dan diantar dengan rombongan 14 kendaraan untuk datang ke konferensi perubahan iklim, atau seorang selebriti menangisi perubahan iklim sambil terus menghasilkan jejak karbon yang sangat besar, orang-orang tidak menerima hal itu dengan baik. Jika terdapat undang-undang yang diberlakukan di masa depan untuk mengurangi penerbangan oleh karena perubahan iklim, maka penting bagi politikus untuk mengurangi kebiasaan naik pesawat mereka. Penelitian lain menunjukkan bahwa seruan untuk mengurangi emisi dari para ilmuwan iklim jauh lebih kredibel jika mereka sendiri juga melakukan apa mereka serukan..

Orang dapat dipengaruhi oleh orang lainnya bukanlah temuan yang mengejutkan. Peneliti psikologi telah menghabiskan puluhan tahun mengumpulkan bukti tentang dampak kuat dari pengaruh sosial, sementara teori evolusi budaya menunjukkan kita mungkin telah berevolusi untuk mencontoh mereka yang berada di posisi bergengsi karena hal tersebut membantu kita bertahan hidup. Ambillah buku apa pun tentang kepemimpinan di toko buku di bandara dan kemungkinan besar buku itu akan menyuarakan pentingnya memimpin dengan memberi contoh.

Lalu timbul pertanyaan: jika para pemimpin politik dan bisnis kita serius tentang perubahan iklim, tidakkah seharusnya mereka secara nyata mengurangi jejak karbon mereka sendiri untuk menjadi contoh bagi kita semua? Hal ini sekarang menjadi fokus penelitian saya.

Tetapi kenapa harus saya?

Ketidaksetaraan emisi global. Oxfam

Merangkum permasalahan-permasalahan pelik di atas berkaitan juga dengan masalah keadilan dan ketidaksetaraan. Golongan orang yang termasuk dalam 10% terkaya dari populasi global bertanggung jawab atas 50% emisi, dan kebanyakan adalah akibat penerbangan pesawat. Di Inggris, sekitar 15% orang menaiki 70% penerbangan, sementara setengah dari populasi [tidak naik pesawat sama sekali](don’t fly at all](http://afreeride.org/about/) dalam satu tahun. Ketika emisi dari penerbangan menjadi proporsi yang selalu meningkat dari total emisi (saat ini sekitar 9% di Inggris, 2% secara global) ketidaksetaraan ini semakin sulit untuk diabaikan oleh semua orang.

Sementara itu, perdebatan tentang tindakan pribadi lawan tindakan kolektif akan terus berlanjut. Penelitian saya mendukung argumen bahwa ini merupakan dikotomi yang keliru: tindakan individu adalah bagian dari kolektif. Jadi, meski Anda tidak mungkin menyelamatkan dunia sendirian, Anda pribadi dapat menjadi bagian dari solusi yang ada.

Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now