Menu Close

Blog

The Conversation Indonesia umumkan pemenang Authors Awards 2022 dengan satu kategori baru

Authors Awards TCID 2022.

Di penghujung tahun 2022 ini, The Conversation Indonesia (TCID) kembali mengadakan Authors Awards, yaitu penghargaan kepada para penulis yang artikel-artikelnya telah terbit di TCID.

Tahun ini kami juga memperkenalkan kategori baru yaitu Organisasi Terproduktif bagi lembaga yang memproduksi tulisan paling banyak pada tahun 2022.

Penghargaan yang diberikan ini merupakan bentuk apresiasi kami atas kontribusi dan dukungan para penulis dan organisasi yang telah membantu kami meraih visi kami sebagai media penerbit analisis berbasis riset kepada publik, tidak hanya dalam negeri tetapi juga global.

Selain Organisasi Terproduktif, pada Authors Awards 2022 ada kategori penulis yang paling banyak dibaca (Most Read), yang paling viral (Most Viral), paling produktif (Most Productive), pilihan pembaca (Readers’ Choice), dan pilihan editor (Editors’ Favourites) (5 kategori).

Daftar para pemenang

Kategori pertama, yaitu penulis dengan artikel paling banyak dibaca, dimenangkan oleh Ardiantiono, seorang mahasiswa S3 di University of Kent, Inggris.

Ardiantiono menulis artikel yang berjudul “Sawit mendukung satwa liar? Logika keliru naskah akademik sawit sebagai tanaman hutan” dan dibaca oleh lebih dari 240.000 pembaca hingga Desember 2022.

Sementara itu, dosen di Cultural Studies, School of Culture and Communication, Faculty of Arts di University of Melbourne, Australia, Annisa R. Beta, kembali menjadi pemenang kategori kedua, yaitu penulis paling viral, setelah menjadi pemenang kategori yang sama pada tahun 2021 lalu.

The most viral and the most read author The Conversation Indonesia 2022.

Artikelnya yang berjudul “Eksploitasi buruh perempuan di tengah gemerlap bisnis fesyen busana Muslim” mendapatkan respons sebanyak 2,8 juta kali dari warganet di seluruh akun media sosial TCID.

Asisten profesor Hubungan Internasional di Universitas Islam Indonesia (UII) Jakarta, Muhammad Zulfikar Rakhmat, memenangkan kategori ketiga, yaitu penulis paling produktif. Sepanjang tahun 2022, Zulfikar menerbitkan 14 artikel. Zulfikar pernah memenangkan kategori yang sama pada tahun 2020.

The most productive author The Conversation Indonesia 2022.

Pemenang kategori pilihan pembaca jatuh kepada Ranny Rastati, peneliti Center for Society and Culture Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ranny menorehkan 38,7% suara dari survei yang melibatkan 755 pembaca.

Ranny Rastati, reader’s choice author The Conversation Indonesia 2022.

Sedangkan untuk kategori baru Organisasi Terproduktif, TCID memberi penghargaan bagi tiga organisasi yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).

Selama tahun 2022, penulis-penulis dari UI berhasil menerbitkan 79 artikel, disusul oleh UGM 55 artikel, dan BRIN 45 artikel.

Institusi terproduktif dalam menulis artikel di The Conversation Indonesia selama tahun 2022.

Penulis pilihan editor

Radityo Dharmaputra, dosen Program Studi Rusia dan Eropa Timur, Departemen Hubungan Internasional di Universitas Airlangga dan mahasiswa S3 Ilmu Politik di Johan Skytte Institute of Political Studies di University of Tartu, Estonia, menjadi pilihan editor politik dan masyarakat TCID Nurul “Fifi” Fitri Ramadhani.

Radityo Dharmaputra, penulis pilihan editor politik dan masyarakat.

“Mas Radityo memiliki perspektif yang berbeda dengan – dan terlihat lebih logis – dibandingkan pakar Hubungan Internasional lainnya,” jelas Fifi.

Menurut Fifi, Radityo berani dengan keras mengkritik diplomasi Indonesia, seperti mengkritik kunjungan Jokowi ke Rusia dan Ukraina, di saat banyak pakar lain memuji langkah Jokowi tersebut.

Dirinya juga bisa menjelaskan politik luar negeri di kawasan Eropa sehingga bisa menambah pengetahuan pembaca, tambah Fifi.

“Tulisan mas Radityo juga sudah cukup tajam dan jelas,” ujar Fifi.

Bagi Anggi M. Lubis, editor bisnis dan ekonomi, dosen Politeknik APP Jakarta dan peneliti di Center for Indonesian Policy Studies, Krisna Gupta, menjadi favoritnya di tahun ini.

Krisna Gupta, penulis pilihan editor bisnis dan ekonomi.

“Tulisan Mas Krisna mengenai nikel sangat berdampak dan banyak dirujuk pembaca dan badan pemerintah. Selain itu, tulisannya terkait impor pangan punya perspektif beda yang menyadarkan bahwa ketahanan pangan tidak bisa lepas dari perdagangan internasional,” ujar Anggi.

Jonatan A. Lassa, dosen senior dan Humanitarian Emergency and Disaster Management and Course Coordinator (Acting) di Master of Public Policy di Charles Darwin University, Australia, menjadi favorit editor kesehatan TCID Ahmad Nurhasim.

Jonatan A Lassa, penulis pilihan editor kesehatan.

“Jonatan banyak menulis tentang buruknya sistem mitigasi bencana (seperti gempa, tsunami, dan longsor) di Indonesia yang telah menyebabkan kematian dan luka banyak orang yang sebenarnya bisa dicegah. Ini masalah besar dalam kesehatan masyarakat di daerah rawan bencana,” jelas Hasim.

Selain itu, tambah Hasim, Jonatan juga menawarkan cara pandang yang jarang dilihat, bahwa kematian, luka, dan pengungsi akibat bencana alam merupakan dampak langsung dari buruknya sistem manajemen bencana di negeri ini.

Editor lingkungan TCID Kemudian Robby Irfany Maqoma memilih ahli ekologi kelautan dari University of Auckland, Selandia Baru, Edy Setyawan sebagai penulis favoritnya.

Edy Setyawan, penulis pilihan editor lingkungan.

“Tak hanya ulet dalam meneliti, Edy juga gigih meramaikan perbincangan publik seputar konservasi biota perairan, khususnya terkait kawasan Indonesia timur yang selama ini jarang terjamah,” jelas Robby.

Robby juga menilai bahwa tulisan Edy bisa berkontribusi dalam mengubah perspektif bahwa topik konservasi kerap dianggap sebagai isu yang ‘sepi’.

Bagi editor pendidikan dan anak muda Luthfi T. Dzulfikar, Ayu Anastasya Rachman, mahasiswa S3 Hubungan Internasional, Diplomasi, dan Pendidikan Ekonomi Politik di Universitas Padjadjaran yang berasal dari Universitas Bina Mandiri Gorontalo, adalah penulis favoritnya.

Ayu Anastasya Rachman, penulis pilihan editor pendidikan dan anak muda.

“Dalam berbagai tulisannya yang terbit di TCID tahun ini, Ayu menawarkan beragam perspektif menarik tentang ekonomi politik pendidikan tinggi — dari dampak rezim pemeringkatan kampus, bagaimana dinamika pasar berpengaruh dalam sistem seleksi masuk (dan kolusi) perguruan tinggi, hingga gelar doktor kehormatan sebagai instrumen politik global,” ujar Luthfi.

Sekali lagi, selamat kepada para pemenang!

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,200 academics and researchers from 4,952 institutions.

Register now