Menu Close
pencegahan bunuh diri.

4 hal yang bisa mencegah dan mengurangi risiko bunuh diri

Secara global, diperkirakan 700.000 orang bunuh diri setiap tahunnya - sebuah statistik yang menggarisbawahi pentingnya pencegahan bunuh diri.

Pikiran (ide), rencana, dan percobaan bunuh diri adalah hal yang sangat umum terjadi: 12% orang Kanada pernah berpikir untuk bunuh diri selama hidup mereka, 4,3% membuat rencana, dan 3,1% mencobanya.

Upaya pencegahan bunuh diri di masa lalu menekankan pada identifikasi dan mitigasi faktor risiko. Sebagian besar pedoman terdiri dari daftar faktor non-spesifik seperti penyakit mental, penyakit fisik, tekanan hidup, status populasi khusus, atau akses terhadap barang yang mematikan. Daftar ini bisa dikembangkan.

Fokusnya semakin bergeser ke arah faktor-faktor protektif yang membuat kecil kemungkinan seseorang akan mempertimbangkan, mencoba, atau meninggal karena bunuh diri. Faktor-faktor protektif dapat membantu mengimbangi efek faktor risiko terhadap kesehatan mental. Sebagai contoh, optimisme dan rasa syukur dapat mengurangi keinginan untuk bunuh diri meskipun seseorang sedang mengalami depresi.

Bidang yang sedang berkembang ini menawarkan strategi berbasis bukti untuk melindungi diri dari pikiran dan perilaku bunuh diri dan mengurangi frekuensinya.

Dukungan sosial dan keterhubungan

Teori interpersonal tentang bunuh diri menggambarkan sifat sosial dari bunuh diri dan menekankan dua elemen kunci yang menjelaskan mengapa orang mempertimbangkan untuk bunuh diri: perasaan tidak memiliki, dan perasaan menjadi beban bagi orang lain.

mencegah bunuh diri
Siapa pun - terutama mereka yang telah menjalin hubungan saling percaya - dapat menjadi sumber dukungan dengan menawarkan dan meminta bantuan. (Shutterstock)

Penelitian mengenai dukungan sosial menunjukkan bahwa persepsi bahwa seseorang dipedulikan, dicintai, dihargai, dan menjadi anggota dari jaringan yang saling memiliki, berkontribusi pada rasa saling memiliki, sehingga menjadi faktor protektif terhadap bunuh diri. Jaringan sosial yang berbeda dapat memberikan dukungan emosional, bantuan praktis, atau informasi.

Individu yang merasa bahwa mereka memiliki dukungan sosial yang kuat, memiliki penurunan risiko sekitar 40% untuk melakukan percobaan bunuh diri. Koneksi dengan orang lain juga dapat menjadi pelindung bagi orang-orang yang mengalami kesulitan interpersonal dalam satu bidang kehidupan mereka. Sebagai contoh, hubungan keluarga yang kuat dapat melindungi dari keinginan untuk bunuh diri bagi remaja yang mengalami perundungan di sekolah.

Dukungan sosial adalah faktor pelindung utama untuk bunuh diri, dan siapa pun - terutama mereka yang memiliki hubungan yang saling percaya - dapat menjadi sumber dukungan dengan menawarkan dan meminta bantuan.

Keyakinan dan pemaknaan diri

Beberapa pendekatan terapi mendorong pencarian makna dalam hidup. Makna telah dijelaskan oleh Michael Steger dari Universitas Negeri Colorado, Amerika Serikat, sebagai sesuatu yang memiliki dua komponen utama: rasa keterpahaman dan pengejaran dan pencapaian tujuan.

Baik kehadiran dan pencarian makna dapat melindungi dari perilaku bunuh diri dengan mengurangi keputusasaan, sebuah sikap negatif tentang peristiwa kehidupan di masa depan. Selain itu, rasa syukur secara tidak langsung melindungi dari keinginan untuk bunuh diri dengan menyumbangkan makna dalam hidup. Latihan rasa syukur seperti jurnal harian adalah intervensi yang mudah diterapkan.

pendekatan terapeutik untuk mencegah bunuh diri
Beberapa pendekatan terapeutik mendorong pencarian makna hidup. (Shutterstock)

Keyakinan budaya, agama, dan pribadi juga diakui sebagai sumber panduan untuk memandang hidup sebagai sesuatu yang bermakna. Sebagai contoh, sebuah penelitian terhadap mahasiswa Asia-Amerika menemukan bahwa bagi sebagian orang, keinginan untuk tidak mengecewakan orang yang dicintai merupakan pelindung terhadap upaya bunuh diri.

Penelitian lain menunjukkan keyakinan spiritual memberikan kemampuan untuk menemukan makna pribadi di tengah-tengah situasi kehidupan yang penuh tekanan. Hubungan antara agama dan bunuh diri sangatlah kompleks. Beberapa penelitian menemukan bahwa agama memainkan peran protektif terhadap keinginan dan upaya bunuh diri. Hal ini muncul dari faktor sosial saling peduli antar anggota komunitas yang mendukung, pertimbangan etis (mengutuk bunuh diri) dan rasa takut (murka Tuhan), serta menafsirkan penderitaan dengan cara yang dapat ditoleransi.

Sebuah penelitian terhadap perempuan Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka yang sering menghadiri kebaktian keagamaan memiliki tingkat kematian akibat bunuh diri sekitar lima kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menghadiri kebaktian tersebut.

Praktik mindfulness dan self-compassion

Kesadaran akan pentingnya belas kasih dan kesadaran diri telah meningkat karena potensinya untuk melindungi diri dari pikiran dan perilaku bunuh diri.

Psikolog pendidikan Kristin Neff mendefinisikan self-compassion sebagai kebaikan terhadap diri sendiri pada saat kesusahan.

Belas kasih terhadap diri sendiri mengurangi penilaian negatif terhadap diri sendiri yang membantu menangkal kondisi emosional negatif seperti membenci diri sendiri dan mengisolasi diri. Mengadopsi sikap berbelas kasih dapat membantu individu menerima pikiran dan emosi yang sulit sebagai jalan keluar dari penderitaan dan sangat penting untuk menggerakkan individu menuju kehidupan yang tidak terstruktur di sekitar penghindaran atau pelarian dari pikiran, emosi, dan sensasi fisiologis yang menyakitkan.

Konsep yang terkait adalah mindfulness, yang didefinisikan sebagai praktik dengan sengaja membawa perhatian seseorang ke momen saat ini tanpa menghakimi. Intervensi berbasis kesadaran dapat menjadi praktik yang menjanjikan untuk membantu menavigasi pikiran dan perilaku bunuh diri.

Sebagian besar intervensi merupakan bentuk pelatihan mental untuk mengembangkan keterampilan seperti kesadaran penuh, perhatian yang terfokus, dan kesejahteraan. Keterampilan-keterampilan ini memungkinkan seseorang untuk merespons daripada bereaksi terhadap rangsangan, meningkatkan regulasi kognitif dan emosional.

Terapi perilaku dialektis, pengobatan standar emas untuk bunuh diri kronis juga mendorong penerimaan sambil mengadvokasi perubahan dengan berfokus pada regulasi emosi. Pemikiran dialektis memungkinkan seseorang untuk memegang dua ide yang tampaknya berlawanan sebagai bagian dari kebenaran yang sama. Menerima bahwa hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dengan menggunakan pemikiran yang lebih fleksibel adalah strategi yang berharga untuk mengatur emosi yang intens.

Penelitian terbaru terkait mindfulness telah mulai menggambarkan peran yang dimainkan oleh koneksi pikiran-tubuh dalam mekanisme yang berkaitan dengan bunuh diri. Dengan adanya keinginan untuk bunuh diri, individu yang memiliki tingkat disosiasi yang rendah yang didefinisikan sebagai keterpisahan dari kenyataan, cenderung tidak melakukan percobaan bunuh diri.

Penelitian selanjutnya telah menunjukkan manfaat dari intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan interosepsi - kemampuan untuk merasakan dan menerima sensasi dan emosi internal - dalam mengurangi keinginan untuk bunuh diri. Terlibat dalam latihan relaksasi tubuh progresif yang dipandu sendiri mengarah pada peningkatan kepercayaan diri dan mengurangi keinginan dengan bunuh diri.

Gaya hidup dan kebiasaan yang sehat

Tidur yang sehat dan aktivitas fisik meningkatkan kesehatan secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis, mengingat adanya hubungan yang kuat antara pikiran dan tubuh.

Payung merah di tengah langit badai kelabu, dengan langit biru di bawahnya
Faktor-faktor protektif seperti optimisme dan rasa syukur dapat mengurangi keinginan untuk bunuh diri meskipun seseorang mengalami depresi. (Canva)

Tidur memiliki peran penting dalam fungsi kognitif, pengaturan suasana hati dan pengendalian impuls, dan lain-lain. Penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara durasi tidur dan risiko bunuh diri. Satu studi mengamati risiko terendah untuk ide dan percobaan bunuh diri pada orang yang tidur delapan sampai sembilan jam per hari. Studi yang sama menunjukkan penurunan 11% risiko rencana bunuh diri untuk setiap peningkatan satu jam tidur.

Bukti juga menunjukkan manfaat dari aktivitas fisik. Sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini menunjukkan bahwa secara fisik individu yang aktif melaporkan hampir 50% lebih rendah memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Aktivitas fisik juga dapat dianggap sebagai bentuk kasih sayang terhadap diri sendiri dan latihan untuk bersyukur dengan menyadari pentingnya memperlakukan tubuh dengan baik. Bukti yang muncul juga menunjukkan bahwa manfaat yang terdokumentasi dari aktivitas fisik, seperti berjalan kaki, lebih besar jika dilakukan di alam terbuka. Sebuah penelitian menemukan bahwa orang dengan gangguan depresi mayor yang resisten terhadap pengobatan yang berjalan di alam terbuka mengalami lebih sedikit perasaan negatif dibandingkan dengan mereka yang berjalan di jalanan perkotaan.

Faktor pelindung dan ketahanan

Bunuh diri itu hal yang kompleks. Orang yang sedang mempertimbangkan atau pernah mencoba bunuh diri mengalami penderitaan emosional yang luar biasa. Tidak ada satu resep yang cocok untuk semua orang untuk mencegahnya, tetapi berbagi pengetahuan tentang hal-hal yang dapat membantu mencegah bunuh diri sangatlah penting. Hal ini meningkatkan harapan dan merupakan bagian dari solusi.

Faktor-faktor pelindung bunuh diri ini dapat dianggap sebagai pilar ketahanan. Sebagai masyarakat, sangat penting untuk terus meningkatkan kesadaran akan diskusi mengenai bunuh diri dan membantu orang membangun ketahanan secara individu dan kolektif.


Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now