Menu Close

Abad ke-2 peran Muhammadiyah dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia, apa saja tantangan ke depannya?

Bendera organisasi Muhammadiyah. Iljanaresvara Studio/Shutterstock

Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, telah lebih dari 110 tahun menjadi gerakan sosial Islam yang banyak berkontribusi dalam pembangunan nasional.

Hingga tahun 2022, jumlah anggota atau kader yang terdaftar resmi dalam organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912 ini mencapai 65 juta di dalam negeri dan 1,5 juta di negara-negara lain di seluruh dunia. Angka ini belum termasuk simpatisannya. Muhammadiyah kini telah memiliki lebih dari 3200 cabang yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan 25 cabang istimewa di luar negeri.

Keberhasilan Muhammadiyah dalam mempertahankan eksistensinya melalui berkali-kali pergantian rezim pemerintahan bukan serta merta karena sikap politiknya, tetapi lebih didominasi oleh aktivitasnya dalam gerakan sosial dan berbagai sektor pembangunan. Amal usaha Muhammadiyah banyak dimulai dari gerakan akar rumput di level ranting-cabang.

Perlu diakui bahwa Muhammadiyah telah menjadi salah satu organisasi yang menyokong pembangunan berkelanjutan (Sustainable Deveopment Goals/SDGs) di Indonesia.

Sampai dengan pertengahan tahun 2023, indeks pembangunan berkelanjutan di Indonesia berhasil mencapai angka 70,2 dan menduduki peringkat 75 dari 166 negara di dunia. Pencapaian termasuk disokong oleh pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,31% pascapandemi, penurunan angka stunting dan kematian ibu dan bayi, serta peningkatan angka literasi dan kesetaraan gender.

Apa saja kiprah Muhammadiyah dalam mendukung pencapaian SDGs Indonesia selama ini? Dan apa saja tantangan yang dihadapi organisasi ini di usianya yang sudah masuk abad ke-2?

Pengentasan kemiskinan

Upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan Muhammadiyah di antaranya adalah melalui 318 panti asuhan yang berfungsi sebagai rumah bagi anak-anak yang kehilangan orang tua atau tidak mampu hidup bersama keluarganya.

Panti asuhan ini memberikan perlindungan, pengasuhan, pendidikan dan dukungan kepada anak yatim guna memastikan mereka tetap dapat hidup dengan layak.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, menunjukkan cara kerja purwarupa robot penyelamat atau Search and Rescue (SAR) rakitannya sendiri yang diberi nama Dome. Ari Bowo Sucipto/Antara Foto

Muhammadiyah juga mengoperasikan 54 panti jompo bagi lanjut usia (lansia) dan 82 pusat rehabilitasi bagi penyandang disabilitas yang tersebar di seluruh Indonesia.

Layanan panti jompo diberikan kepada lansia yang memerlukan perawatan dan dukungan khusus di usia senja, termasuk memastikan martabat, kenyamanan, dan akses ke layanan media yang diperlukan.

Adapun pusat rehabilitasi bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas sehingga mereka dapat menjalani kehidupan yang mandiri sambil berkontribusi kepada masyarakat.

Upaya lainnya adalah melalui LAZIZMU (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah). Lembaga ini berperan dalam mengelola dan menyalurkan sumber daya yang dikumpulkan dari individu dan bisnis yang berkontribusi pada organisasi.

Dana tersebut kemudian digunakan untuk mendukung berbagai program dan inisiatif kesejahteraan sosial yang mencakup inisiatif pengentasan kemiskinan, layanan kesehatan bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya pengobatan, beasiswa pendidikan untuk siswa kurang mampu, program pelatihan kejuruan dan kewirausahaan, dan bantuan kemanusiaan selama keadaan darurat dan bencana alam.

Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan tanggap bencana

Di bidang pendidikan, layanan yang pertama yang didirikan Muhammadiyah adalah sekolah yang beroperasi di rumah KH. Ahmad Dahlan.

Dalam kurun waktu 100 tahun, terdapat 22.000 PAUD dan TK yang dikelola oleh Aisyiyah, 2.766 SD, 1.826 SMP, 1.407 SMA dan SMK, serta 164 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Angka tersebut belum termasuk 440 asrama Muhammadiyah dan 50 Sekolah Luar Biasa (SLB) Muhammadiyah.

Selain itu, Muhammadiyah juga mendirikan institusi pendidikan di luar negeri, yaitu satu perguruan tinggi di Selangor-Malaysia; satu TK di Mesir; dan satu SMP Muhammadiyah di Melbourne-Australia. Ini menunjukkan keseriusan Muhammadiyah dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang inklusif baik di dalam maupun luar negeri.

Muhammadiyah hingga kini mengoperasikan 121 fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit, klinik, rumah sakit ibu dan anak, serta Klinik Apung Said Tuhuleley.

Organisasi ini juga aktif mempromosikan hidup sehat melalui MTCC, sebuah lembaga yang mempromosikan lingkungan bebas rokok dan pengurangan dampak merokok pada individu dan masyarakat.

Pelajar di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta melakukan simulasi bencana gempa bumi. Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto

Di bidang manajemen bencana, Muhammadiyah memiliki lembaga penanganan bencana bernama Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) yang didirikan untuk tujuan darurat bencana. Beberapa contoh aktivitasnya adalah pendirian rumah sakit darurat di Turki dan pengiriman relawan dan bantuan kemanusiaan ke Sudan, Nepal dan Bangladesh.

Mewujudkan kesetaraan gender

Muhammadiyah memiliki sayap organisasi perempuan bernama Aisyiyah sejak tahun 1917. Aisyiyah mengelola beberapa layanan milik Muhammadiyah seperti PAUD dan TK, juga rumah sakit ibu dan anak. Selain itu, Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah (gerakan pemudi Muhammadiyah) aktif memfasilitasi kepentingan perempuan dalam berbagai bidang, seperti pelatihan kewirausahaan, perlindungan tenaga kerja perempuan, pelatihan kepemimpinan dan kelas reproduksi dan pengasuhan anak.

Organisasi otonom yang dimiliki Muhammadiyah ini menghadirkan pendekatan responsif gender yang berupaya menciptakan ruang yang inklusif dalam mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan laki-laki maupun perempuan.

Muhammadiyah dan SDGs

Dedikasi Muhammadiyah melalui komitmen jangka panjang dan pendekatan yang holistik telah berkontribusi nyata dan menjadi role model bagi pencapaian tujuan SDGs di Indonesia.

Meski demikian, seperti halnya organisasi lainnya, Muhammadiyah juga menghadapi berbagai tantangan dalam misinya melayani masyarakat. Salah satunya adalah perihal revitalisasi menyeluruh, mulai dari kelembagaan hingga sumber daya manusia.

Muhammadiyah perlu memastikan bahwa aktivitasnya tetap relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, termasuk dengan memastikan bahwa organisasi ini memiliki kader-kader muda yang berkualitas, memiliki kemampuan adaptasi dan inovasi, serta berdaya juang tinggi agar dapat mengatasi berbagai tantangan di masa mendatang.

Selain itu, Muhammadiyah juga perlu menyesuaikan diri dengan perubahan budaya, sosial, sains dan teknologi. Dengan mengembangkan amal usaha yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan dapat menawarkan solusi yang tepat guna kepada masyarakat.

Dua tantangan besar ini diharapkan mampu diwujudkan oleh Muhammadiyah untuk mensinergikan semangat untuk membangun bangsa menyesuaikan perkembangan zaman.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now