Menu Close

Apa jadinya Brasil sekarang? Presiden Lula makin kuat, tetapi pendukung Bolsonaro tidak akan diam

Pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro menyerbu Kongres Nasional pada 8 Januari 2023. Andre Borges/EPA/AAP

Pada 8 Januari lalu, pendukung radikal mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyerbu dan merusak gedung-gedung parlemen, Mahkamah Agung, dan Istana Presiden.

Sejak itu, lebih dari 1.500 orang telah ditahan.

Gubernur Distrik Federal, yang secara hukum bertanggung jawab untuk menjamin ketertiban di Brasilia dan melindungi gedung-gedung pemerintah eksekutif, untuk sementara digulingkan dari posisinya. Komandan polisi militer juga telah ditangkap.

Masa-masa awal pasca-kerusuhan ini, ada beberapa penilaian awal yang dapat kita tarik tentang dampak yang ditimbulkan terhadap Presiden saat ini, Luiz Inácio “Lula” da Silva, dan pendukung Bolsonaro.

Pertama, kejadian ini tampaknya seacara paradoks memperkuat posisi Presiden Lula secara paradoks.`

Dan kedua, walaupun hanya sedikit masyarakat yang mendukung kerusuhan ini, Bolsonaristas (sebutan untuk simpatisan Bolsonaro) bukanlah kelompok yang lemah.

Bagaimana dengan kepemimpinan Presiden Lula sekarang?

Serangan di Brasilia telah menyebabkan kerusakan material yang luas. Namun, ini semua tetap tidak berhasil menggulingkan Lula maupun melemahkan kepemimpinannya.

Justru sebaliknya - Lula tampaknya mendapatkan banyak modal politik segera setelah kerusuhan tersebut terjadi.

Lula baru saja dilantik sebagai Presiden sekitar dua minggu lalu, tapi ini adalah ketiga kalinya dia menduduki posisi sebagai orang nomor satu di Brasil. Terlepas dari apakah pendukungnya banyak atau tidak, dia memiliki kepercayaan diri dan pengalaman yang tak tertandingi dalam memposisikan diri sebagai penguasa. Dia juga dikenal sebagai politisi yang sangat terampil dan memiliki kemampuan khusus untuk membangun jembatan politik.

Sehari setelah kerusuhan, Lula mengadakan pertemuan di Brasilia yang dihadiri oleh seluruh 27 gubernur se-Brasil, termasuk beberapa pendukung setia Bolsonaro, bersama dengan anggota Mahkamah Agung serta anggota senat dan majelis rendah.

Police clash with Bolsonaro supporters in Brasilia
Polisi bentrok dengan pendukung Bolsonaro di Brasilia. Andre Borges/EPA/AAP

Dia mengatakan tindakan kekerasan tidak dapat diterima dan mereka yang terlibat harus diadili dan dihukum berdasarkan hukum yang berlaku. Pertemuan diakhiri dengan mereka semua berjalan bergandengan tangan dari istana kepresidenan ke Mahkamah Agung (sekitar 400 meter jauhnya) sehingga publik dapat menyaksikan secara langsung.

Bahkan jika ini “hanya” foto yang dibuat-buat, ini seakan menjadi bentuk demonstrasi kesatuan yang terlembaga oleh para anggota dan pemimpin kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta pemerintah federasi.

Sulit untuk menebak berapa lama semangat ini akan bertahan - tapi bagaimana pun juga ini adalah politik.

Apa jadinya dengan pendukung Bolsonaro?

Kejadian ini tampaknya telah melemahkan Bolsonaristas, setidaknya untuk sementara. Tetapi mengabaikan atau menyepelekan kapasitas mereka untuk memobilisasi peristiwa kekerasan lainnya di masa depan adalah suatu kesalahan yang berbahaya. Menggulingkan rezim demokratis memang sulit dilakukan, tetapi menimbulkan kekacauan dan ketakutan publik mungkin saja menjadi agenda mereka untuk empat tahun ke depan.

Penting untuk mencatat bahwa pendukung Bolsonaro bukanlah kelompok yang homogen. Beberapa dari mereka menentang Lula beserta partainya (Partai Buruh), dan mendukung pencalonan Bolsonaro sebagai presiden agar Lula tidak menang. Sisanya adalah mereka yang telah menerima kekalahan Bolsonaro, meskipun menyakitkan, dan tetap melanjutkan hidup mereka.


Read more: Brazil's iconic football shirt was a symbol of Bolsonaro – here's how the World Cup is changing that


Tak satu pun dari kelompok ini yang merusak bangunan umum atau tidur di tenda di luar tembok tentara selama berminggu-minggu. Sejauh ini, pendukung Bolsonaro yang lebih “moderat” itu terkesan tidak mendukung penyerangan yang terjadi di Brasilia.

Sebuah analisis terhadap lebih dari dua juta unggahan media sosial saat kerusuhan terjadi menunjukkan bahwa 90% publik memberikan komentar negatif terhadap kerusuhan, sebagian besar mengungkapkan kesedihan, ketakutan, dan rasa jijik mereka.

Jadi, kemungkinannya, pendukung Bolsonaro yang mempertahankan serangan di ibu kota hanyalah kelompok kecil, namun memiliki pandangan yang keras dan radikal tentang Brasil.

Kebanyakan dari mereka meyakini bahwa Brasil perlu “diselamatkan dari paham komunisme”. Para perusuh melihat diri mereka sebagai “patriot sejati”, yang bertanggung jawab untuk menjalankan perintah Tuhan dan melindungi keluarga mereka dari “ancaman merah” atau “red menace” (sebutan untuk konspirai komunisme). Pada Natal lalu, beberapa pendukung Bolsonaro dan pemain bisnis bahkan mempermasalahkan Sinterklas yang mengenakan warna merah, mengasosiasikan warna tersebut dan komunisme.

Saat ini, hanya segelintir tokoh politik yang terang-terangan berpihak pada para perusuh. Tetapi ternyata ada beberapa anggota militer dan polisi yang mendukung kerusuhan. Tidak jelas berapa banyak polisi di dalam kubu tersebut atau seberapa jauh mereka bersedia mempertaruhkan pekerjaan mereka dengan mendukung tindakan anti-demokrasi.

Belum jelas juga apakah ini puncak dari upaya kekerasan untuk menggulingkan Lula, atau baru awal saja. Negara ini masih penuh dengan polarisasi.

Tantangan Brasil saat ini adalah membangun kembali politik kanan-tengahnya, yang sempat menguap dalam dua pemilihan umum (pemilu) terakhir karena dipengaruhi kubu Bolsonaro yang sayap kanan ekstrem. Sayap kanan-tengah yang membela nilai-nilai demokrasi tidak akan dapat menghilangkan para radikal sayap kanan, tetapi diharapkan akan membantu menjadikan mereka kelompok pinggiran.

Namun, ini bukan solusi jangka pendek – bahkan mungkin bukan solusi. Saat ini, ada terlalu banyak ketegangan politik dan penilaian jangka panjang yang tidak bijaksana.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now