Menu Close
Erupsi gunung berapi
Pemandangan dari udara gunung berapi Mauna Loa, yang meletus di pulau Hawaii pada bulan Desember 2022. Andrew Richard Hara/Getty Images News

Apa yang menyebabkan gunung berapi meletus?

Apa yang menyebabkan gunung berapi meletus? - Avery, usia 8 tahun, Los Angeles, Amerika Serikat


Pada 27 November 2022, Mauna Loa - gunung berapi aktif terbesar di dunia - meletus di pulau Hawaii. Selama berhari-hari, air mancur lava yang mendidih pada suhu lebih dari 2.000 derajat Fahrenheit (1.100 derajat Celcius), dimuntahkan ke atas dan mengalir ke sisi gunung.

Bagi puluhan juta orang di seluruh dunia, video tersebut merupakan pemandangan yang memukau. Kemudian, beberapa minggu kemudian, letusan berakhir. Untungnya, tidak ada korban jiwa, dan tidak ada kerusakan properti yang berarti.

Mauna Loa adalah gunung berapi aktif terbesar di dunia.

Sekitar seminggu kemudian, Gunung Semeru di Jawa Timur, Indonesia, meletus dengan campuran abu, gas, dan bebatuan panas. Awan panas membumbung setinggi satu mil di atas puncak gunung. Ribuan orang yang tinggal di sekitarnya dievakuasi); banyak yang memakai masker untuk melindungi diri dari udara yang dipenuhi abu. Gunung Semeru terus meletus selama berbulan-bulan.

Saya adalah seorang ahli geologi yang mempelajari mineral dalam batuan vulkanik. Saya ingin belajar lebih banyak tentang apa yang menyebabkan gunung berapi meletus. Jutaan orang tinggal di dekat gunung berapi aktif - yakni di salah satu dari 1.328 gunung berapi di seluruh dunia yang telah meletus selama 12.000 tahun terakhir.

Pada waktu tertentu, 20 hingga 50 gunung berapi aktif meletus. Kedekatannya dengan manusia dan bangunan membuatnya penting untuk mempelajari gunung berapi dan memahami bahayanya.

Gunung Vesuvius
Gunung Vesuvius, sekitar 6 mil sebelah timur Naples, Italia, masih merupakan gunung berapi yang aktif. Pada tahun 79 Masehi, Vesuvius meletus dan menghancurkan kota Pompeii. Antonio Bussello/Moment via Getty Images

Bagaimana gunung berapi meledak

Pusat Bumi disebut sebagai core (inti); lapisan berikutnya adalah mantel; lapisan terluar adalah kerak.

Seiring berjalannya waktu, magma- yang merupakan batuan yang meleleh bercampur dengan gas dan kristal mineral - terakumulasi di ruang bawah tanah di bawah gunung berapi. Magma di Mauna Loa terbentuk ketika bulu mantel panas - bayangkan sebuah konveyor panas - melelehkan sebagian batuan di dalam mantel.

Gunung berapi pada dasarnya adalah sebuah lubang yang mengeluarkan magma ke permukaan bumi. Setelah dilepaskan dari gunung berapi, magma disebut lava.

Pada bulan-bulan menjelang letusannya, para ilmuwan mencatat peningkatan gempa bumi dan menggembungnya Mauna Loa, seperti balon yang sedang dipompa. Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa lebih banyak magma yang naik ke atas, karena tekanan dari naiknya magma dapat memperluas sisi gunung berapi dan menyebabkan bebatuan bergeser dan patah yang menyebabkan gempa bumi.

Biasanya, agar letusan dapat terjadi, magma yang cukup harus terakumulasi di dalam ruang di bawah gunung berapi. Kemudian sesuatu harus memicu letusan. Hal itu bisa berupa suntikan magma baru ke dalam ruangan, penumpukan gas di dalam gunung berapi, atau tanah longsor yang menghilangkan material dari puncak gunung berapi.

Letusan di Gunung Semeru memaksa evakuasi hampir 2.000 penduduk di sekitarnya.

Jenis-jenis gunung berapi

Mauna Loa adalah gunung berapi perisai yang terbentuk selama ribuan tahun melalui letusan lava. Sisi-sisinya melandai dengan lembut ke bawah ke segala arah.

Namun Gunung Semeru berbeda - gunung ini merupakan gunung berapi komposit yang juga dikenal sebagai gunung berapi strato, dengan sisi-sisi curam yang bertemu pada satu titik di bagian atas, seperti kerucut gula yang terbalik.

Letusan terakhir Semeru dimulai ketika hujan lebat menghanyutkan bebatuan di dekat puncak gunung berapi. Hal ini memungkinkan gas untuk keluar - dan abu mulai meletus.

situasi setelah gunung semeru erupsi
Setelah letusan Gunung Semeru, desa-desa di sekitarnya diselimuti oleh abu vulkanik. Bayu Novanta/Xinhua News Agency via Getty Images

Bahaya-bahaya dari letusan gunung berapi

Banyak bahaya muncul akibat gunung berapi yang meletus: aliran lahar, gas asam, abu, dan lahar yang merupakan aliran air, abu, dan batu yang berbahaya yang mengalir dengan kecepatan bermil-mil menuruni lereng gunung berapi yang curam, kadang-kadang dengan kecepatan lebih dari 100 mil per jam. Kekuatan lahar dingin dapat memindahkan batu-batu besar dan menghancurkan jembatan dan bangunan.

Letusan Gunung Semeru baru-baru ini menutupi desa-desa di dekatnya dengan abu - partikel-partikel kecil dari batu yang dapat masuk jauh ke dalam paru-paru, menyebabkan iritasi, dan membuat penduduk sekitar sulit untuk bernapas.

Ketika abu yang jatuh terakumulasi, abu dapat menutupi tanaman, mencemari pasokan air dan memicu runtuhnya bangunan. Abu kering yang baru jatuh memiliki berat 10 hingga 20 kali lebih berat dari salju.

Di bawah permukaan, Bumi selalu bergerak dan berubah.

Umumnya, para ilmuwan tidak mencoba menghentikan gunung berapi agar tidak meletus. Mereka adalah bagian alami dari Bumi. Namun, memantau gunung berapi sangatlah penting. Masyarakat membutuhkan peringatan dini akan terjadinya letusan sehingga mereka dapat menjauh dari bahaya.

Meskipun kita tidak dapat memprediksi waktu yang tepat untuk erupsi, para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang apa yang menyebabkan erupsi dan bagaimana melindungi orang-orang yang tinggal di dekatnya.

Yang sangat penting: sistem peringatan untuk lahar, rute evakuasi yang terencana di daerah-daerah yang terancam oleh gunung berapi, dan komunikasi yang sangat baik antara para ilmuwan di stasiun pemantau gunung berapi dan badan-badan pemerintah yang dapat memberi tahu orang-orang ketika gunung berapi akan meletus.


Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now