Menu Close

Bagaimana ilmuwan dan masyarakat dapat bekerja sama untuk menangani banjir: pelajaran dari Indonesia

Sebuah desa di pinggiran ibu kota Sulawesi Selatan, Makassar, terkena banjir pada tahun 2019. RISE program, foto oleh Noor Ilhamsyah., Author provided (no reuse)

Indonesia adalah sebuah kepulauan dataran rendah yang luas di Asia Tenggara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, namun jutaan orang tinggal di daerah sungai dan pesisir yang rawan banjir. Banjir dan badai adalah jenis bencana paling umum yang mempengaruhi kota-kota di Indonesia, menurut laporan PBB.

Upaya untuk mengelola bencana seperti ini sangat bergantung pada investasi di tembok dan kanal banjir. Langkah-langkah ini tampaknya tidak cukup, karena bencana terus berlanjut setiap tahun dan merugikan secara ekonomi.

Penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan masyarakat dapat berkontribusi untuk menemukan solusi dengan membantu para ilmuwan memahami dampak banjir.

Citizen science atau sains warga adalah cara bagi komunitas untuk berkolaborasi dengan peneliti. Pendekatan ini telah menarik perhatian di bidang-bidang seperti ekologi, perencanaan lingkungan, dan hidrologi.

Flood gauges in Makassar
Anggota komunitas yang berpartisipasi dalam program RISE mengumpulkan foto-foto banjir antara 2018 dan 2020 di Makassar. Rise Program. Photographer: volunteer community members

Terlibat dengan komunitas

Setelah meninjau 40 publikasi dari lima tahun terakhir, kami menemukan bahwa para ilmuwan semakin tertarik untuk melibatkan masyarakat dalam studi banjir.

Di Australia, misalnya, para ilmuwan menganalisis foto yang diposting di media sosial selama banjir Queensland pada 2010 untuk memetakan ketinggian air. Demikian pula, para ilmuwan di Argentina menggunakan pengukuran komunitas dari banjir Buenos Aires pada 2014 untuk memodelkan hidrologi lokal.

Namun, sebagian besar proyek ini hanya melibatkan warga sebagai pengumpul data. Mereka tidak menawarkan kesempatan bagi para ilmuwan untuk bekerja sama dan belajar dengan masyarakat.

Beberapa contoh menunjukkan masyarakat dapat berpartisipasi lebih langsung sebagai penafsir dan pemangku kepentingan utama dalam proses memahami, mengelola, dan merespons banjir.

Di Indonesia, misalnya, PetaBencana project adalah aplikasi telepon yang memungkinkan warga untuk berkontribusi dalam studi banjir dengan berbagi informasi tentang ketinggian air. Informasi ini tersedia untuk pengguna lain dan dapat menginformasikan layanan darurat dan kegiatan pemerintah.

Contoh ini menunjukkan penerapan sains warga untuk mempelajari banjir, di luar pengumpulan data, dapat membantu komunikasi risiko dan melibatkan komunitas ini dalam diskusi teknis.

Belajar dari Makassar

Di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, kami bermitra dengan anggota masyarakat untuk mengumpulkan foto-foto banjir selama dua tahun terakhir.

Proyek sains warga ini dikembangkan sebagai bagian dari program Revitalisasi Permukiman Informal dan Lingkungannya (RISE). Program ini menguji sistem infrastruktur inovatif di 12 pemukiman di Makassar dan 12 pemukiman di Fiji.

RISE Infrastructure
Program RISE mengimplementasikan dan menguji dampak infrastruktur berbasis alam di Makassar. RISE program, foto oleh Peter Breen

Para desainer di RISE segera menyadari bahwa memahami banjir di lokasi tertentu sangat penting untuk memastikan infrastruktur akan bekerja dengan baik.

Bermitra dengan relawan dari enam permukiman di Makassar, RISE telah mendokumentasikan banjir sepanjang musim hujan 2018, 2019 dan 2020.

Sejauh ini, RISE telah menerima lebih dari 2.800 foto dari masyarakat lokal di Makassar. Gambar-gambar ini memungkinkan para ilmuwan untuk lebih memahami banjir dan merancang infrastruktur yang lebih tangguh.

 Tingkat banjir di Kampung Baru
Hasil dari proyek sains warga program RISE memungkinkan peneliti untuk lebih memahami ketinggian air di Kampung Baru, Makassar. Program Naik. Ilustrasi oleh Erich Wolff.

Pengalaman RISE dan inisiatif sains warga lainnya menunjukkan bahwa proyek semacam ini dapat secara positif mengubah hubungan antara ilmuwan dan masyarakat.

Selain mendukung pengumpulan data, sains warga memungkinkan peneliti untuk bekerja lebih langsung dengan masyarakat sambil menciptakan peluang bagi sains untuk terhubung dengan pengetahuan lokal dan strategi adaptasi.

Penting untuk digarisbawahi bahwa masyarakat tidak boleh dianggap bertanggung jawab untuk mengelola banjir sendirian. Ilmu warga bukan pengganti tapi pelengkap kebijakan berbasis bukti dan perencanaan infrastruktur.

Kearifan lokal

Di pinggiran kota-kota terbesar di Indonesia, penduduk di kampung dan permukiman informal yang dekat dengan kanal dan sungai mengandalkan kearifan lokal untuk hidup berdampingan dengan banjir.

Penelitian kami menunjukkan penduduk kampung di Makassar sering bekerja dengan tetangga untuk melindungi aset berharga atau untuk mengevakuasi orang tua dan anak-anak.

Mereka juga telah mengembangkan strategi penting untuk melindungi rumah mereka, seperti menggunakan karung pasir dan membangun panggung.

Bagaimana para ilmuwan dapat belajar dari mereka?

Akses ke internet dan media sosial telah menunjukkan bahwa orang dapat mengumpulkan informasi tentang banjir, tapi contoh dari program RISE menunjukkan bagaimana hal ini dapat dilakukan dengan menghubungkan ilmuwan dan komunitas lokal.

Efek jangka panjang dari proyek ini masih dipelajari, tapi para peserta telah memberi tahu kami bahwa proyek sains warga RISE membantu mereka lebih memahami banjir di lingkungan mereka. Selain itu juga menjadi wadah bagi mereka untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Sementara kami masih mempelajari bagaimana para ilmuwan dapat bekerja dengan masyarakat, pelajaran dari program RISE menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan masyarakat dapat menjadi sekutu yang kuat dalam membangun ketahanan dan mendukung pengetahuan dan agensi lokal di kota-kota di Indonesia.


Artikel ini dimungkinkan karena kontribusi dari peneliti program RISE dan anggota staf serta sukarelawan.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now