Menu Close

Bagaimana pemerintah harus bertindak dalam skenario terburuk wabah COVID-19

Penyemprotan disinfektan di pasar Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah untuk antisipasi COVID-19. Shutterstock

Ada pepatah mengatakan berharap yang terbaik, bersiap menghadapi yang terburuk.

Dampak pandemi COVID-19 diperkirakan lebih besar dari krisis keuangan global seperti yang terjadi di tahun 2008. Bahkan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) memperkirakan bahwa ekonomi dunia hanya akan tumbuh 1.5% pada tahun ini jika pandemi ini berlanjut dan memburuk.

Terganggunya ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia, belum lagi masalah ekonomi domestik sendiri yang terhambat, tentu perkembangan ekonomi dalam negeri akan terganggu.

Dengan meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia, sebagai peneliti di bidang analisis pengambilan keputusan dan analisis kebijakan publik saya membuat empat analisis skenario dampak ekonomi dari wabah virus ini.

Analisis skenario merupakan seni dan ilmu yang merumuskan cerita yang terpikirkan dan yang belum terpikirkan untuk membantu masa depan, dengan mengambil pelajaran dari masa lalu. Analisis skenario sendiri termasuk dalam ilmu pengambilan keputusan dan perencanaan dalam studi ekonomi.

Dalam konteks ini analisis skenario bukanlah cara untuk meramal apa yang akan terjadi, melainkan memberikan beberapa alternatif skenario yang mungkin terjadi untuk membantu pengambil keputusan agar menyiapkan strategi yang tepat.

Terkait dengan wabah COVID-19, setidaknya ada dua faktor yang menentukan berapa skenario yang dapat muncul. Kedua faktor tersebut adalah tingkat penyebaran di tingkat global dan tingkat penyebaran di Indonesia.

Penyebaran wabah ini sayangnya belum bisa di kendalikan dan WHO pun sudah mengumumkan bahwa COVID-19 adalah sebuah pandemi.

Indonesia kini telah memasuki kondisi wabah COVID-19 dan perkembangannya mengarah pada peningkatan penularan secara eksponensial.

Data terakhir per 23 Maret, di seluruh Indonesia sudah ada 48 orang meninggal karena COVID-19 dan total 514 orang yang sudah terjangkit, termasuk 29 yang sudah sembuh.

Berdasarkan dua faktor pendorong utama yang memiliki ketidakpastian tinggi ini, hanya dua dari empat skenario yang saya buat masih relevan untuk kondisi saat ini:

Skenario Pulih Agak Lama

Skenario ini akan terjadi jika wabah COVID-19 dapat dikendalikan penyebarannya namun Indonesia sudah terjangkiti. Pada skenario ini dampak terhadap perekonomian (produksi dan pariwisata) berlangsung lebih lama (sampai Indonesia berhasil menghentikan penularan wabah covid-19), dampak terhadap fiskal atau pendapatan negara dan pertumbuhan ekonomi kecil sampai sedang.

Skenario Terburuk

Skenario ini terjadi jika wabah COVID-19 tidak terkendali sehingga berkembang menjadi pandemik dan Indonesia terjangkiti dengan perkembangan wabah berlangsung secara eksponensial. Pada skenario ini dampak terhadap perekonomian (produksi dan pariwisata) cukup signifikan, begitu pula dampak terhadap fiskal dan pertumbuhan ekonomi akan cukup besar.

black_claw/flickr, CC BY

Skenario terburuk dan hantaman ke ekonomi

Dampak wabah ini terhadap ekonomi akan kian terasa karena roda perekonomian hampir terhenti, terlebih karena selama ini konsumsi domestik menopang hampir 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dengan imbauan pemerintah agar masyarakat tetap tinggal di rumah maka operasional perusahaan-perusahaan terganggu dan sektor riil khususnya usaha kecil dan menengah (UMKM) yang kehilangan para pelanggannya.

Di Jakarta bahkan sudah ada pemutusan hubungan kerja (PHK) seperti buruh yang berprofesi sebagai pemeliharaan gedung karena berkurangnya aktifitas, sampai Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) berharap pemerintah membantu pengusaha di sektor ritel untuk menggaji karyawan. Pasalnya, pengusaha sudah tidak punya pendapatan untuk memberi gaji karena sepinya pusat perbelanjaan.

Wabah COVID-19 ini juga menimbulkan sentimen negatif ke pasar dan para investor. Nilai tukar rupiah terhadap dolar terjerembab ke Rp 16,200 atau hampir mendekati titik terendah rupiah di level Rp 16,950 yang terjadi ketika krisis moneter 98.

Para investor luar negeri juga menarik dananya dari pasar saham, terbukti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berada di angka 4,049 atau sudah turun 36.8% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani baru-baru ini juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan bisa serendah 2.5 bahkan sampai 0%. Hal ini akan terjadi jika masalah wabah ini memburuk dan bertahan selama lebih dari enam bulan, perdagangan internasional yang jatuh sebanyak 30%, dan industri penerbangan yang jatuh sebanyak 75%.

Yang pemerintah harus lakukan dalam skenario terburuk

Krisis yang timbul akibat COVID-19 sangat berbeda dengan krisis ekonomi dan keuangan yang selama ini sering terjadi, karena krisis ini dipicu oleh wabah yang menghambat kegiatan perekonomian.

Untuk itu protokol penanganan krisis ekonomi dan keuangan yang ada tidaklah memadai menghadapi kondisi terburuk, karena yang perlu ditangani terlebih dahulu bukanlah masalah keuangan tetapi penyebab utamanya. Pemerintah perlu terlebih dahulu mencegah penyebaran COVID-19.

Pemerintah perlu menyiapkan protokol atau strategi yang tidak lazim untuk menghadapi berbagai skenario eksploratif (plausible scenario).

Kementerian keuangan telah menyiapkan beberapa skenario menghadapi krisis wabah COVID-19, beberapa diantaranya adalah menambah hutang negara untuk menambal defisit anggaran dan pemerintah juga sudah menyiapkan anggaran untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi yang akan terdampak jika dilakukan karantina.

Dalam kondisi ini respons kebijakan yang dapat dan perlu ditempuh antara lain:

  1. melakukan karantina pasien di wilayah yang sedang dilanda wabah,
  2. melarang aktivitas di luar rumah bagi seluruh warga kecuali jika sangat perlu dilakukan,
  3. menjaga ketersediaan kebutuhan pokok,
  4. menyiapkan cara-cara mendistribusikan bahan kebutuhan pokok,
  5. memastikan anggaran untuk jaring pengaman sosial yaitu bantuan bagi masyarakat yang rentan akibat wabah ini.

Kelompok masyarakat yang paling rentan tidak hanya yang selama ini masuk ke dalam Program Keluarga Harapan tetapi juga kelompok masyarakat yang kehilangan pendapatan seperti pegawai harian lepas yang diberhentikan, pedagang kecil yang kehilangan penghasilan, termasuk perlindungan bagi tenaga medis yang berhadapan langsung menangani pasien COVID-19.

Terlepas dari perkembangan wabah yang cukup memprihatinkan, waspada menyiapkan diri untuk kondisi terburuk akan dapat menjamin hasil yang terbaik.


Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia mendukung The Conversation Indonesia sebagai mitra tuan rumah.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,940 institutions.

Register now