Menu Close

Blockchain, NFT, dan Metaverse: euforia berlebihan atau budaya digital baru?

Blockchain, NFT, dan Metaverse: euforia berlebihan atau budaya digital baru?

Memasuki tahun 2022, masyarakat Indonesia diterpa beragam istilah teknologi anyar, dari “Non-Fungible Token” (NFT) hingga “Metaverse”.

Beberapa pekan lalu, misalnya, seorang mahasiswa untung total lebih dari Rp 1 miliar berkat koleksi selfie (swafoto) yang ia jual di pasar produk NFT terbesar, yakni OpenSea.

NFT adalah token kepemilikan digital berbasis teknologi blockchain (sistem pencatatan data yang menjadi fondasi mata uang kripto) yang bersifat unik dan tiada duanya sehingga ideal untuk memperjualbelikan karya seni digital.

Di lain kesempatan, Presiden Joko Widodo juga sempat menyatakan di acara Nahdlatul Ulama (NU) bahwa suatu saat para santri dapat mengaji di Metaverse – suatu dunia virtual serupa dengan yang digambarkan di film Ready Player One (2018) arahan Steven Spielberg.

Tapi apakah berbagai perkembangan teknologi tersebut hanya sebatas euforia berlebihan dari masyarakat, atau justru akan menjadi budaya digital baru masa depan?

Untuk membongkarnya, pada episode podcast SuarAkademia kali ini, kami berbincang dengan Wisnu Uriawan, peneliti teknologi blockchain di Universite de Lyon, Prancis.

Wisnu membedah dan mengilustrasikan apa sebenarnya yang dimaksud dengan NFT, blockchain, higga metaverse. Ia juga menceritakan beragam potensi aplikasinya di masa depan, namun juga berbagai hambatan atas adopsinya oleh masyarakat luas.

Dengarkan lengkapnya hanya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now