Menu Close

BSI terkena serangan siber: pentingnya tata kelola data yang baik bagi perusahaan

BSI terkena serangan siber: pentingnya tata kelola data yang baik bagi perusahaan

Layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) sempat mengalami gangguan selama 4 hari. Layanan perbankannya, baik layanan ATM hingga mobile banking, tidak bisa diakses oleh nasabah terhitung dari tanggal 8 Mei 2023.

Kelompok lockbit 3.0 mengklaim telah melakukan serangan siber yang menyebabkan gangguan jaringan sistem BSI dan berhasil mencuri 1,5 terabyte data nasabah yang ada dalam sistem bank.

Menurut pihak BSI, dana dan data nasabah dipastikan aman pascagangguan ini. Sekretaris Perusahaan BSI, Gunawan A Hartoyo mengatakan, “Kami berharap nasabah tetap tenang karena kami memastikan data dan dana nasabah aman, serta aman dalam bertransaksi. Kami juga akan bekerjasama dengan otoritas terkait dengan isu kebocoran data”.

Pertanyaannya, bagaimana cara untuk bisa menjaga data agar bisa aman dari ancaman serangan siber?

Dalam episode SuarAkademia terbaru, kami berbincang dengan Arif Perdana, Associate Professor dari Monash University.

Mengenai kasus yang dialami oleh BSI, menurut Arif serangan siber oleh kelompok peretas bukanlah hal baru. Yang dialami BSI kemarin merupakan bentuk tata kelola data yang belum maksimal.

Arif mengatakan tata kelola data adalah hal terpenting dalam menjamin keamanan data. Spektrum tata kelola ini sangat luas, mulai dari data apa yang ingin dikumpulkan sebuah instansi, cara pengumpulannya, proses penyimpanannya, sampai cara pemusnahan data ketika sudah tidak terpakai.

Tata kelola data yang baik juga harus didukung oleh faktor seperti teknologi yang mumpuni, standar operasi yang dipatuhi oleh seluruh karyawan atau anggota organisasi, dan juga kemampuan sumber daya manusia dalam memahami standar operasi yang sudah ditetapkan. Menurut Arif, ketiganya harus diperhatikan secara serius dan bersamaan karena mereka saling terkait dalam menjaga keamanan data sebuah organisasi.

Simak obrolan lengkapnya hanya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,940 institutions.

Register now