Menu Close
Puskesmas Prigen, Pasuruan Jawa Timur, 5 November 2023. Aliioss Films/Shutterstock

Cek Fakta: benarkah Indonesia kekurangan dokter dan distribusinya tak rata?

“Ketersediaan dokter belum memadai untuk melayani seluruh masyarakat. Saat ini hanya tersedia 120.000 dokter untuk 270 juta penduduk. Padahal, Kementerian Kesehatan menyebut Indonesia butuh 270 ribu dokter sesuai jumlah penduduk 270 juta jiwa, mengacu kepada standar WHO, jumlah dokter ideal 1 : 1.000. Artinya RI masih kekurangan sekitar 150.000 dokter.” Calon Presiden Ganjar Pranowo dalam kuliah kebangsaan di Universitas Indonesia.

The Conversation Indonesia bersama dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, Dinar Lubis, memeriksa kebenaran klaim Ganjar tentang ketersediaan dokter di Indonesia.

Analisis: jumlah dokter memang masih kurang dan timpang

Dinar merujuk pada data Profil Kesehatan Indonesia 2022 terbitan Kementerian Kesehatan. Jumlah data dokter dalam laporan ini hanya jumlah dokter yang bekerja di fasilitas kesehatan milik pemerintah, mulai dari puskesmas sampai rumah sakit.

Menurut laporan ini, jumlah dokter di Indonesia per 2022 adalah 176.110 dokter. Ini setara dengan 12,23% dari seluruh tenaga kesehatan. Dari jumlah ini, mayoritas adalah dokter umum 61% atau 106.717; dokter spesialis 24% (42.434), dokter gigi 13% (23.844), dan dokter gigi spesialis 2% (3.115).

Selain dari Kementerian Kesehatan, jumlah dokter bisa juga dilihat dari jumlah penerbitan Surat Tanda Registrasi, yang berlaku lima tahun. STR dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan salah satu persyaratan untuk dokter dapat berpraktik. Dokter yang teregistrasi dapat bekerja di fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta. Untuk data jumlah dokter di Indonesia dapat dilihat dari jumlah tenaga medis yang memiliki STR aktif.

Jumlah tenaga medis yang memilki STR aktif di Indonesia per 31 Desember 2022 adalah 230.564 dokter. Rinciannya dokter umum 144.903, dokter spesialis (45.078), dokter gigi (35.811), dan dokter gigi spesialis (4.772).

Namun perlu diperhatikan bahwa ada kemungkinan jumlah dokter bisa kurang atau lebih dari itu. Sebab, banyak dokter yang tidak memperpanjang STR atau mempunyai STR aktif tapi tidak melayani pasien.

Dari sisi distribusi, sebaran tenaga medis menurut data Kementerian Kesehatan masih menunjukkan ketimpangan yang lebar antara Pulau Jawa-Bali dan di luar dua pulau ini.

Sebagian besar tenaga medis berada di Provinsi Jawa Barat (23.973 dokter), Jawa Timur (23.851), dan DKI Jakarta (23.788). Penyebaran dokter ini tampaknya juga terasosiasi dengan jumlah populasi terbanyak di Indonesia yang ditempati Jawa Barat (49,4 juta orang), lalu Jawa Timur (41,1 juta) dan DKI Jakarta menempati populasinya peringkat keenam (10,6 juta).

Sementara provinsi dengan tenaga medis yang paling sedikit tersebar di Sulawesi Barat (512 dokter, penduduknya 1,4 juta); Kalimantan Utara (600, penduduknya 727 ribu) dan Gorontalo (648, penduduk 1,1 juta).

Ketimpangan juga terjadi pada persebaran puskesmas. Di Indonesia, ada 10.292 puskesmas dengan jumlah tertinggi di Jawa Barat (1.080 puskesmas), Jawa Timur (971), dan Jawa Tengah (879).

Jika dilihat dari kecukupan dokter di Puskesmas, pada 2022 ada 55% puskesmas kelebihan dokter yang umumnya berlokasi di Jawa dan Bali. Padahal, persentase puskesmas kekurangan dokter naik 1,7% dari 9,6% pada 2021 ke 11,3% pada 2022.

Puskesmas di Provinsi Papua mengalami kurang dokter gigi tertinggi dengan kekurangan mencapai 86,5%, diikuti Papua Barat 78,4% dan Maluku 77,&%. Provinsi dengan proporsi kekurangan terendah adalah Bali sebesar 1,7%, Yogyakarta 2,5% dan DKI Jakarta 5,1%.

Data-data di atas menunjukkan adanya ketimpangan ketersediaan tenaga dokter di puskesmas di Indonesia. Wilayah Jawa-Bali masih mendominasi ketersediaan dokter dibandingkan wilayah Indonesia timur.

Pada 2022 ada 44.485 orang dokter spesialis di Indonesia. Jumlah ini meningkat dibandingkan setahun sebelumnya yang 43.558 orang. Sebagian besar tenaga ini merupakan dokter spesialis dasar (dokter penyakit dalam, obstetri, ginekologi, spesialis anak, dan spesialis bedah) sebanyak 17.424 dokter atau 39%. Dokter spesialis gigi memiliki proporsi terendah, hanya 2.892 dokter (6%).

Sama seperti permasalahan distribusi tenaga kesehatan lainnya, jumlah dokter spesialis juga menunjukkan ketimpangan antara wilayah barat dan timur Indonesia. Sebagian besar dokter spesialias berpraktik di rumah sakit di wilayah barat seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sedangkan Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara memiliki jumlah dokter spesialis yang paling sedikit.

Bagaimana dengan rasio dokter?

Kementerian Kesehatan menetapkan rasio ideal atau minimal tenaga dokter per 1000 penduduk adalah 1 dokter (1:1.000 penduduk). Rasio ini juga digunakan oleh WHO.

Kementerian Kesehatan ingin mencapai target rasio itu. Namun, kenyataannya rasio kecukupan tenaga dokter secara nasional saat ini masih 0,32: 1000—di bawah standar.

Capaian rasio dokter menunjukkan ketimpangan dalam ketersediaan tenaga dokter di Indonesia. Rasio dokter di DKI Jakarta (1,97: 1.000) jauh lebih tinggi dibanding Jawa Barat (0,50:1.000), walau jumlah penduduk di Jawa Barat hampir lima kali lipat dibanding Jakarta.

Selain Jakarta, provinsi yang telah mencapai target rasio dokter (1:1.000) antara lain Bali (1,15:1.000), DI Yogyakarta (1,12:1.000), dan Sulawesi Utara (1,96:1.000). Sementara itu, provinsi dengan rasio tenaga dokter terendah adalah Maluku Utara (0,276:1.000), NTT (0,222:1.000), dan Sulawesi Barat (0,145:1.000)

Jadi, pernyataan Ganjar bahwa Indonesia memang masih kekurangan dokter memang benar, tapi dari sisi angka kurang akurat. Sebab, dia mengklaim ada 120.000 dokter di Indonesia. Nyatanya angkanya melebihi dari itu walau secara rasio belum mencapai target.

Selain isu kekurangan dokter, yang juga mendesak adalah pemerintah perlu memeratakan persebaran dokter untuk daerah-daerah yang tertinggal dan sangat tertinggal.


Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now