Menu Close
Foto udara KM 64-600 Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), Jawa Barat. Arif Firmansyah/Antara Foto

Cek Fakta: benarkah ruas Tol Bocimi amblas karena faktor alam?

“Jadi yang perlu saya sampaikan itu adalah bencana (alam), bukan karena kesalahan siapa-siapa.”

  • Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakannya usai menghadiri Diskusi Kementerian Perhubungan bersama Harian Kompas, Jumat, 5 April 2024.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Hafidz Mubarak A/Antara Foto

Bahu jalan dan jalur satu sebelah kiri arah Sukabumi Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) amblas pada Rabu, 3 April 2024. Amblasnya tol yang baru diresmikan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo setahun lalu itu diduga longsor karena intensitas hujan tinggi.

Terdapat berbagai spekulasi penyebab amblasnya jalan Tol Bocimi. Namun, Budi menegaskan hal tersebut terjadi bukan karena kesalahan pengelola, melainkan karena kondisi alam. Menurutnya, kondisi tanah di daerah Sukabumi memang rawan retak, dan sebelumnya, kereta api yang melintas di wilayah Sukabumi pernah mengalami longsor sebanyak dua kali.

The Conversation Indonesia menghubungi Rian Mantasa Salve Prastica, dosen di Politeknik Pekerjaan Umum sekaligus mahasiswa PhD Teknik Sipil di University of Queensland, untuk memeriksa kebenaran klaim Budi tersebut.

Tidak sepenuhnya karena alam, pengelola perlu evaluasi

Benar bahwa amblasnya Tol Bocimi disebabkan oleh alam, tetapi tidak murni “kesalahan” alam.

Perlu dicatat bahwa pengelola jalan tol seharusnya memiliki skenario mitigasi untuk menghadapi cuaca ekstrem sejak perencanaan pembangunan tol tersebut, termasuk melalui inspeksi dan pemeliharaan jalan tol.

Sebenarnya, perencanaan Tol Bocimi yang dilakukan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk menggunakan aplikasi Bentley dalam mengembangkan 3D Building Information Modelling (BIM) dan alur konstruksi digital.

BIM adalah teknologi dan proses kebijakan yang memungkinkan integrasi semua langkah dalam sebuah proyek konstruksi ke dalam model digital 3D. BIM membantu pengelolaan data proyek secara efisien dari awal hingga akhir, menggunakan perangkat lunak modern untuk meningkatkan produktivitas dalam perencanaan dan pembangunan bangunan.

Keuntungan lain dari sistem teknologi BIM adalah kemampuannya untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan, mempersingkat proses yang berulang. Ini mempercepat durasi proyek untuk meningkatkan profitabilitas dalam industri konstruksi.

Pekerja mengoperasikan alat berat saat perbaikan ruas jalan tol Bocimi KM 64 yang amblas di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Henry Purba/Antara Foto

Secara keseluruhan, BIM merupakan pendekatan yang menyeluruh untuk perancangan, pembangunan, dan manajemen bangunan. Pendekatan ini mencakup berbagai aspek proyek seperti desain, jadwal, dan informasi lainnya yang terintegrasi secara efisien. Dengan manfaat yang diperoleh dari awal perencanaan menggunakan BIM, diharapkan kejadian gagal struktur karena longsor dapat ditekan seminimum mungkin.

Berdasarkan studi di salah satu ruas pada Tol Bocimi, di atas Sungai Cikereteg, nilai analisis stabilitas kelongsoran lereng menggunakan Plaxis 2D, kondisi eksisting tanpa adanya timbunan dan bored pile adalah 1,044. Sementara bila ada timbunan, kekuatan lereng memiliki nilai 1,196. Bila kondisinya ada timbunan dan bored pile, maka nilai kekuatan kelorongsorannya adalah 1,274.

Ketiga nilai tersebut masih di bawah angka keamanan menurut SNI 8640:2017 yaitu harus lebih dari 1,5. Dengan nilai kasar masih di bawah SNI, seharusnya perencana melakukan mitigasi agar tidak terjadi kelongsoran untuk meningkatkan sifat geoteknik daerah Tol Bocimi. Misalnya, bagaimana agar kelongsorannya memiliki nilai minimum 2.

Berdasarkan simulasi menggunakan perkuatan, faktor keamanan melebihi acuan SNI, yaitu 1,563. Namun, hal ini tidak dapat menjamin tidak akan terjadi kegagalan struktur karena longsor tanah akibat cuaca ekstrem. Seharusnya, pengelola memiliki skenario mitigasi saat cuaca ekstrem seperti intensitas hujan tinggi, seperti melakukan inspeksi dan pemeliharaan jalan tol.

Karakteristik geoteknik jalan Tol Bocimi rentan longsor tanpa perkuatan lereng. Meski sudah ada perkuatan lereng pun, inspeksi teratur seharusnya dilakukan, terutama saat cuaca ekstrem dan aktivitas kendaraan tinggi.

Studi yang disebutkan di atas menggunakan data yang diperoleh dari pihak berwenang pada proyek pembangunan Tol Bocimi. Namun, analisis tersebut belum menghitung faktor hujan dalam kondisi cuaca ekstrem yang dapat membuat saturasi tanah lebih jenuh dan nilai keamanan kelongsoran dapat lebih rendah.

Tol Bocimi berada di wilayah Non-Zona Musim (Non-ZOM), yakni daerah yang memiliki pola hujan yang tidak memiliki perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau.

Berdasarkan salah satu studi mengenai Tol Bocimi Section 2, tanahnya memiliki kandungan air yang sangat tinggi. Dengan intensitas hujan yang tinggi, tanah mencapai kondisi jenuh. Kondisi kandungan air yang tinggi menyebabkan kesulitan mencapai kandungan air optimum dan berdampak pada tanah di area proyek. Kondisi ini dapat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil.

Karena itulah, berdasarkan dua studi di atas, kasus longsornya tol Bocimi patut menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengevaluasi bagaimana tim perencana konstruksi Tol Bocimi dan tim uji laik fungsi jalan tol menilai Tol Bocimi sebelumnya.

Pentingnya pertimbangan perubahan tata guna lahan

Selain faktor intensitas hujan, perencanaan jalan tol perlu juga mempertimbangkan perubahan tata guna lahan di sekitar area jalan Tol Bocimi. Berdasarkan studi prediksi perubahan tata guna lahan di sekitar Tol Bocimi pada 2032, jumlah permukiman akan meningkat sampai 71,22% dan lahan terbuka akan berkurang sampai 57,84%.

Pekerja mengoperasikan alat berat saat perbaikan ruas jalan tol Bocimi KM 64 yang amblas di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Henry Purba/Antara Foto

Perubahan tata guna lahan ini akan berisiko menambah volume air yang melimpas daripada terserap tanah, sehingga perlu kajian drainase banjir yang memadai. Jika tidak, tentu akan berpengaruh bila melimpas ke pondasi atau abutment jalan tol.

Berdasarkan tiga studi di atas, baik dari sifat kelongsoran lereng pada Tol Bocimi, pengaruh perubahan iklim saat hujan, dan perubahan tata guna lahan seharusnya sudah berada pada komponen perencanaan jalan tol sebelum dibangun menggunakan BIM.

Memang faktor alam menjadi salah satu penyebab amblasnya Tol Bocimi, karena memang karakteristik tanah yang rentan sekali dengan hujan. Namun, seharusnya perencana sudah mempertimbangkan faktor ini matang-matang.

Bila skenario bencana sudah masuk dalam perencanaan dahulu, kegagalan struktur dapat diantisipasi seminimal mungkin. Pengelola jalan tol memiliki skenario mitigasi di masa mendatang.

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,800 academics and researchers from 4,948 institutions.

Register now