Menu Close
close up hand holding gas pump.

Cek Fakta: benarkah tak ada negara yang mampu memproduksi 100% BBM tanaman?

“Kita akan jadi satu-satunya negara di dunia yang bisa menghasilkan BBM semuanya dari tanaman dan ini adalah sehat. Ini yang dianggap nanti adalah BBM hijau, energi hijau, energi yang tidak bikin rusak lingkungan hidup.” -Calon Presiden Prabowo Subianto dalam Rakerda Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Jawa Barat di GOR C-Tra Arena Bandung, Kamis 23 November 2023.

Prabowo dalam Rapat Koordinasi Daerah Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia, 23 November lalu. (Humas Kementerian Pertahanan)

The Conversation Indonesia bersama peneliti energi dari UNSW Sydney, Denny Gunawan, mencoba memeriksa kebenaran pernyataan Prabowo seputar tak satupun negara di dunia yang mampu memproduksi bahan bakar minyak dari tanaman untuk memenuhi 100% kebutuhannya.

Analisis: Indonesia produsen BBM tanaman ketiga terbesar

Denny mengutip data Energy Institute Statistical Review of World Energy tahun 2023 yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi bahan bakar biomassa seperti bioetanol dan biodiesel terbesar di dunia.

Pada 2022, Indonesia mampu memproduksi bahan bakar biomassa sebesar 108,22 Terawatt jam (TWh), di bawah Amerika Serikat (451,83 TWh) dan Brazil (254,02 TWh).

Walau begitu, tak ada satupun negara yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan BBM-nya dari tanaman. Data Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan, Amerika Serikat sebagai negara penghasil bahan bakar biomassa terbesar di dunia saja hanya mampu memproduksi bahan bakar biomassa kurang dari 5% untuk kebutuhan energinya.

Sementara itu, data IEA turut menyatakan Brazil memiliki porsi suplai energi biomassa sekitar 34% dari total suplai energi nasional.

Hasil analisis: pernyataan Prabowo benar, tapi…

Analisis kami menunjukkan bahwa pernyataan Prabowo benar. Data menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ada negara yang beroperasi sepenuhnya dengan bahan bakar tanaman.

Namun, Denny menyatakan pemenuhan seluruh kebutuhan energi ini memiliki beberapa tantangan setidaknya terkait tiga hal berikut.

1. Keberlanjutan sumber biomassa

Tidak semua energi biomassa berdampak positif terhadap lingkungan. Beberapa sumber biomassa, utamanya biomassa generasi pertama dari tanaman pangan, memiliki potensi pemangkasan emisi gas rumah kaca yang tidak substansial sebab kebutuhan lahan yang besar.

Selain itu, produksi biomassa generasi pertama memiliki isu terkait kompetisi dengan sektor lain yakni pangan.

Kelapa sawit merupakan salah satu contoh sumber biomassa yang dianggap memiliki isu keberlanjutan. Mengingat banyak energi biomassa Indonesia saat ini dipasok dari sawit, perlu dipertimbangkan untuk beralih ke sumber lain seperti limbah biomassa agar lebih berdampak positif ke lingkungan.

2. Logistik dan kelayakan ekonomi

Kendala lain adalah sumber biomassa yang umumnya tersebar dan tergantung wilayah. Dalam beberapa kasus, produksi memerlukan infrastruktur logistik yang signifikan untuk pengumpulan sumber biomassa. Selain itu, beberapa pasokan biomassa tidak konsisten sehingga kontinuitas sumber untuk produksi masih dipertanyakan.

Terkait kelayakan ekonomi, biaya pembuatan bahan bakar biomassa masih tergolong mahal dibandingkan bahan bakar fosil. Diperlukan upaya pemutakhiran teknologi agar lebih efisien serta insentif dari pemerintah untuk menurunkan biaya.

3. Tak semua mesin cocok dengan BBM tanaman

Kebanyakan pemanfaatan bahan bakar biomassa masih sebagai campuran dengan bahan bakar fosil. Misalnya, biodiesel dicampur dengan petroleum diesel dalam rentang 6%-20% per liternya agar dapat digunakan di kendaraan tanpa modifikasi mesin.

Isu kompatibilitas mesin ini perlu menjadi bahan pertimbangan untuk beralih ke bahan bakar biomassa sepenuhnya.


Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,700 academics and researchers from 4,947 institutions.

Register now