Menu Close
Aktor Margot Robbie berperan sebagai Barbie dalam film Barbie. IMDB/ Warner Bros

Cermin dari film Barbie, bagaimana botox Barbie bekerja dan efek sampingnya

Dalam film Barbie, yang dirilis Juli 2023 lalu, Barbie memiliki gambaran sebagai sosok perempuan yang cantik dengan proporsi tubuh yang ideal.

Sejumlah unggahan di media sosial menunjukkan bagaimana individu berlomba-lomba untuk berpenampilan seperti barbie, mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, sampai make up.

Namun ada tren yang menarik, yaitu Barbie Botox. Tren ini bentuknya menyuntikkan botox di wilayah bahu guna memperkecil ukuran bahu, memanjangkan leher agar mendapatkan garis leher dan bahu yang indah seperti Barbie.

Wajah Barbie dalam film.

Selain untuk tujuan estetika, Barbie botox ini dianggap ‘menjual’ sebagai konten media sosial karena mendapatkan banyak view yang akan menguntungkan bagi pemilik akun media sosial.

Kita perlu memahami bahwa botox sebenarnya adalah obat, bukan untuk kecantikan. Kita perlu juga memahami dampak pemakaiannya.

Botox itu obat, bukan kosmetik

Botox adalah obat yang terbuat dari racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum. Pada dosis yang kecil, botox seringkali digunakan untuk tujuan kecantikan seperti mengurangi kerutan pada area mata, dahi hingga leher dan dada.

Walaupun dapat dimanfaatkan untuk tujuan kecantikan, botox ini masuk dalam kategori obat, bukan kosmetik. Biasanya digunakan sebagai obat gangguan syaraf karena dapat membantu melemaskan otot. Pemberian botox harus dilakukan oleh dokter atau petugas medis dalam pengawasan dokter.

Pemberian botox dilakukan melalui jarum suntik ke dalam jaringan otot (intramuskular).

Pada saat pertama kali dilakukan prosedur botox, terdapat beberapa kemungkinan efek samping yang akan dialami, seperti pendarahan, pembengkakan, eritema (bercak kemerahan pada kulit), dan nyeri di lokasi suntikan.

Selain itu, sakit kepala, malaise (rasa Lelah, tidak nyaman), mual, gejala mirip influenza, dan ptosis (turunnya kelopak mata sehingga terlihat mengantuk) dan strabismus (mata juling) juga bisa menjadi efek samping dari suntik botox.

Efek dari botox terhadap penurunan jumlah kerutan biasanya bertahan sekitar enam bulan. Setelah efeknya menghilang, konsumen biasanya terdorong untuk melakukan suntik botox kembali, atau seringkali sampai kecanduan (adiksi).

Efek jangka panjang penggunaan botox dapat membuat perubahan permanen pada ekspresi wajah sehingga membuat wajah seperti topeng.

Efek jangka panjang biasanya dirasakan setelah proses injeksi ke-10 walau tidak ada efek samping yang berarti pada proses penginjeksian sebelumnya.

Riset menunjukkan beberapa efek jangka panjang lain yang sering terjadi adalah dysphagia (kesulitan menelan), ptosis, lemah bagian leher, mual, penglihatan kabur, kesulitan mengunyah, hoarseness (suara terdengar serak, parau, menegang, atau kering), dan edema (pembengkakan).

Efek lainnya adalah dysarthria (sulit berbicara karena otot yang digunakan dalam proses berbicara melemah), dan palpitations (jantung berdegub kencang).

Waspadai efek jangka panjang

Sebagai konsumen, efek samping jangka pendek dan jangka panjang ini harus diketahui dan dipertimbangkan.

Selain pertimbangan tersebut, pastikan konsumen mendapatkan layanan dari tenaga kesehatan yang legal sebagai salah satu hal dasar yang harus dipenuhi demi keamanan prosedur.

Selain tempat layanan dan petugas medis yang memadai, kualitas dari botox yang digunakan perlu dipastikan dengan cara memeriksa keberadaan nomor BPOM dan waktu kedaluwarsa.

Bagi muslim, logo halal pada botox menjadi penting karena terdapat banyak titik kritis yang memungkinkan botox mengandung bahan haram.

Dalam suntik botox biasanya ditambahkan glutathione yang berfungsi untuk mengatur pigmentasi (warna kulit) dan bekerja sebagai antioksidan sehingga memberikan efek mencerahkan pada kulit.

Glutathione merupakan asam amino yang seringkali didapatkan dari bahan haram seperti babi.

Selain itu, bahan baku botox sendiri merupakan toksin sehingga masuk dalam kategori tidak toyib. Namun, dengan perhitungan dosis yang tepat, botox ini memiliki tingkat keamanan yang baik sehingga boleh untuk digunakan.

Untuk dapat menghasilkan toksin dalam jumlah yang banyak (produksi skala besar), bakteri Clostridium bitulinium dikembangbiakan dalam media pertumbuhan. Dalam media tersebut ditambahkan beberapa nutrisi, salah satunya sumber nitrogen.

Nutrisi pertumbuhan ini perlu ditelusuri sumbernya untuk memastikan bukan dari bahan yang diharamkan.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 01 Tahun 2010 tentang Penggunaan Mikroba Dan Produk Mikrobial, menyebutkan bahwa produk mikrobial dari mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang najis, jika dapat dipisahkan antara mikroba dan medianya maka hukumnya halal setelah disucikan.

Ada banyak alternatif selain botox

Sebenarnya, cukup banyak opsi lain yang dapat dilakukan untuk memberikan efek seperti botox, baik dari makanan atau perawatan kulit yang risiko efek sampingnya menjadi lebih kecil.

Makanan dengan kandungan kolagen yang tinggi dapat meningkatkan regenerasi kulit dan memberikan efek melembabkan sehingga kulit terlihat lebih muda.

Salah satu sumber makanan tinggi kolagen adalah ikan nila (Nile tilapia), daging sapi, dan babi bagian kartilago (tulang rawan).

Selain itu, makanan kaya antioksidan dapat membantu mengurangi efek penuaan dini yang diakibatkan oleh radikal bebas yang didapatkan dari faktor lingkungan. Contoh makanan yang berfungsi sebagai antioksidan adalah buah beri, brokoli, wortel, dan jeruk.

Namun, opsi ini tidak memberikan efek instan seperti yang didapat dari penggunaan botox.

Perubahan yang ‘instan’ menjadi salah satu alasan mengapa penggunaan botox banyak diminati. Hal ini boleh-boleh saja karena konsumen berhak menentukan pilihan. Satu hal yang perlu diingat adalah perubahan instan itu juga punya risiko bagi kesehatan dalam jangka menengah dan panjang.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now