Menu Close
Truk pengangkut sampah di tumpukan ratusan sampah.
Konsep ekonomi sirkular bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mengatasi persoalan sampah di Indonesia. pixabay

Ekonomi sirkular saat pandemi : menciptakan lapangan kerja dan mengurangi sampah

Sedikitnya 3 juta orang Indonesia telah kehilangan pekerjaan akibat pandemi hingga pertengahan tahun 2020 yang telah membawa Indonesia ke dalam resesi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyatakan bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi resesi ekonomi akibat penurunan ekonomi hingga akhir tahun.

Beberapa negara yang sudah mengalami resesi di beberapa negara, antara lain Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Korea Selatan hingga Filipina.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) memproyeksikan ekonomi dunia akan mengalami kontraksi sebesar 4,4% akibat dari kebijakan jaga jarak fisik (physical distancing) dari pandemi yang akan berlanjut hingga 2021.


Read more: Resesi mengintai Indonesia di bulan September: apa penyulutnya dan akibatnya


Sebagai peneliti bidang ekonomi, kami melihat bahwa krisis tenaga kerja akibat hantaman pandemi bisa teratasi apabila Indonesia mau beralih ke ekonomi alternatif, yaitu ekonomi sirkular.

Model ekonomi ini menekankan kepada pemanfaatan sumber daya berulang kali dengan tujuan untuk mengurangi produksi sampah, emisi serta energi yang dikeluarkan.

Beralih ke sistem ekonomi sirkular akan memberikan keuntungan bagi Indonesia: tidak hanya dalam menyerap tenaga kerja, tapi juga mengurangi sampah, dan polusi serta menjaga kelestarian alam.

Ciptakan pekerjaan ramah lingkungan (green jobs)

Tahun 2018, Badan Tenaga Kerja Dunia (ILO) telah mendefinisikan seluruh pekerjaan dalam siklus ekonomi sirkular sebagai green jobs (pekerjaan ramah lingkungan).

Misalnya, tenaga untuk daur ulang atau pengolahan sampah.

Hasil SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) oleh Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ada peningkatan lebih dari 200.000 tenaga kerja di sektor pengelolaan sampah, seperti daur ulang dan jasa pembersihan sampah, antara tahun 2012 dan 2018.

Data lain dari Kementerian Perindustrian tahun 2020 mengungkapkan industri daur ulang berpotensi menciptakan 1.000 perusahaan baru dan lebih dari 3 juta penyerapan tenaga kerja di seluruh Indonesia.

Potensi ini baru 1 dari 5 kegiatan ekonomi sirkular.

Ekonomi sirkular ini ditemukan dalam konsep 5R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), Recover (memulihkan), dan Revalue (memberikan nilai tambah).

Kelima aktivitas (5R) ini yang kemudian menjadi inti dari konsep Ekonomi Sirkular.

Seorang penjahit pria di tengah-tengah tumpukan kain perca.
Ekosistem sirkular akan mengurangi biaya bahan baku dan ciptakan lapangan pekerjaan baru. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama/18

Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem ekonomi konvensional yang kita gunakan dan pahami saat ini, yaitu take (mengambil), make (membuat), dan waste (membuang).

Sistem ekonomi konvensional tersebut hanya mengeksploitasi alam untuk memproduksi barang untuk digunakan dan setelah itu dibuang (“take-make-waste”). Dalam jangka panjang, sistem ini tidak mampu menjaga kesinambungan alam.


Read more: Riset: Ciliwung termasuk sungai terkotor di dunia


Tahun 2018, Jouni Korhonen, seorang peneliti ekonomi lingkungan asal Finlandia dan rekannya, Antero Honkasalo dan Jyri Seppälä, menggambarkan keuntungan ekonomi sirkular dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dari segi ekonomi, konsep ini sedapat mungkin akan menggunakan hasil buangan (waste) dari proses produksi sebelumnya atau pelaku ekonomi lainnya untuk menekan biaya pengolahan limbah secara global.

Misalnya, membuat tas atau dompet dari bungkus bekas deterjen.

Pengrajin tidak perlu lagi membeli bahan baku mentah. Ini bisa menghemat biaya produksi mereka, sekaligus mengurangi tumpukan sampah rumah tangga.

Seorang perempuan sedang memilin kantong plastik dikelilingi tas daur ulang dari kemasan.
Tas daur ulang sampah plastik bisa menjadi sumber penghasilan. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/aww/15

Dari segi sosial, konsep ini bisa menciptakan kesempatan kerja baru, mendorong partisipasi masyarakat, serta penggunaan barang dan jasa secara kolektif yang lebih efisien dibandingkan secara individu.

Misalnya, jasa sewa peralatan bayi atau sewa baju sehari-hari yang kini makin marak (sharing economy).

Dengan memanfaatkan limbah hingga berbagi alat dan jasa, pada akhirnya akan menurunkan beban lingkungan hidup dari eksploitasi bahan baku serta polusi.

Pandemi COVID-19 merupakan waktu yang tepat bagi Indonesia untuk mewujudkan ekonomi sirkular sebagai alternatif pengganti sistem ekonomi konvensional yang hancur akibat penyebaran virus COVID-19.

Wujudkan ekonomi sirkular

Model ekonomi sirkular belum dilaksanakan secara masif di Indonesia.

Perlu promosi dan edukasi yang melibatkan pemerintah daerah serta masyarakat untuk menerapkan konsep 5R dalam kehidupan sehari-hari.


Read more: Tiga kendala ini sebabkan rendahnya upaya pemilahan sampah di Indonesia


Untuk menjawab tantangan pembiayaan, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan terkait dana perubahan iklim sebagai salah satu alternatif bagi pengembangan ekonomi sirkular.

Misalnya, mengatur pembiayaan melalui obligasi berwawasan lingkungan, seperti green bonds, blue bonds untuk ekosistem kelautan, hingga berbagai dana filantropi dunia untuk lingkungan hidup.

Sistem ekonomi sirkular akan menciptakan manfaat tidak hanya membuat lingkungan yang lebih sehat tetapi juga mengatasi dampak negatif terhadap perekonomian, menyerap tenaga kerja dan menciptakan ketahanan ekonomi jangka panjang.


Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di sini.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now