Maya Defianty, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta and Kate Wilson, University of Canberra
Ketika mengajarkan kemampuan berpikir kritis, guru masih terjebak pada kebiasaan lama yang sudah mendarah daging. Ini termasuk pembelajaran berbasis hafalan dan mentalitas “mengajar untuk ujian”.
Bernahai drakor seperti ‘Sky Castle’ menyinggung betapa kompetitifnya sisrtem pendidikan di Korea Selatan.
(JTBC-iFlix/Youtube - Fair Use)
Ranny Rastati, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Korea Selatan adalah salah satu negara dengan sistem pendidikan paling kompetitif di dunia. Siswa berlomba-lomba untuk diterima di universitas favorit. Pun demikian, banyak problem yang membuntuti.
Setelah ditiadakannya UN, kebijakan pendidikan dan metode mengajar seperti apa yang tepat bagi guru di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan literasi, numerasi, dan sains?
Maya Defianty, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tanpa sosialisasi yang jelas dan pembekalan guru yang cukup, asesmen baru ala Nadiem akan sekadar menggantikan UN tanpa banyak perbedaan - wajahnya baru, mentalnya sama.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Makassar mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer, Maret 2019.
Gosulpict 1/Flickr
Maya Defianty, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pertanyaanya, apakah guru sudah siap menerima peran dan tanggung jawab ini? Dengan kata lain, apakah guru sudah memiliki kompetensi yang memadai untuk mengaplikasikan penilaian formatif?
Asesmen Kompetensi Minimum yang disusung Menteri Nadiem akan menggantikan Ujian Nasional mulai tahun 2021.
Shutterstock
Mendikbud Nadiem Makarim mengumumkan digantinya Ujian Nasional dengan suatu ‘Asesmen Kompetensi Minium’. Kami berbicara dengan dua pakar untuk memahami bagaimana sebaiknya asesmen ini dijalankan.
Menurut riset, sekitar 25% anak setinggi kelas lima SD masih kesulitan memahami paragraf pendek.
Shutterstock
Peneliti Indonesia mengembangkan insturumen uji kemampuan membaca dan berhitung untuk tingkat sekolah dasar (SD) yang terinspirasi dari India. Hasil risetnya cukup mengkhawatirkan.
Guru berperan sangat penting meningkatkan kualitas pendidikan dasar.
Arief Akbar/Shutterstock
Melemparkan masalah internal sekolah untuk diselesaikan oleh bimbel bukan hanya ibarat lembar “handuk” sembunyi tangan, tapi ini kegagalan dalam mendiagnosis sumber masalah di pendidikan formal.