Menu Close
Ilustrasi planet Mars. Pixabay.com/ BrunoAlbino

Hidup di Mars bisa jadi kenyataan, riset temukan padi hasil rekayasa genetik dapat bertahan hidup di tanah planet Mars

Keinginan manusia untuk tinggal di Mars mungkin benar-benar bisa terwujud. Buku novel terlaris Andy Weir pada tahun 2011, The Martian, menampilkan upaya ahli botani Mark Watney yang berhasil menanam kentang di Mars setelah ia terdampar di sana.

Sebuah penelitian baru yang dipresentasikan pada Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-54 oleh tim peneliti dari University of Arkansas (U of A) menunjukkan, bahwa padi hasil rekaya genetik mungkin dapat bertahan hidup dan tumbuh di tanah Mars.

Para peneliti mensimulasikan tanah Mars dengan menggunakan tanah kaya basal yang ditambang dari Gurun Mojave, California, Amerika Serikat.

Simulasi ini disebut Mojave Mars Simulant (MMS) yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari NASA Jet Propulsion Laboratory.

Di tanah ini, tiga varietas padi yang berbeda ditanam, termasuk dua galur dengan mutasi genetik yang memungkinkan mereka merespons stres dengan lebih baik, seperti kekeringan dan kekurangan gula atau salinitas.

Meskipun tanaman ini dapat tumbuh di dalam simulan Mars, mereka tidak berkembang sebaik tanaman yang ditanam di tanah pot dan campuran hibrida.

Salah satu tantangan terbesar dalam menanam makanan di Mars adalah keberadaan garam perklorat, yang telah terdeteksi di tanah Mars dan secara umum dianggap sebagai racun bagi tanaman.

Hasil dari temuan ini menunjukkan, bahwa mungkin ada jalan untuk masa depan bagi padi atau beras hasil rekayasa genetika untuk bisa ditanam dan tumbuh di tanah Mars.

Lalu, apakah kemungkinan hidup di planet Mars akan menjadi kenyataan?

Untuk membahas temuan ini, kami berbincang dengan seorang ilmuwan perempuan asal Indonesia yang turut serta dalam tim penelitian.

Ia adalah Yheni Dwiningsih, ahli ilmu tanaman di Departemen Ilmu Tanaman, Tanah, dan Lingkungan, dari University of Arkansas (U of A).

Simak videonya disini:

Tonton video-video seputar sains menarik lainnya hanya di channel YouTube dan TikTok The Conversation Indonesia, jangan lupa ikuti dan berlangganan sekarang juga!

Klik link dibawah ini:

YouTube The Conversation Indonesia

TikTok The Conversation Indonesia

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now