Menu Close
girls reads comics in library

Kapow! Zap! Splat! Bagaimana komik ‘menciptakan’ suara dalam bentuk tulisan

Biasanya, komik dianggap sebagai media yang ‘diam’. Meski demikian, komik memiliki tata bahasa yang unik untuk dunia suara.

Dari kata SNIKT! yang muncul saat Wolverine mencabut cakarnya, hingga Konser Piano Mozart No. 23 di novel grafis The Death of Stalin (yang kemudian dibuat menjadi film), penggunaan “audio tekstual” mengajak pembaca komik mendengar dengan mata mereka.

Unsur-unsur seperti simbol, gaya font, dan onomatopoeia (kata-kata yang mengekspresikan suara) yang ada pada komik menunjukkan bahwa membaca komik adalah pengalaman lintas-indra.

Penggunaan hal tersebut di komik baru maupun lama menunjukkan adanya potensi tak terbatas dari bentuk seni ini.

halaman buku komik
Kaboom! dan splosh! di setiap halaman. Unsplash/Miika Laaksonen, CC BY

Onomatopoeia

Onomatopoeia tidak hanya ada pada komik, tetapi seniman komik telah mampu menggunakan bentuk bahasa kiasan ini dengan sangat baik.

POW! BAM! dan BANG! muncul di halaman komik saat Batman dan Robin mendaratkan pukulan. BLAM! adalah suara yang dihasilkan oleh payung Penguin saat menembak dari kejauhan.

Daftar suara yang disampaikan lewat onomatopoeia tidak ada habisnya. Ada kata-kata yang meniru suara secara langsung, seperti SPLOSH! (suara yang dibuat oleh benda yang jatuh ke air) dan juga suara yang dibuat-buat seperti cakar adamantium Wolverine (seperti yang akan kita lihat lebih lanjut di bawah).

Bahasa komik menawarkan kebebasan kreatif untuk memperluas kosakata berbasis suara. Sebuah basis data online mencantumkan ada lebih dari 2.500 bentuk teks suara beserat tautan pada contoh panel-panel komik yang menggunakannya.

komik koboi
Gunsmoke Western Seri #68 buatan Stan Lee (1955), dengan huruf dan arsir pensil oleh Dick Ayers. The Comic Book Sound Effect Database

Ini juga dapat menjadi tantangan tersendiri bagi penerjemah.

Suara yang dimunculkan dalam komik dapat berkisar dari suara ucapan (yang tunduk pada aturan kebahasaan termasuk hal-hal yang mengatur bagaimana suku kata dapat dibentuk) hingga suara non-verbal buatan manusia seperti bersin atau suara yang dibuat oleh benda-benda dan lingkungan.

Konteks visual juga penting. Kita hanya akan mengenali nuansa pembalasan dendam Wolverine dalam kata SNIKT! ketika kata itu digambarkan dan ditampilkan di sebelah gambar sang mutan.

gambar pria bercakar pada komik
Wolverine menjulurkan cakarnya. Author provided

Demikian pula, kata THWIP! bila berdiri sendiri mungkin tidak terlalu berarti. Tetapi ketika diposisikan dalam konteks yang sesuai, kata ini dapat menggambarkan atmosfer kegembiraan dan keseruan petualangan pada suatu halaman komik.

Bayangkan seorang laki-laki muda mengenakan baju ketat merah-biru melompat dengan kecepatan tinggi dari atas gedung Empire State di New York. Tiba-tiba, tepat sebelum menyentuh tanah, THWIP! – dia menembakkan jaring laba-laba dari pergelangan tangannya, dan menggunakannya untuk berayun dari gedung ke gedung.

Baik pembaca maupun kerumunan penggemar yang antusias di halaman tersebut bereaksi: “Spider-Man!”

Cara mereka mengungkapkannya

Pembuat komik juga menggunakan gaya dan ukuran font serta berbagai bentuk dan efek gelembung ucapan yang berbeda untuk bahasa seruan, bisikan, atau teriakan.

Huruf tebal, miring, penataan tanda baca, tulisan pudar atau tidak beraturan digunakan untuk menekankan corak yang berbeda dari kata-kata tertulis: apakah ia menyampaikan ketakutan, keberanian, kenyaringan, atau ketenangan.

Dalam komik My Friend Dahmer, yang mengisahkan tentang pembunuh berantai terkenal di Amerika Serikat (AS), misalnya, tokoh protagonis terlihat membawa kucing mati di perjalanan pulang bersama sekelompok anak-anak. Pencipta komik John “Derf” Backderf menerapkan pengarsiran kata-kata yang lebih tebal di salah satu balon bicara anak-anak untuk menekankan teriakan dan keterkejutan penonton.

halaman komik
Komik My Friend Dahmer (2012) oleh Derf Backderf. Author provided

Read more: Serial “Attack on Titan”: bagaimana penguasa mengubur masa lalu dan memicu siklus kekerasan


Musik bagi mata

Manga (komik khas Jepang) yang diciptakan pada 1973, Barefoot Gen, yang ditulis oleh Keiji Nakazawa, mengeksplorasi pengalaman pribadinya terkait pengeboman Hiroshima maupun berbagai kejadian setelahnya.

Gen, sang karakter utama, bernyanyi dalam beberapa halaman cerita. Penulis menggunakan simbol not musik () untuk menunjukkan nyanyian di dalam gelembung kata. Pada halaman terakhir volume keempat, Gen bernyanyi untuk merayakan rambutnya yang mulai tumbuh lagi setelah terdampak keracunan radiasi.

Ketika kalimat yang disampaikan didahului oleh simbol musik yang mudah dikenali, hampir tidak mungkin untuk membaca dialog tersebut tanpa “mendengar” melodi:

“Red roof on a green hilltop …

A bell tower shaped like a pixie hat…

The bell rings, ding-dong-ding …

The baby goats sing along, baa-baa-baa …”

Dengan konsep yang sama, komik How to Talk to Girls at Parties oleh Neil Gaiman memiliki panel-panel berisi kombinasi gambar, kata, dan tanda untuk menghadirkan soundtrack (lagu pengiring).

halaman komik
Adegan pada The How to Talk to Girls at Parties party (karya Neil Gaiman, Fábio Moon, dan Gabriel Bá) memberikan kita atmosfer suara-suara dari keadaan dan karakter yang ada. Author provided

Dalam terminologi film, ini disebut sebagai suara diegetic — yaitu suara atau lagu dari lingkungan atau ‘semesta’ yang ada di dalam cerita — bukan suara narator atau soundtrack musik yang tidak dapat didengar oleh para karakter.

Dalam komik karya Gaiman, kombinasi ilustrasi, not musik, dan kata-kata (termasuk onomatopoeia seperti TUM! untuk ketukan drum) menyampaikan sensasi musik yang benar-benar memenuhi setiap ruangan rumah tempat pesta berlangsung.

Dalam komik politik satir yang kemudian menginspirasi sebuah film, The Death of Stalin, penulis Fabien Nury dan ilustrator Thierry Robin menunjukkan baris dari orkestra Mozart pada partitur Piano Concerto No. 23 di dua halaman bukunya pada bagian bawah. Ini menambahkan sensasi drama pada adegan klimaks ketika sang pemimpin Rusia menderita strok.

komik yang menggambarkan Stalin yang sekarat
Penambahan musik dapat menambah sensasi kecepatan dan sensasi drama ke adegan yang sudah dramatis. Author'

Maka, lain kali saat Anda membaca buku komik, pastikan Anda mendengarkan dengan seksama. DHUAAR!


Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,940 institutions.

Register now